14. Pendatang Baru

459 24 27
                                    

Kelas 11 IPS 2 ini sedang ramai-ramainya karena belum ada guru yang masuk. Banyak murid-murid yang berputar mengitari kelas membuat keadaan kelas semakin kacau.

Bu Siwi akhirnya masuk ke kelas dan murid-murid kembali duduk di tempatnya masing-masing. Keadaan kelas menjadi hening seketika.

"Pagi semua," sapa Bu Siwi.

Murid-murid di kelas ini menjawab sapaan Bu Siwi dengan kompak. "Pagi."

"Hari ini kita kedatangan murid baru lagi." Ucapan Bu Siwi membuat satu kelas menjadi gaduh. Murid- murid di kelas ini sibuk bertanya satu sama lain tentang murid baru yang dibilang oleh Bu siwi tadi.

Bu Siwi mengetuk papan tulis dengan spidol miliknya. "Heh, sudah sudah. Kalau kalian berisik, murid barunya tidak akan ibu suruh masuk."

Setelah keadaan kelas hening kembali, Bu Siwi keluar dari kelas dan beberapa menit kemudian masuk kembali dengan seorang laki-laki di sampingnya.

"Baik, jadi ini murid barunya. Mulai sekarang dia akan menjadi bagian dari kelas ini. Ayo, silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Bu Siwi pada laki-laki di sampingnya.

Laki-laki dengan perawakan tinggi itu berdeham. "Ya ... nama gue Reyhan Darlin Farianda. Panggil aja Darlin. Gue pindahan dari Bandung. Salam kenal."

"Oke Darlin. Kamu duduk di samping Oskar ya." Bu Siwi menunjuk sebuah meja di barisan paling belakang. Darlin mengangguk lalu berjalan ke tempat duduknya.

"Oi." Oskar menyeringai ke arah Darlin. "Kenalin, gue Oskar."

》》》《《《

Anya sedari tadi tidak fokus pada pelajaran karena terus-terusan melihat ke arah murid yang baru masuk itu, Darlin. Sampai jam istirahat tiba, perhatian Anya tetap tertuju pada murid itu.

"Woy, lo kenapa sih ngeliatin anak baru itu mulu?" tanya Aris. Anya tidak menggubris pertanyaan dari Aris. Aris yang merasa tidak diacuhkan akhirnya pergi meninggalkan Anya ke kantin.

"Hai, honey," sapa seseorang yang membuat lamunan Anya terbuyar seketika. Anya menoleh ke orang itu lalu tanpa aba-aba mulutnya terbuka lebar.

"Surprise?" ucap orang itu. "Honey, kamu kenapa sih kayaknya gak suka banget aku di sini?"

Anya menampar pipi kanannya. "Ini mimpi kan?"

Orang itu memutar kedua bola matanya. "Honey, please, ini aku. Reyhan Darlin Farianda. Pacar kamu. Kamu gak mungkin lupa kan sama aku?"

"Gak, gak mungkin. Kamu kan sekolah di Bandung. Kamu gak mungkin pindah sekolah ke sini kan?" tanya Anya, masih kaget dengan apa yang dia lihat.

Darlin duduk di kursi depan tempat duduk Anya. "Apa sih yang gak mungkin? Aku pindah sekolah ke sini sekarang." Anya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi kenapa?"

"Ya, karena ... aku gak bisa LDR-an sama kamu terus. Makanya aku putusin buat sekolah di Jakarta aja. Lagipula, Mom and Dad juga ngizinin. Tapi kamu seneng kan?"

Anya mengangguk pelan. "Iya, tapi aku masih shock aja kamu gak ngabarin aku."

Darlin meraih kedua tangan Anya. "Aku sengaja, oke? Aku mau buat kejutan buat kamu. Jadi, mulai sekarang pokoknya kamu gak boleh jauh-jauh dari aku."

"Ekhm." Suara dehaman seseorang membuat Darlin sontak melepaskan pegangannya pada tangan Anya. "Misi. Gue mau duduk."

Darlin menatap Rey sinis. "Sebentar dong, gue lagi ngobrol sama my honey."

Rey sontak tertawa. "Apa? My honey? Maksud lo Lania?"

"Iya, kenapa emang? Ada masalah?" tanya Darlin. Rey mendecak. "Gak ada masalah sih, cuman aneh aja. Lo baru kenal Lania dan langsung manggil honey segala. Bisa juga modus lo."

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang