Rey menutup pintu utama rumahnya dengan sangat pelan. Ia berjalan mengendap-endap menyusuri ruang keluarganya.
Tiba-tiba terdengar suara kulkas ditutup dari dapur. Tak lama kemudian, keluarlah Ibu Rey dari dapur tersebut. "Dari mana?"
"Hm, tadi ngerjain tugas," jawab Rey.
"Kok nyampe malem gini?" tanya Ibu Rey.
Sekarang memang sudah pukul delapan malam. Setelah meninggalkan Anya di halte sendirian, Rey memang tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke atap sebuah gedung yang sudah tidak terpakai lagi. Rey benar-benar butuh waktu untuk menyendiri.
Rey menghela napasnya. "Aku capek, Ma."
Ibu Rey menggelengkan kepalanya. "Ya udah. Coba kamu tolong cek Devan di kamarnya, udah tidur atau belum, soalnya mama mau ngomong sama dia."
Rey mengangguk lalu berjalan menuju lantai dua, tepatnya ke kamar Devan. Sebenarnya ia malas sekali harus menginjakkan kakinya ke kamar kakaknya ini, tapi karena ibunya menyuruh, Rey terpaksa melakukannya.
Rey membuka pintu kamar Devan lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Van," panggil Rey.
Tidak ada jawaban.
Rey memanggil Devan berulang-ulang namun tidak ada jawaban juga. Tak lama, suara dengkuran mulai terdengar.
"Kebo dasar." Rey menutup kamar Devan lalu menemui ibunya di lantai bawah.
"Devan udah tidur," ucap Rey.
"Oh ya udah, besok aja deh." Ibu Rey tersenyum tipis lalu masuk ke kamarnya.
Rey kembali ke lantai atas lalu masuk ke kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di kasur.
Sebelum merapatkan matanya, Rey menyempatkan diri untuk membuka ponselnya terlebih dahulu. Ia membuka notifikasi LINE-nya yang berasal dari Andra.
Kenapa nih orang, tumben nge-LINE, batin Rey.
Andra H.: Oi.
Rey mengetikkan sebuah balasan untuk Andra.
Reynaldi A.: Apaan?
Tak lama Andra akhirnya membalas.
Andra H.: Liat channel youtube angkatan sekarang juga.
Rey memutar bola matanya. Buat apa ia menghabiskan kuotanya untuk membuka youtube?
Reynaldi A.: Gak ah, males. Kuota gue juga udah menipis.
Andra H.: Cepetan liat. Penting.
Rey menutup aplikasi LINE-nya lalu menaruh ponselnya di bawah bantal setelah membaca chat terakhir dari Andra.
"Palingan gak penting-penting amat." Rey memejamkan matanya lalu tak lama kemudian ia tertidur pulas.
》》》《《《
Rey turun dari motornya setelah memarkirkannya. Ia berjalan menyusuri koridor dengan santai karena bel masuk masih lumayan lama, yaitu sekitar dua puluh menit. Sedangkan Devan, terakhir Rey lihat ia masih bicara dengan ibunya di rumah.
Baru beberapa langkah menyusuri koridor, murid-murid langsung menatap Rey sambil berbisik-bisik.
Rey melirik ke arah mereka lalu berpikir bahwa mungkin Devan berulah lagi.
"Eh, itu Rey," ucap salah satu murid. "Ternyata Rey selama ini gak gitu ya."
Rey mengerutkan keningnya mendengar murid itu berbicara dengan volume yang cukup besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Race
Teen FictionBerawal dari sebuah balapan yang membawa petaka. Demi memertaruhkan harga diri masing-masing, Rey rela buat adu balap sama kakaknya sendiri. Sampai akhirnya, karena sebuah tragedi mengerikan itu, pacar Rey pergi ninggalin dia. Dan yang lebih parahny...