16. BERTEMU DAN TUJUAN

466 69 8
                                    

KOMENTAR TEMBUS 200 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMENTAR TEMBUS 200 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

Terlihat seorang pemuda sedang duduk sendirian di sebuah halte. Semilir angin dengan lembut meniup rambutnya. Kakinya terayu ayun karena bosan. Hingga kemudian, atensinya teralihkan pada seseorang yang sedang duduk dibawah pohon seberang jalan.

"Dia kenapa?" gumamnya.

Ia pun kemudian beranjak dari tempat duduknya dan menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan apakah ada kendaraan yang lewat atau tidak. Sekiranya tidak ada kendaraan, jalanan pun sepi. Pemuda itu pun melangkahkan kakinya untuk menyebrang menyusul pemuda yang sedang bersantai di bawah naungan pohon.

Pemuda itu mengerutkan keningnya heran saat melihat pemuda yang bersantai itu, yang terlihat berantakan sekali pakaiannya.

"Dia habis kenapa?" herannya. Kemudian melangkahkan kakinya mendekat.

"Permisi?"

Pemuda yang bersandar di batang pohon itu pun membuka matanya. Mata sayu itu memandang ke depan dimana seorang pemuda melihatnya dengan tatapan kasihan dan heran. Pemuda itu meneliti orang didepannya, sebelum menjawab ucapan dari pemuda tersebut.

"I-iya ada apa?" jawab pemuda yang bersandar di batang pohon tersebut dengan nada bertanya.

Pemuda itu berjongkok dan mengulurkan tangannya, berkenalan.

"Nama kamu siapa?" tanyanya pada pemuda didepannya ini mata penasaran. Kemudian ia mengulurkan tangannya di depan pemuda itu. "Aku Avellino panggil aja Lino, kamu?" lanjutnya.

Pemuda yang bersandar itu terlihat gugup, kemudian ia melihat telapak tangan putih bersih dan telapak tangannya sendiri yang kotor.

"G-aku... Z-Zhaniel Bharata, Niel." jawabnya dengan menyambut uluran tangan itu dengan ragu. Avellino yang melihatnya segera menjabat tangan tersebut tanpa merasa jijik yang membuat pemuda bernama Zhaniel itu tertegun.

Dia Zhaniel Bharata sang tokoh utama kita juga. Zhaniel lebih sering disapa dengan nama Niel. Ia adalah pemuda tampan dengan wajah yang sedikit manis. Pemilik iris mata berwarna coklat. Ia memiliki pipi yang chubby, namun lebih chubby Lino. Berusia 16 tahun dengan tinggi badan 170 cm. Memiliki alergi terhadap kucing, penyuka hal manis, dan memiliki trauma homophobia, serta pemuda yang baru saja mendapatkan gelar, yaitu pemuda bermuka dua yang manipulatif dan licik.

"Salam kenal ya, Niel!" seru Lino dengan senyum manisnya.

"Kamu kenapa disini? Kenapa sendirian? Orang tua kamu mana? Terus kenapa keadaan mu berantakan?" tanya Lino dengan berbagai macam pertanyaan yang membuat Zhaniel bingung bagaimana harus merespon.

Avellino membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan tangannya "Eh, maaf ya kalau aku bertanya banyak bangettt." ucapnya dengan nada bersalah.

Zhaniel menggelengkan kepalanya "Gapapa kok." jawabnya.

"Em... i-itu... pertanyaan ku gak perlu di jawab kok." ungkap Lino dengan ragu.

Zhaniel menundukkan kepalanya dan mengatakan sesuatu dengan ragu-ragu.

"I-itu... aku... aku tinggal sendirian.... orang tua ku meninggal. Aku kabur dari rumah. Orang tuaku dibunuh penjahat." ucapnya dengan teriak pelan.

Avellino langsung memeluk tubuh Zhaniel dan menepuk-nepuk punggungnya tanpa merasa jijik karena tubuhnya juga akan kotor.

"Cup cup cup, Niel jangan sedih ya. Ada Lino disini, Niel ngga sendirian." ucap Lino menghibur.

Setelah merasakan Zhaniel tidak menangis lagi, Avellino pun melepaskan pelukannya.

Avellino memiringkan kepalanya menatap wajah Zhaniel yang sembab "Kamu mau gak tinggal sama aku?" tawarnya.

"A-apa maksudmu?" tanya Niel dengan bingung.

"Ya... aku pengen ajak kamu buat tinggal satu rumah sama aku. Disana ada orang tua ku juga abang-abang ku." jelasnya kepada Zhaniel.

"M-mereka... mau menerima gelandang s-sepertiku?" tanya Niel sekali lagi dengan ragu.

Avellino tersenyum "Aku akan membujuk mereka untuk menerima mu, aku juga bosan main sendirian. Makanya aku mau kamu, biar kita bisa main sama-sama." ucapnya.

***

Sebuah mobil Alphard berhenti di lobi teras sebuah mansion.

"Udah sampai tuan muda kecil." ucap sang supir.

"Makasih ya, pak!"

Avellino pun mengajak Zhaniel untuk turun dari dalam mobil. Mereka berdua berdiri di depan pintu utama mansion. Lalu Avellino memandang Zhaniel dengan senyum manisnya.

"Ayo masuk!" ajaknya kepada Zhaniel. Sedangkan Zhaniel merasa tidak nyaman saat melihat senyum manis itu.

"Itu... gak apa-apa kah?" tanyanya dengan ragu, apalagi saat ia melihat mansion yang amat sangatlah luas melebihi mansion mantan orang tuanya dulu.

"Iya gapapa kok. Kamu tenang aja, Niel. Jangan takut ada aku." jawab Lino sambil menggandeng tangan Zhaniel.

"O-oke." Zhaniel menatap punggung Avellino yang membawanya masuk ke dalam mansion tersebut.

Gue bakal rebut keluarga lo, Lino.

Bersambung....

Follow Instagram @sheisnonasastra & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang