30. HUKUM SAKSI BISU

438 48 31
                                    

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

Avellino bangkit dari posisi duduknya saat ia melihat Papanya berjalan menghampirinya.

"Papa...." panggil Lino dengan ragu. Apalagi saat ia melihat raut wajah papanya yang datar. Tak ada senyum yang biasa wajah itu tampilkan saat bertemu dengannya.

"Kamu akan dihukum Avellino. Kamu papa kurung dikamar selama 3 Minggu." ucap Papa Jiwan yang langsung mendapat tatapan tak percaya dari Avellino.

"Tap-"

"Tidak ada bantahan, Avellino!" serunya yang langsung membuat Avellino menunduk takut.

"Sekarang pergi ke kamar." suruh Papa Jiwan tanpa menoleh atau menatap ke arah Avellino.

"Pa-" panggil Lino yang disela oleh papanya.

"Avellino." sela Papa Jiwan dengan nada dingin.

"B-baik pa."

***

Hari berganti hari, tak terasa waktu sudah menunjukkan Minggu ke 2 dimana masih ada waktu 1 Minggu lagi sebelum masa hukuman yang diberikan oleh Papa Jiwan untuk Avellino selesai.

Sedangkan untuk Zhaniel, pemuda itu telah sembuh setelah dirawat selama 1 Minggu lebih di rumah sakit. Avellino yang mendapat kabar, tersenyum penuh syukur. Ia merasa tak nyaman, namun apa boleh buat dirinya tak bisa keluar dari kamar sebelum masa hukumannya selesai.

2 hari kemudian....

Avellino sedang fokus memperhatikan layar televisi yang menampilkan kartun spon kuning alias Spongebob Squarepants.

Ceklek

Pintu terbuka dari luar dan masuklah seorang bodyguard.

"Tuan muda." panggil seseorang bodyguard yang masuk ke dalam kamar Avellino.

"Em paman?" Mengalihkan pandangannya ke arah sang bodyguard.

"Ini susu pisang yang anda inginkan." ucap sang bodyguard seraya menyodorkan segelas susu pisang kepada Avellino.

"Terimakasih paman." Avellino tersenyum menerimanya.

"Sama-sama tuan muda."

"Paman." panggil Avellino kepada sang bodyguard

"Iya tuan muda?"

"Itu... mereka sedang apa?" tanya Lino dengan ragu.

"Tuan besar dan yang lainnya akan pergi untuk berlibur tuan." jelasnya kepada Avellino.

"Liburan? Kapan?" tanya Lino dengan heran.

"Hari ini tuan muda."

"H-hari ini?" Avellino menatap tak percaya dengan apa yang dibilang oleh sang bodyguard.

Aku ngga diajak, ya? batin Lino dengan sedih.

"Tuan...."

"Tuan muda."

"Ah iya, paman." ucap Lino menatap sang bodyguard.

"Anda melamun?" tanya sang bodyguard tersebut.

Avellino tersenyum tipis "Paman, sekarang mereka ada dibawah?" alihnya bertanya.

"Ada di halaman depan, tuan muda." balasnya.

Avellino pun bergegas bangkit dari tempat tidur menuju balkon kamarnya yang terletak di lantai dua.

Avellino memeluk boneka panda yang ia bawa dengan erat. Matanya memerah menahan tangis melihat keluarganya pergi berlibur tanpa mengajaknya, melainkan mengajak Zhaniel yang notabene hanya orang asing yang ia bawa.

Brum....

Brum....

Mobil Alphard berwarna hitam tersebut perlahan menghilang dari jangkauan mata, tanpa tahu bahwa ada seseorang yang melihat kepergiannya dengan perasaan kecewa.

"Aku ditinggal, ya?" tanya entah kepada siapa.

Apa yang kamu harapkan, Lino? Semuanya udah berubah batinnya.

"Lino jadi kangen sama Bang Rendra." lanjutnya bergumam sambil menatap sekumpulan awan yang perlahan menggelap, sepertinya akan hujan.

DUARR

"ABANG!!!"

"TUAN MUDA!!!"

Tiba-tiba petir menyambar dengan keras, menggelegar di setiap penjuru langit. Avellino berteriak sambil menutup kedua telinganya dan berjongkok. Boneka panda yang berada dipelukannya pun jatuh ke lantai. Sedangkan, sang bodyguard pun segera berlari dan memeluk tubuh kecil sang majikan yang bergetar takut.

Tak lama dari itu, perlahan isak tangis terdengar disusul oleh guyuran air hujan yang turun membasahi bumi. Hal tersebut menjadi saksi bisu tangisan pertama kekecewaan seorang Avellino kepada keluarganya. Serta kekecewaan terhadap hidupnya yang mulai terpecah-pecah, bagaikan sebuah kaca yang tipis nan rapuh?

Bersambung....

Follow Instagram @sheisnonasastra & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang