4. Hari Pertama

789 49 23
                                    

Mimpi buruk yang menghantui Rey akhirnya tiba. Rey terbangun dari tidurnya tapi tidak berkutik sedikitpun dari tempat tidurnya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 tapi Rey tidak kunjung turun dari tempat tidurnya. Beberapa menit kemudian, pintu kamar Rey terbuka dan masuklah seorang perempuan paruh baya.

Perempuan paruh baya itu berjalan ke kasur Rey dan membuka selimut yang menutupi badan Rey. "Rey! Kamu lupa sekarang hari pertama kamu sekolah di sekolah baru? Ayo, cepet mandi sana!" seru perempuan paruh baya itu, yang ternyata adalah Ibu Rey.

Rey berusaha menarik selimut yang diambil ibunya. "Aku gak mau sekolah di situ, Ma." Ibu Rey melempar selimut yang ia pegang. "Mama gak mau tau! Kamu sekolah di situ, atau gak usah sekolah sama sekali!" Ibu Rey keluar dari kamar Rey dan membanting pintu kamar Rey hingga tertutup.

Rey menjambak rambutnya frustasi. Ia merasa seperti menuju kematian bila datang ke sekolahan Devan itu.

Setelah berperang dengan dirinya sendiri, Rey akhirnya memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap menuju sekolah barunya.

Rey keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Di sana sudah ada Ibu Rey dan Devan. Ia berniat untuk langsung jalan ke sekolahnya tanpa sarapan terlebih dahulu, tapi saat ia akan keluar rumah, Devan memanggilnya.

"Rey! Sarapan dulu sini!" seru Devan. Rey menoleh sambil mengerutkan keningnya. "Tumben," ucap Rey lalu ikut makan bersama Devan dan ibunya.

Setelah memakan sarapannya, Devan bangkit dari duduknya lalu berpamitan pada Ibunya. "Ma aku jalan dulu ya," pamit Devan. "Rey, cepet makannya, nanti telat." Sekali lagi Rey menatap kakaknya itu dengan kening berkerut.

Ibu Rey bangkit juga dari duduknya. "Kamu tau 'kan jalan ke sekolahan Devan? Udah cepet berangkat sana."

Rey mengangguk lalu melahap sampai habis roti isi selai kacang yang ia buat. "Iya, Ma. Aku berangkat dulu ya," pamit Rey. Rey berjalan ke garasi rumahnya dan mengeluarkan mobilnya menuju sekolah.

》》》《《《

Saat ini Rey sudah berada di parkiran SMA Pramudja, sekolah barunya. Rey masih setia di dalam mobil sambil melihat murid-murid berlalu-lalang.

Jam menunjukkan pukul 06.20. Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dengan segenap keberanian, Rey memutuskan untuk turun dari mobilnya karena ia harus lapor kepada kepala sekolah dahulu sebelum masuk ke kelasnya.

Beberapa pasang mata langsung tertuju kepada Rey ketika ia turun dari mobilnya. Mereka menatap Rey dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan bertanya-tanya.

Rey berusaha tidak memedulikan tatapan-tatapan itu dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sebenarnya Rey tidak tau di mana ruang kepala sekolah, tapi ia memutuskan untuk mencarinya sendiri.

Rey melewati koridor sekolahnya yang sedang ramai-ramainya. Ia merasakan semua orang yang ada di koridor mengamatinya.

Dengan tas yang disampirkan di bahunya, Rey berusaha tetap tenang dan mencari ruang kepala sekolah.

Murid-murid yang ada di koridor mulai berbisik-bisik, terutama kaum hawa.

''Eh itu siapa? Gak pernah liat deh gue," bisik seorang cewek dengan rambutnya yang dikuncir satu itu. "Gak tau tuh, kayaknya anak baru." Teman cewek berkuncir satu itu menimpali. "Ganteng banget gila. Pokoknya dia gebetan baru gue!"

Rey mendengar dengan samar bisik-bisik para kaum hawa tersebut. Ia hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya. Di sepanjang jalannya di koridor, hampir semua cewek-cewek yang dilewatinya berkata hal yang sama tentang Rey. Tak ketinggalan, tatapan memuja juga terpampang jelas di wajah cewek-cewek itu.

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang