Bel pulang sekolah sudah berbunyi, tapi Rey tidak bersemangat sama sekali, karena sehabis ini ia harus membersihkan lapangan dan halaman belakang sekolahnya dulu.
Rey menghembuskan napasnya. Ia sudah merapihkan barang-barangnya yang berserakan di meja, tapi tidak kunjung bangkit dari duduknya juga.
"Lo kenapa deh?" tanya Andra. "Lesu banget keliatannya ... udah pulang sekolah juga. Harusnya lo semangat dong, bisa santai-santai di rumah abis ini."
Rey memutar kedua bola matanya. "Gimana mau santai-santai, orang abis ini gue disuruh bersihin lapangan sama halaman belakang sekolah dulu. Mau pulang jam berapa coba."
"Lah? Disuruh sama siapa?" tanya Andra.
"Sama Bu Siwi, gara-gara gue masuk toilet cewek tadi. Lo juga sih, gak ngasih tau gue, kalo gue salah masuk toilet." Rey mendelik ke arah Andra.
"Gue udah neriakin lo, pas lo masuk ke toilet cewek, tapi lo gak denger. Lagian, tulisan segede itu di pintu toilet masa gak keliatan." Andra membela diri.
Rey menimpuk Andra dengan kertas coret-coretan yang sudah tidak dipakai. "Tau ah, makin bete gue ngomong sama lo."
Rey bangkit dari duduknya lalu menyampirkan tasnya ke bahu.
Andra tertawa kecil. "Ah elah, gitu aja ngambek. Baper dasar, kayak cewek."
"Bodo," ucap Rey lalu pergi meninggalkan Andra sendirian di kelas.
》》》《《《
Rey berjalan ke lapangan yang sudah sepi oleh murid-murid, setelah sebelumnya ia sudah makan dulu di kantin sekolahnya, sambil menunggu sekolah ini sepi.
Rey menghampiri seorang pria paruh baya yang mengenakan kaos oblong dan celana bahan sederhana yang sedang menyapu di lapangan.
Rey menyolek punggung pria paruh baya tersebut. "Pak."
Pria paruh baya itu menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah Rey. "Iya?"
"Sa--saya Rey Pak, saya disuruh sama Bu Siwi--"
Belum Rey menyelesaikan ucapannya, pria paruh baya itu sudah memotongnya. "Oh, kamu Rey? Iya iya Bapak tau... Bu Siwi udah bilang ke saya, katanya kalo ada kamu, Bapak disuruh ngasih alat-alat kebersihan ke kamu. Oh iya, saya Pak Maikel, yang suka ngebersihin sekolah ini."
Rey tersenyum tipis. "Oh, iya saya tau Pak."
"Terus, kamu kenapa disuruh bersih-bersih gini?" tanya Pak Maikel.
"Sa--saya ...," ucap Rey. "ya ... biasalah Pak."
Pak Maikel tertawa kecil. "Ah, iya saya tau. Pasti kamu dihukum 'kan? Emang anak muda ya. Ya udah saya ambil alat-alatnya dulu ya."
Rey mengangguk lalu setelah itu Pak Maikel pergi meninggalkannya.
Tak lama, Pak Maikel kembali dengan membawa sebuah serokan dan sebuah tempat sampah besar yang memiliki roda di bawahnya ke arah Rey.
"Ini alat-alatnya ya. Kamu nanti sapu dulu itu sampah-sampahnya, kumpulin di satu tempat, abis itu serokin deh sampahnya terus masukkin ke tempat sampah ini," jelas Pak Maikel.
Rey mengangguk mendengar penjelasan Pak Maikel. "Oh ... oke Pak."
Pak Maikel melirik jam tangannya. "Eh, Nak Rey, tadi kata Bu Siwi saya boleh pulang setelah kamu datang. Jadi ... saya pamit dulu ya. Semangat Nak Rey!"
Rey membulatkan matanya. "Yah, Bapak pulang nih? Saya sendiri dong Pak nyapunya ... ya udah deh. Hati-hati Pak!"
Pak Maikel menepuk pundak Rey. "Iya, maafin saya ya Nak Rey." Setelah itu, Pak Maikel meninggalkan Rey sendiri dengan alat-alat kebersihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Race
Teen FictionBerawal dari sebuah balapan yang membawa petaka. Demi memertaruhkan harga diri masing-masing, Rey rela buat adu balap sama kakaknya sendiri. Sampai akhirnya, karena sebuah tragedi mengerikan itu, pacar Rey pergi ninggalin dia. Dan yang lebih parahny...