8. Medali

582 39 10
                                    

Sudah berjam-jam Rey memejamkan matanya di tempat tidur, tapi dirinya tidak terlelap juga. Biasanya, Rey akan mudah terlelap bila sudah mematikan lampu kamarnya dan menutup dirinya dengan selimut, tapi kali ini rasanya susah sekali untuk tertidur.

Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati Rey, tapi Rey juga tidak tau apa.

Rey akhirnya membuka selimutnya dan menjambak rambutnya frustasi. Ia bangun dari posisi tidurnya dan duduk di pinggir kasurnya. Ia meraba-raba tempat tidurnya, mencari keberadaan ponselnya dalam kegelapan.

Setelah meraba-raba tempat tidurnya beberapa menit, akhirnya Rey menemukan ponselnya yang berada di bawah bantal.

Rey menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi LINE. Matanya terpaku pada chat dari seseorang kemarin malam. Sebenarnya, Rey sudah melihat isi chat-nya di sekolah, tapi entah kenapa ia seperti menunggu-nunggu chat baru dari orang itu.

Rey membuka profil LINE orang itu. Lania Alayya P. Ya, itu adalah display name orang itu. Senyum Rey langsung muncul begitu saja ketika melihat profil Anya. Otaknya langsung memutar kejadian di mana ia dan Anya membersihkan lapangan bersama-sama, membeli es krim di taman komplek rumah Anya, dan juga saat ia dan Anya naik ayunan bersama. Oh, Rey baru ingat. Kejadian di mana ia membuat Anya mengingat kembali trauma masa kecilnya.

Rey menghembuskan napasnya lalu mengacak-acak rambutnya. Perasaan bersalah menghinggapinya kembali. Mungkin ini yang membuat Rey susah tidur daritadi.

Pandangan Rey beralih pada profil picture Anya. Ia memencet foto tersebut dan dengan tidak sabar, menunggu loading foto tersebut agar bisa melihat foto profil Anya.

Tanpa disadari, Rey mengernyitkan dahinya menatap foto profil Anya. Di foto itu ada seorang cowok yang dengan santainya merangkul bahu Anya, dengan Anya yang tersenyum lebar di foto itu.

Rey mendengus kesal dan menutup profil LINE Anya dengan kasar.

Sekarang sudah hampir tengah malam, tapi rasa kantuk belum menyerang Rey juga. Rey mencoba membaringkan tubuhnya lagi di kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut.

Saat Rey memejamkan matanya, sekelebat kejadian saat ia dan Anya duduk di ayunan taman saat sedang makan es krim, tiba-tiba terputar jelas di otaknya.

Rey membuka matanya dan sadar bahwa yang membuatnya tidak bisa tidur adalah karena rasa bersalahnya pada Anya.

Tanpa pikir panjang, Rey langsung mengambil ponselnya kembali dan membuka chat-nya dengan Anya untuk yang kedua kalinya.

Rey langsung mengetik sebuah pesan di chat-nya dan menekan tombol send.

Reynaldi A.: Lan.

Sepuluh menit berlalu, tapi Rey tidak mendapatkan sebuah balasan pun dari Anya.

Rey mendengus kesal sambil melihat jam digital yang terpampang di pojok kanan ponselnya. "Bego! Udah jam 12 gini, mana mungkin dia jawab chat lo jam segini! Bego banget sih gue," rutuk Rey pada diri sendiri.

Saat Rey hampir melempar ponselnya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Dengan cepat, Rey melihat ponselnya kembali dan senyumnya langsung merekah saat melihat sebuah notifikasi dari Anya.

Lania Alayya P.: Yaa.

Rey langsung mengetikkan balasan pesan untuk Anya dengan semangat.

Reynaldi A.: Gue ganggu ya?

Lania Alayya P: Gak kok. Kenapa? Tumben.

Rey berulang kali mengetikkan balasan untuk Anya, namun dihapusnya kembali, dan begitu seterusnya. Setelah menemukan kata-kata yang tepat, Rey akhirnya membalas pesan Anya.

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang