28. KUAH PANAS

443 45 13
                                    

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

Bel istirahat telah berbunyi lima menit yang lalu. Kini, suasana kantin ramai akan para siswa-siswi. Bangku-bangku yang berada di sana hampir semuanya penuh, hanya menyisakan beberapa bangku yang kosong secara acak. Suara-suara dari para siswa-siswi yang memesan makanan, mengobral ataupun bersenda gurau terdengar. Di salah satu stan penjual bakso ada seorang remaja laki-laki yang tengah mengantre menunggu pesanannya. Remaja laki-laki itu adalah Avellino.

"Ini nak, pesanannya." ucap seorang wanita paruh baya sambil menyerah nampan yang berisi semangkuk bakso.

"Makasih ya, bu." jawab Lino.

Avellino membawa nampan yang berisi semangkuk bakso dengan uap mengepul dan satu kotak susu pisang. Pemuda itu berjalan dengan hati-hati. Sedangkan di salah satu bangku kantin aja seseorang yang sedang tersenyum miring tanpa ada yang menyadari. Orang tersebut tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menyusul ke arah Avellino. Saat tinggal hanya beberapa langkah lagi, tanpa di sadari oleh orang-orang yang berada di sana, orang tersebut tiba-tiba menumpahkan air dari botol kecil yang ia genggam ke lantai.

Saat di persimpangan menuju meja, tiba-tiba Avellino terpeleset membuat nampan yang dibawanya jatuh berserakan ke lantai. Semangkok bakso panas pun berserakan di lantai diikuti ringisan dari seseorang.

Duk

Brak

Prank

"Aduh!!" ujar Lino yang berada di lantai.

"Ssstttt...."

Hening.

Semua orang yang berada di sana mendadak menghentikan semua pergerakan. Avellino yang terduduk di lantai meringis merasakan sakit di pantatnya, lalu mendongakkan kepalanya. Seketika matanya membelalak melihat orang di depannya yang menangis sambil memegang tangannya yang memerah. Sebelum sempat Avellino berdiri diri posisi jatuhnya, sebuah teriakan yang berasal dari pintu masuk kantin langsung memecah keheningan di sana.

"NIEL?!!"

Mereka ada King Of Circle's. Mereka berlari mengerubungi Zhaniel yang tengah menangis sambil memegang tangannya yang memerah. Salah satu dari mereka berjalan menuju ke arah Avellino. Sedangkan Avellino yang tengah membersihkan celananya mendongakkan kepalanya saat kerah seragamnya ditarik.

"Hab-"

"Lo apain Niel, anjing!" seru Habil sambil menatap wajah Avellino.

Avellino menggelengkan kepalanya pelan "L-lino nggak sengaja." jawabnya.

"Bullshit! Lo pasti sengaja, kan?! Lo sengaja Avellino!" serunya penuh emosi.

Wajah Avellino sedikit memerah dan lehernya sakit akibat cengkraman Habil di kerah seragamnya.

"N-nggak! Lino nggak sengaja! Lino kepleset!" ucapnya sedikit terbata-bata.

"GUE NGGAK PERCAYA! MINTA MAAF SEKARANG!!!" teriak Habil sambil mendorong tubuh Avellino ke belakang.

Remaja laki-laki itu seperti orang yang berbeda. Entah karena apa?

Duk

"Aduhh...."

Untuk kedua kalinya Avellino terjatuh dan itu disebabkan oleh Habil yang mendorongnya dengan keras. Kedua manik mata Avellino berkaca-kaca bersiap untuk menumpahkan liquid, namun segera remaja itu usap dengan punggung tangannya. Avellino menolehkan kepalanya dan tak sengaja melihat senyum miring yang tersungging di bibir Zhaniel yang tengah menundukkan kepalanya.

"Cepat Lo minta maaf sama, Niel!" suruh Habil kepada Avellino.

Avellino menunduk "M-maaf...." ucapnya dengan pelan.

"Minta maa-" ucap Habil yang di sela oleh suara dingin seseorang.

"Habil."

Habil menoleh menatap ke arah Gema yang tiba-tiba memotong ucapannya. Di sana ada raut datar nan tenang milik Gema.

"Uks."

Habil menatap tajam Avellino "Awas aja Lo bikin Niel terluka lagi. Lo berurusan sama, gue!" desisnya.

Avellino menatap kepergian King Of Circle's berserta Zhaniel dengan pandangan nanar. Kemudian, Avellino menatap sekelilingnya yang masih terdapat para siswa-siswi dan tersenyum tipis. Lalu berjalan beberapa langkah, berjongkok dan memunguti serpihan-serpihan mangkok yang pecah berserta yang lainnya.

Tak sengaja jari Avellino terkena serpihan mangkok membuat jari itu mengeluarkan darah merah segar. Avellino meringis sedikit dan tetap memunguti kembali serpihan-serpihan mangkok.

"Biar bibi aja yang beresin, nak." ucap bibi penjual bakso kepada Avellino.

Avellino tersenyum tipis "Ngga bi, ini kan kesalahan Lino. Jadi Lino yang bersihin sebagai rasa tanggung jawab." ujarnya.

"Bibi aja, mending kamu ke uks. Tangan kamu luka, nak." ucap bibi penjual bakso sekali lagi.

Avellino menatap luka akibat pecahan mangkok "Ini cuma luka kecil, bi. Nanti juga sembuh sendiri... tapi lukayl yang mulai tertoreh di hatiku mungkin susah untuk sembuh." ucapnya.

***

Ceklek....

Suara pintu UKS terbuka dari luar. Beberapa orang yang berada di dalam UKS spontan menoleh untuk melihat siapa yang masuk ke dalam. Di sana, muncullah Avellino yang juga diam mematung melihat teman-teman di sana dan tersenyum canggung.

"H-hai...." sapa Lino.

Habil tiba-tiba bergegas menuju Avellino. Sedangkan Avellino yang melihatnya ingin segera melarikan diri, namun tangannya lebih dulu di cekal.

"L-lino...." panggil Habil dengan pelan. "Lino... g-gue minta maaf. Seharusnya gue nggak ngebentak lo, maaf." lanjutnya sambil menunduk merasa bersalah.

Avellino mengerjapkan matanya dan tersenyum "Iya Habil, nggak apa-apa. Lino tau kamu mungkin lagi cemas sama, Niel." ujarnya sambil menepuk pelan punggung tangan Habil.

"Makasih ya Lino, udah maafin gue." ucap Habil sambil tersenyum.

"Iya, sama-sama."

Avellino menoleh menatap Zhaniel yang berada di atas bangkar "Niel gimana tangannya? Udah diberi salep?" tanyanya.

"Udah, No." celetuk Sulthan.

"Lino minta maaf ya, Niel." ucap Lino sambil menatap Zhaniel yang juga menatapnya.

"Huum! Niel maafin Lino. Niel tau kok, kalau Lino pasti nggak sengaja." ujar Niel sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Makasih ya."

"Tangan?" tanya Gema seraya mengambil tangan Avellino.

Avellino mengerjapkan matanya menatap ke arah Gema "O-oh... ini tadi nggak sengaja kena serpihan mangkok pas Lino ambilin." jawabnya sambil tersenyum canggung.

"Hati-hati." ucap Gema sambil memasangkan plester yang ia dapat dari atas meja di sampingnya.

"Makasih ya, Gema."

Bersambung....

Follow Instagram @sheisnonasastra & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang