19. MULAI BERUBAH

535 69 18
                                    

KOMENTAR TEMBUS 300 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMENTAR TEMBUS 300 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

"Malam semuanya." sapa Lino kepada semua orang yang berada di ruang makan.

"Malam."

Avellino menghentikan langkahnya saat melihat tempat duduk yang biasa ia duduki sekarang sedang dipakai oleh Zhaniel, padahal kemarin-kemarin anak itu duduk di samping Virendra.

Zhaniel, ya pemuda itu sekarang tinggal bersama keluarga Rakabuming dan bisa dihitung baru 2 hari ia berada disana.

"Lino, kamu ngapain diam disana. Ayo makan." ucap Mama Okta kepada Avellino.

"Eh, iya." Avellino tersadar dari lamunannya.

Tak ingin berpikir yang berlebihan, Avellino pun melangkahkan kakinya menuju kursi yang berada di samping abang pertamanya.

Mama Okta | Zhaniel| Adnazriel

Jiwan

Virendra| Avellino

Avellino membuka piring yang berada di atas meja, di hadapannya. Ia memperhatikan berbagai macam jenis lauk pauk yang tersaji kan. Ia pun mulai mengisi piring tersebut dengan nasi. Avellino mencari lauk pauk kesukaannya, saat mendapati lauk pauk tersebut berada di depan mamanya sangat jauh untuk dijangkau. Ia pun berdiri dan menyodorkan piringnya kepada sang mama.

"Mama, Lino mau ayam." ucap Lino kepada sang mama.

Mama Okta menoleh "Bentar ya Lino, mama ambilin dulu punya Niel, ya." jawabnya yang mendapat anggukan kaku dari Avellino.

"Oh, oke ma."

"Udah segini aja? Ada yang mau Niel tambah lagi?" tanya Mama Okta kepada Zhaniel.

"Udah cukup ma." jawab Niel.

"Baiklah." Mama Okta mengangguk dan menyerahkan piring yang berisi lauk pauk kepada Zhaniel.

"Lino, mana piringmu." pinta Mama Okta kepada Avellino.

"Ini, ma."

Avellino mengambil piring miliknya yang disodorkan oleh sang mama "Makasih mama." ucapnya yang hanya dijawab sebuah anggukan.

Avellino memandang paha ayam goreng dan lauk pauk yang berada di piringnya, ia mengerutkan keningnya karena menurutnya terlihat agak berbeda.

"Em, mama?" panggil Lino dengan ragu.

"Iya ada apa?" Mama Okta mendongak menatap putranya itu

"Itu... ngga ada kulit ayam, ma?" tanya Lino.

"Kulit ayamnya sudah habis dimakan Niel, kamu ngga apa-apa kan, Lino." jawab Mama Okta yang membuat Avellino sedikit cemberut.

"M-maaf Lino, Niel juga suka kulit ayam. Kalau Niel tau, Niel ngga akan minta." ucap Niel tiba-tiba dengan kepala menunduk.

Suasana di ruang makan seketika berubah. Semua orang yang berada disana memandang Avellino dan Zhaniel secara bergantian.

"Eh, ngga apa-apa kok, cuma kulit ayam doang. Besok-besok juga bisa." jawab Lino sambil tersenyum tipis.

Virendra menepuk paha Avellino dengan lembut membuat pemuda itu menoleh dan mengangguk pelan.

"Sudah, kembali makan semuanya." titah sang kepala keluarga yang langsung dilaksanakan.

***

Avellino, pemuda itu berjalan menuju kamar abang keduanya, Adnazriel. Pemuda itu mengenakan setelan piyama dengan motif singa dengan boneka teddy berukuran sedang dipelukannya.

Sesampainya ia di depan pintu kamar Adnazriel, ia pun mengetuk pintu tersebut.

Tok tok tok

"Abang! Ini Lino!" panggil Lino dari luar kamar.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang laki-laki tampan dan tinggi, yang tak lain adalah Adnazriel.

"Ada apa?" tanya Adnan kepada Avellino.

Avellino tersenyum manis "Abang, hari ini Lino tidur sama abang ya?" pintanya dengan mata berbinar.

"Maaf ya Lino, tapi abang hari ini tidur bareng Niel." jawab Adnan yang membuat Avellino seketika melunturkan senyumannya.

"Kenapa?" tanya Lino kepada Adnan. Remaja itu menatap pemuda didepannya dengan mata bulatnya yang beriris hitam.

"Niel tadi minta sama abang buat tidur bareng dia. Dia katanya pengen ngerasain rasanya punya abang. Jadi, abang iyain." jelas Adnan dengan hati-hati agar tidak membuat adeknya sakit hati "Kamu besok aja, ya?" lanjutnya.

"Tapi...."

"Besok aja ya, Lino?" pinta Adnan yang membuat Avellino tersenyum sedikit kecut.

"Oke."

Adnazriel mengusap lembut rambut Avellino "Sana tidur udah malam." ucapnya.

Bersambung....

Follow Instagram @sheisnonasastra & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang