Rey kini sudah berada di depan rumahnya. Ia membunyikan klakson mobilnya dua kali sebagai isyarat supaya satpam membukakan pagar rumahnya. Setelah pagar rumah Rey dibuka, Rey segera menjalankan mobilnya ke dalam garasi rumahnya.
Rey menghembuskan napasnya kasar. "Sial."
"Kak Devan udah ada di rumah ya?" tanya Dytha. Rey mengangguk. "Iya. Tumben banget. Biasanya dia pulang malem."
"Apa aku pulang aja ya?"
Rey menggeleng cepat. "Jangan. Palingan Devan di kamar doang. Yuk turun."
Rey turun dari mobilnya terlebih dahulu lalu ia membukakan pintu penumpang untuk Dytha. Dytha tersenyum tipis. "Makasih."
Rey membalas senyum Dytha lalu menggandeng tangan gadis di sampingnya ini ke dalam rumah. "Duduk, Dyth."
Rey dan Dytha akhirnya duduk berdua di ruang keluarga. Dytha berdeham. "Hm ... terus kita mau ngapain sekarang?"
"Ya, ngobrol aja. Gak usah canggung gitu kali, Dyth. Inget aja pas kita masih pac--" Rey menghentikan ucapannya. "Sorry."
Dytha hanya terdiam karena merasa keadaan semakin canggung. Rey akhirnya memecah keheningan di antara mereka. "Aku mau nanya dong, Dyth."
Dytha menaikkan sebelah alisnya. "Nanya apa?"
Rey menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kamu sebenernya kenapa jadian sama Devan?"
Dytha ternganga. Belum sempat ia menjawab pertanyaan dari Rey, tiba-tiba ada seseorang yang menginterupsi pembicaraan mereka. "Hai semua."
Rey mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal dari tangga rumah Rey. Di sana berdiri sosok yang sama sekali tidak ingin Rey lihat saat ini. Bukan, bukan makhluk halus, melainkan Devan.
Devan berjalan mendekati Rey dan Dytha. "Hai semua. Boleh gabung gak?"
Rey dan Dytha tidak ada yang mencoba untuk menjawab pertanyaan Devan. Keduanya saling bersitatap.
"Gue anggap sebagai boleh ya." Devan menyeringai lalu duduk di samping Dytha.
Sempat hening beberapa saat sebelum Devan akhirnya angkat bicara. "Rey, ambilin tamu yang cantik ini minum dong." Devan mengelus pipi Dytha dengan punggung tangannya.
Rey menatap Devan dengan wajah datar. Perasaan yang sempat Rey rasakan kemarin-kemarin mendadak hilang. Biasanya Rey pasti akan terpancing bila melihat Devan dekat-dekat dengan Dytha. Tapi sekarang ... entahlah.
Rey bergumam dan pergi ke dapur rumahnya. Ia membuat dua gelas jus jeruk untuknya dan Dytha. Masa bodoh dengan Devan. Rey membawa jus tersebut ke ruang keluarga. "Minum dulu, Dyth."
Dytha mengangguk lalu meneguk jus jeruk buatan Rey. "Makasih."
Devan sudah hampir mengambil gelas yang satunya lagi sebelum Rey mengambil gelas itu terlebih dahulu. "Ini buat gue. Lo buat aja sendiri," ucap Rey.
Devan berusaha merebut gelas yang ada di tangan Rey. "Sini."
Rey meneguk minumannya tanpa menghiraukan Devan. "Bikin."
"Oke, gak apa-apa kok." Devan meletakkan kedua tangannya di depan dada sambil menyeringai. "Gue minum berdua aja sama Dytha."
Mata Rey membelalak. Ia tidak menyangka Devan akan senekat itu. Devan langsung merebut gelas yang ada di tangan Dytha lalu meneguk jus tersebut. "Hm ... jadi enak ya jusnya bekas mulut lo."
Rey bergidik. "Jijik tau gak lo."
Devan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Lo cemburu? Dytha kan pac-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Race
Novela JuvenilBerawal dari sebuah balapan yang membawa petaka. Demi memertaruhkan harga diri masing-masing, Rey rela buat adu balap sama kakaknya sendiri. Sampai akhirnya, karena sebuah tragedi mengerikan itu, pacar Rey pergi ninggalin dia. Dan yang lebih parahny...