16. Main-main

390 26 13
                                    

Jam pelajaran pertama dimulai. Guru ekonomi telah masuk ke kelas 11 IPS 2 ini. Murid-murid duduk di tempatnya masing-masing. Ada yang fokus memerhatikan guru di depan kelas, namun ada juga yang asik sendiri dengan kegiatannya, contohnya Rey. Ia sedari tadi asik saja menulis sesuatu.

Andra menyenggol lengan Rey. "Nulis apaan sih?"

Rey menatap Andra sebal. "Ah, kecoret kan! Mau tau aja lo."

Rey melanjutkan menggoreskan tinta bolpoinnya di secarik kertas. Setelah menyelesaikan tulisannya yang berulang kali dihapus dengan correction tape-nya, Rey mengangkat kertas tersebut dan membacanya dalam hati.

Lan, bisa temuin gue di halaman belakang sekolah pas istirahat? Gue tunggu ya:)

Ya, mungkin isi kertas tersebut cukup singkat. Oh, bahkan sangat singkat, tapi Rey menghabiskan kurang lebih lima belas menit untuk menulis itu, dan Rey cukup puas dengan hasil tulisannya.

Rey melipat kertas tersebut menjadi segiempat lalu membalikkan badannya ke belakang. Ia memberikan kertas tersebut kepada Anya.

Anya mengenyitkan dahinya. Ia ingin bertanya pada Rey tapi Rey sudah menghadap kembali ke depan.

Anya membuka lipatan kertas tersebut lalu membaca hasil tulisan tersebut. Tanpa sadar Anya menyunggingkan senyumnya.

Rey membalik badannya lagi ke Anya lalu mengulas senyumnya juga saat melihat Anya mengangguk dengan malu-malu.

Yes, batin Rey.

》》》《《《

Jam istirahat yang ditunggu-tunggu oleh Rey akhirnya tiba juga. Ia tidak sabar ingin berbicara empat mata dengan Anya.

Baru saja Rey berdiri dari duduknya, Andra sudah memanggilnya. "Rey, mau kemana?"

Rey menggaruk tengkuknya. "Hm—i—itu ... gu—gue ada urusan!"

Andra menaikkan sebelah alisnya. "Urusan, hm?"

Rey menghindari kontak mata dengan Andra. "Ah, lo kok kepo banget sih hari ini! Udah ah, lo ke kantin sendiri aja ya." Tanpa menunggu persetujuan Andra, Rey keluar dari kelas sebelum diserang dengan pertanyaan dari Andra yang tidak akan ada habisnya sebelum Rey mengatakan yang sebenarnya.

》》》《《《

Rey duduk di bangku halaman belakang sekolah sembari menunggu Anya datang. Sebelum ke sini Rey sudah sempat membeli batagor di kantin untuk menjinakkan cacing di perutnya.

Rey celangak-celinguk mencari keberadaan Anya yang bahkan belum terlihat batang hidungnya. Setiap murid perempuan yang lewat di dekat Rey selalu ia pandangi sampai-sampai ada beberapa murid perempuan yang dibuat risih oleh Rey.

Batagor yang Rey beli sudah habis, tetapi Anya belum kunjung datang juga. Apa mungkin Anya sedang pergi ke kantin dahulu untuk makan di sana sebelum bertemu dengan Rey? Ya, mungkin saja. Rey memutuskan untuk menunggu Anya lebih lama lagi.

Bukannya Anya yang datang, melainkan Devan dan teman-temannya yang lewat di depan Rey. Rey memutar bola matanya jengah. Ia berusaha tidak memedulikan Devan dan teman-temannya.

David yang berjalan bersama Devan menyenggol lengan Devan. "Van, tuh Rey lagi sendiri."

Devan mengangkat alisnya. "Terus kenapa?"

"Lo gimana sih. Itu kesempatan lo lah! Mangsa lo lagi sendirian dan gak dijaga sama bodyguard-nya, masa lo mau diem aja?" ucap David gemas.

Devan melirik Rey yang sedang duduk sendiri. "Lagi gak mood gue ngerjain dia."

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang