2. Balapan

1.2K 64 9
                                    

Rey terbangun dari tidurnya saat seseorang menggedor-gedor pintu kamarnya dengan keras.

Dengan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul, Rey mengucak matanya berulang-ulang lalu mengambil ponsel yang ada di bawah bantal.

"Setengah sembilan!" seru Rey saat melihat jam digital yang terpampang di lock screen ponselnya itu.

Dalam hitungan detik, Rey langsung bangun dari posisi tidurnya dan melesat ke kamar mandi.

Setelah melakukan aktifitasnya di kamar mandi, Rey berjalan ke lemari kayunya sambil melihat-lihat tumpukan baju yang tersusun rapi di lemarinya itu.

Akhirnya Rey mengambil sebuah jaket kulit berwarna hitam, lalu dikenakannya ke badan tegapnya itu. Rey tampak dua kali lebih tampan dan gagah dari biasanya.

Selesai memandangi pantulan dirinya sendiri di kaca, Rey akhirnya bergegas keluar dari kamarnya. Di saat yang bersamaan, Devan keluar juga dari kamarnya dengan sebuah jaket kulit yang disampirkan di bahunya.

Devan menyeringai. "Gimana? Udah siap?" tanya Devan. Rey membalas seringaian kakaknya. "Siap lah. Lo kali yang belom siap ngadepin gue."

"Duh, takut nih gue ngadepin lo," ucap Devan sambil pura-pura bergidik. "Haha, lo gak mau nyerah sekarang aja nih sebelum gue permaluin lo di adu balap nanti?"

Rey menggeretakan giginya. "Gak usah banyak bacot deh. Kita buktiin nanti pas balapan." Rey menuruni tangga dan menuju ke garasi rumahnya.

Setelah mengambil helm full face berwarna putihnya, Rey segera naik ke motor besarnya dan memasang helm tersebut. Begitu pula Devan. Ia memasang helmnya lalu naik ke motor miliknya.

Devan menyejajarkan motornya dengan motor Rey. "Kita mau adu balap di mana?" Rey menoleh ke arah Devan. "Di jalan depan bengkel langganan aja. Di situ sepi karena banyak rumah kosong, jalanannya lebar juga. Gak bakal ada polisi di sana."

"Oke. Gue mau nyamperin temen-temen gue dulu. Ketemuan aja di sana nanti," ucap Devan. Rey mengangguk. "Iya, gue juga mau jemput Dytha dulu."

Setelah itu mereka mengendarai motornya masing-masing ke arah yang berlawanan. Rey menjemput Dytha, Devan menjemput temannya.

Rey turun dari motornya saat sampai di rumah dengan pagar putih lalu berjalan ke arah pagar. Ia memencet bel yang ada di dekat pagar itu.

Beberapa saat kemudian, Dytha keluar dari dalam rumahnya dan langsung menghampiri Rey yang telah menunggu di luar rumah.

Dytha mengulas senyumnya. "Hai, Sayang! Maaf ya agak lama." Rey menggeleng. "Gak lama kok. Ya udah yuk langsung aja jalan." Rey naik ke motornya berbarengan dengan Dytha lalu Rey melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Rey dan Dytha telah sampai di jalanan yang akan dijadikan arena balapan untuk Rey dan Devan. Di situ terlihat jelas garis start dan finish yang akan menjadi tempat Rey dan Devan memulai sekaligus mengakhiri balapan.

Dytha melemparkan pandangan ke sekitar. "Kok sepi? Kamu mau adu balap sama siapa sih emang?" Rey terdiam sebentar lalu melihat beberapa orang dengan motornya yang sedang menuju ke arahnya. "Sama itu." Rey menunjuk orang dengan helm full face-nya yang berwarna hitam.

Dytha memicingkan matanya. Ia tidak bisa melihat orang yang ditunjuk Rey karena wajah orang tersebut terhalingi oleh helm yang kacanya sangat gelap jika dilihat dari luar.

Sekumpulan orang itu lalu melepas helmnya dan menghampiri Rey dan Dytha.

Dytha tercengang melihat orang di depannya. "Lah? Kak Devan?" tanya Dytha bingung. Devan mengerlingkan matanya. "Hai, Dyth."

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang