Halu! Cuma mau bilang, di chapter ini banyak banget dialognya daripada narasinya. Emang sengaja sih, biar bisa ngejelasin masalah Rey dan Andra pake bahasa yang gak terlalu formal dan sejelas-jelasnya.
Oke, w bacot. Selamat membaca!
》》》《《《
Setelah memarkirkan motornya, Rey melangkahkan kakinya ke dalam sebuah kafe yang berada tak jauh dari sekolahnya. Ya, Kafe Emerald.
Andra sudah duduk di kursi yang ada di pojok Kafe Emerald sambil memainkan ponselnya. Ia melambaikan tangannya ke arah Rey agar Rey melihatnya. Mata Rey langsung menangkap sosok Andra lalu menghampirinya.
"Ekhm." Rey duduk di kursi yang berada bersebrangan dengan Andra.
"Jadi ... siapa dulu yang cerita?" tanya Andra.
"Hm, lo a--"
Ucapan Rey terhenti saat seorang wanita dengan seragam pelayan datang menghampiri mejanya dan Andra. "Mau pesen apa, Mas?"
Andra tersenyum tipis. "Ice lychee tea nya satu."
Wanita itu mengangguk lalu beralih pada Rey. "Mas nya yang ini apa?"
"Saya strawberry milkshake aja satu," ucap Rey.
Wanita itu mencatat pesanan Rey dan Andra di secarik kertas lalu pergi meninggalkan meja mereka setelah melemparkan senyum sopannya.
"Lo aja dulu yang cerita," tukas Rey tanpa basa-basi.
Andra menghembuskan napasnya berat. "Gue bingung mau cerita dari mana."
Rey memutar kedua bola matanya. "Dari awal."
Andra menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Jadi, sebenernya gue dulu sama Devan temenan, hm, sebenernya bukan temenan biasa sih, gue sama Devan dan temen-temennya bener-bener suka nongkrong bareng, ngerjain orang bareng, bolos bareng, pokoknya semuanya bareng."
Mata Rey terbelalak saat itu juga. Baru saja Rey ingin berbicara, tapi Andra langsung memberinya tatapan tajam agar Rey diam.
"Pasti lo mau nanya, kenapa gue bisa temenan sama Devan. Jawabannya adalah ... karena gue dulu dari awal masuk SMA Pramudja udah bandel banget, songong, berandalan, banyak gaya--oke cukup--pokoknya gitu deh. Nah, entah kenapa Devan tiba-tiba ngajak gue supaya masuk ke gengnya dia gitu deh.
"Awalnya gue gak mau 'kan, tapi dia terus maksa dan bujuk-bujuk gue terus supaya gue gabung sama mereka. Ya, gue bingung 'kan kenapa Devan ngajakin gue segala. Padahal, gue notabenenya cuma adek kelas. Sedangkan, temen-temen segengnya dia yang lain pada satu angkatan sama dia.
"Gue akhirnya nanya 'kan sama Devan, kenapa dia mau gue masuk ke gengnya dia. Dia bilang katanya dia tertarik sama gue. Katanya gue juga cocok masuk ke gengnya dia. Dan akhirnya, karena gue masih terlalu bodoh dan terlalu pengen populer, gue setuju masuk ke gengnya dia. Nah, mulai saat itu gue temenan sama Devan dan temen-temennya. Jadi secara teknis, gue adalah bagian dari gengnya Devan dan temen-temennya dulu."
Rey mengernyitkan dahinya. "Terus, kenapa lo gak gabung sama Devan dan temen-temennya lagi sekarang?"
"Semuanya gara-gara satu cewek. Jadi, awal naik kelas sebelas, ada anak baru di kelas gue--kelas kita sekarang maksudnya. Dia cantik, manis, polos, asik, dan namanya Adissa. Gue jujur, langsung suka sama dia, sejak pertama liat dia perkenalin diri di depan kelas. Nah, ya udah tuh, gue mulai pdkt dong sama dia.
"Yang gak gue sadar saat itu adalah, Devan jadi sering dateng ke kelas gue. Alesannya sih mau nyamperin gue, tapi tau-taunya pas di kelas gue, dia malah ngajak ngobrol Adissa, terus minta kontak LINE nya dia segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Race
Teen FictionBerawal dari sebuah balapan yang membawa petaka. Demi memertaruhkan harga diri masing-masing, Rey rela buat adu balap sama kakaknya sendiri. Sampai akhirnya, karena sebuah tragedi mengerikan itu, pacar Rey pergi ninggalin dia. Dan yang lebih parahny...