Hari ini Warung Abah kedatangan segerombolan cewek SMK Medika. Mereka masih berseragam serbaputih, lengkap dengan tatanan rambut super-rapi dan make up tipis-tipis. Kebanyakan jurusan keperawatan, kelas sebelas juga, tapi ada siswa baru yang mengaku mau cari pacar anak otomotif. Keren, katanya. Apalagi Geboy, selaku ketua yang memiliki pamor tinggi plus perawakan enggak kaleng-kaleng. Sayang, lelaki itu sudah di-booking oleh pentolan mereka, Kira.
Sejak datang dan memesan cilok kuah seblak, gadis itu duduk di sebelah Geboy yang sedang merokok. Ia enggak keberatan dengan asap berbau mentol yang keluar dari mulut sang gebetan. Akhir-akhir ini intensitas pertemuan mereka makin sering dan unpredictable. Entah si gadis sedang taruhan atau apa, Geboy enggak tahu dan enggak peduli juga. Walau agak risi karena diikuti ke mana saja, ia tetap membiarkan Kira menggandengnya tanpa permisi.
"Mau, nggak?" Gadis yang mengenakan pita biru muda itu berniat menyuapi Geboy.
"Nggak pake cabe."
"Oke."
Geboy pun membuka mulut saat Kira membuang potongan cabai yang tersangkut di sendok. Ia hanya tersenyum tipis dan lanjut mengobrol dengan Komal serta anak-anak lain. Aktivitas itu berlangsung sampai setengah jam dan enggak ada yang bosan.
"Gue mau beli boba, mau nitip?"
Kira pun berdiri. Terlalu banyak makan sambal dan gorengan membuat tenggorokannya gatal. Ia perlu sesuatu yang dingin, tapi Abah sedang belanja keluar--warung dititipkan ke anak-anak geng--jadi lama kalau harus menunggu.
"Boleh, kalian gimana?" tanya Geboy pada anggota Geng Senter yang lain dan dibalas dengan gelengan. "Mau gue temenin, Ra?"
"Nggak apa-apa?" Mata Kira sontak berbinar.
"Iya. Ayo, kalau gitu."
Geboy enggak mungkin membiarkan gadis ini berjalan sendirian ke depan. Pasalnya, laki-laki di bengkel seberang suka cat calling dan bikin kesal pengunjung sini. Ia enggak mau wanita-nya diapa-apakan oleh manusia semacam itu.
Setelah sampai, Kira lekas memesan dan mengabsen pesanan favorit Geboy, "Less sugar, less ice, extra topping, kan?"
"Kalau lo, semua normal plus extra cream cheese. Right?"
Kira langsung semringah. Pipinya auto merah sampai-sampai ia memalingkan muka dan lekas menuliskan apa yang mereka mau pada selembar note. Geboy sedikit terkikik lalu duduk di pinggir.
Lelaki itu memperhatikan sang gadis dari jauh. Tinggi Kira sekitar sepuluh senti di bawahnya. Enggak pendek-pendek amat untuk ukuran cewek. Rambutnya panjang sesiku yang selalu digulung rapi. Ia punya lesung pipi dan tahi lalat di dekat hidung. Kalau tersenyum, gula saja kalah manis. Kadang Geboy bertanya-tanya, kenapa kembang Medika ini mau mengikutinya di setiap kesempatan?
"Udah?" tanya Geboy saat Kira mendekat.
"Nunggu sebentar."
"Oke."
Kira mengayunkan kaki lalu tiba-tiba berucap, "Lo tambah cakep btw kalau pakai headband begini."
Hah? Geboy refleks menoleh. "Makasih."
"Hm," Kira mengangguk kecil, "mau dipake terus?"
"Ini? Enggak. Paling lusa udah gue lepas."
Geboy enggak berbohong. Jahitannya sudah mengering dan bekas itu mulai bisa diajak kompromi. Ia enggak perlu sembunyi-sembunyi lagi.
"Padahal cocok, lho."
"Gue nggak mau bikin anak orang tambah mleyot, sih. Lo aja."
Kira sontak tertawa dan memukul lengan lelaki di sampingnya. "Bisa di-rem dikit, nggak? Jangan nurunin pamor gitu, lah. Malu gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asoy Geboy ✔
Teen Fiction[Cartoon Series #1] Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papan...