04. BAYI KELAS

1K 280 256
                                    

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

Seorang pemuda berseragam sekolah berjalan memasuki ruangan makan yang dimana disana sudah ada keluarganya.

"Pagi." sapa Lino dengan riang kepada semua orang yang berada di sana.

"Pagi sayang." jawab Papa Jiwan dan Mama Okta bersamaan.

"Pagi, adek." jawab Rendra dan Adnan bersamaan.

"Kamu mau sarapan pakai roti apa nasi goreng, pangeran kecil?" tanya Mama Okta kepada putra bungsunya itu.

"Nasi goreng, mama." jawab Lino dengan tangan kanannya yang menggenggam sebuah sendok.

"Nih!" Mama Okta pun memberikan sepiring nasi goreng kepada putranya itu yang diterima baik oleh sang empu.

"Makasih ya, mama."

***

Di dalam mobil Avellino sedang duduk dengan tenang sambil menyeruput susu pisang yang memang disediakan selalu di dalam mobil. Sedangkan Adnazriel yang menjadi sopir dari mobil miliknya, memandang adeknya itu dengan menggelengkan kepalanya pelan sesekali fokus ke depan, memerhatikan jalanan.

Avellino memandang keluar jendela dengan kedua tangannya dipenuhi oleh susu pisang di masing-masing genggamannya. Sampai akhirnya mobil yang dikendarai itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah, SMA 1 Cakrawala Ilmu.

Adnazriel menoleh ke arah adeknya "Udah sampe, dek." ucapnya.

Avellino memiringkan kepalanya bingung menatap abangnya itu.

Adnazriel meluruskan tubuhnya dan menunjukkan ke arah luar jendela, membuat Avellino mengikuti arah yang abangnya itu tunjukan, SMA 1 Cakrawala Ilmu yang membuat Avellino tersenyum manis sampai matanya menyipit.

"Udah sampe ya?" tanya Lino yang diangguki oleh sang abang.

"Sekolah yang benar, oke?" ucap Adnan sambil mengusap lembut rambut Lino.

"Siapp laksanakan!" seru Lino dengan tangan tangan membentuk pose hormat.

"Gemesnya, dah sana masuk." gemas Adnan kepada adeknya itu. Avellino tertawa pelan dan menyalami tangan sang abang.

"Papayyy abang!" seru Lino berlari kecil memasuki kawasan sekolah seraya melambaikan tangannya yang dibalas oleh Adnazriel.

Melihat tubuh adeknya yang perlahan menghilang, Adnazriel pun segera menaiki mobilnya pergi meninggalkan kawasan sekolah menunggu kampus.

***

Avellino melangkahkan kakinya menuju kelas nya. Sebelumnya saat pemuda itu berjalan di sepanjang koridor, ia sering di sapa oleh orang-orang yang berada di sana, tentu saja ia membalasnya dengan ramah tak lupa senyum manisnya.

Sesampainya ia di depan kelas 11 Mipa 2, pemuda itu pun segera memasuki kelas tersebut.

"Annyeong, selamat pagii yeorobun." Avellino tersenyum manis menyapa para teman sekelasnya.

"Huaaa bayi ku!! Selamat pagii." jawab seorang gadis dengan gembira, bername tag Cia Amilia.

Avellino menggembungkan pipinya lucu saat dirinya selalu di panggil bayi oleh teman-teman sekelasnya, padahal dirinya sudah berusia 15 tahun.

"Cia, Lino tuh bukan bayi tau. Lino udah besar! Udah 15 tahu tau, Ciaaa!" kesal Lino dengan nada merengek.

"Aduh bayi kamu tuh masih kecil. Seumuran kamu tuh ya masih SMP lah ini kamu udah kelas 11 SMA lho, sedangkan kita-kita nih ya umurnya udah pada 17-18 tahun." Jelas Cia yang membuat Avellino semakin kesal.

"Aaaaaa Ciaa!!" Rengekan Avellino terdengar dengan sang empu yang menghentak-hentakkan kakinya.

"Ututututu... gemesss nyaa." Cia dengan gemas mengunyel-unyel pipi chubby milik Avellino.

"Cia, sakitt." lirih Lino dengan cemberut. Tangannya bergerak mengusap usap pipi chubby nya.

"Maaf ya bayiii." Cia tertawa kecil sambil mengusap gemas rambut Avellino.

"Cia! Lo apain Lino!" seru seseorang yang baru saja datang.

"Apaan sih lo!" ketus Cia kepada pemuda yang berdiri di samping Avellino, Kenzo Adipati namanya. Gadis itu mendelikkan matanya tajam kepada pemuda itu.

"Lo diapain sama si pendek ini, Lino?" tanya Kenzo kepada Avellino. Sedangkan Cia yang dikatain pendek melotot tak terima.

"He! Enak aja lo ngatain gue pendek! Dasar tiang listrik!" cerca Cia kepada Kenzo yang hanya dianggap angin lalu oleh pemuda itu.

"Cia panggil Lino bayi." adu Lino dengan cemberut kepada Kenzo.

"Lo kan emang bayi." gumam Kenzo yang masih dapat didengar oleh Avellino dan juga Cia.

Avellino yang mendengarnya bertambah kesal, sedangkan Cia, gadis itu sudah cekikikan melihat raut wajah cemberut Avellino.

"TUH KAN!!"

Bersambung....

Follow Instagram @shellasekar_ & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang