37. CAHAYA YANG REDUP

787 76 27
                                    

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

Avellino mengelus-elus kepalanya yang masih terasa perih dan memperbaiki rambutnya yang acak-acakan. Setelah itu ia meraba pipinya yang membengkak dan menyentuh bibirnya yang pecah dan masih ada sedikit noda darah. Ia menghela napasnya, lalu melepaskan tas sekolahnya untuk ia jadikan bantalan.

"Apakah ini yang dinamakan cahaya yang redup?" gumamnya sambil menatap seekor cicak yang merayap di dinding.

Kruyukkkk

"Tahan sampai besok ya, aku janji akan membuat kamu kenyang." ucapnya sambil mengelus perutnya yang bergemuruh lapar.

***

Ceklek

Muncullah seorang bodyguard dari balik pintu dan mulai masuk ke dalam gudang. Melihat tubuh seseorang yang tergeletak itu, ia pun bergegas menghampiri dan mengecek suhu tubuh orang itu. Memastikan suhu tubuhnya normal tidak panas, dingin, ataupun demam. Ia pun menghembuskan napasnya lega.

"Tuan muda kecil, bangun." ucap sang bodyguard sambil menggoyangkan lengan Avellino.

"Hmmm???" gumamnya dengan nyawa yang belum sepenuhnya pulih.

"Bangun tuan muda kecil, hukuman anda sudah selesai." ucap sang bodyguard sekali lagi yang membuat Avellino membuka matanya.

"Udah selesai, paman?" tanya Lino memastikan. Sang bodyguard pun lantas mengangguk.

"Ya, tuan muda kecil."

"Makasih ya, paman."

***

Avellino berjalan dengan linglung menuju kamarnya. Kebetulan ia berpapasan dengan Zhaniel yang baru saja keluar dari kamarnya. Sedangkan Zhaniel yang melihat Avellino mengubah raut wajahnya datar dan memandang sinis dan juga remeh kepada Avellino.

"Mampus! Enak gak hukumannya?" tanya Niel dengan nada remeh.

"Biasa aja." jawab Lino singkat yang membuat Zhaniel menggeram kesal.

"Sial! Lihat aja gue akan singkirin lo dari sini, Lino!" serunya sambil menunjuk muka Avellino.

Avellino menyentak tangan Zhaniel yang menunjuk wajahnya "Tanpa kamu minta juga aku akan keluar dari sini." ucapnya.

Kemudian, Avellino tersenyum manis dan mencondongkan tubuhnya ke arah Zhaniel untuk berbisik di telinga pemuda itu.

"Ingat, kamu bukan siapa-siapa disini. Marga namanya mu saja masih Bharata, bukan Rakabuming. Semua orang mengenal Avellino Grana Rakabuming sebagai bungsu Rakabuming bukan Zhaniel Bharata yang hanya seorang anak yang dipungut oleh bungsu Rakabuming." bisiknya sambil melirik ke bawah menatap tangan Zhaniel yang mengepal erat.

Sialan.... batin Zhaniel berdesis kesal.

Avellino menarik tubuhnya dan kembali ke tempat ia berdiri tadi, "Dan... tunggu aja semua wajah munafik mu itu terbongkar." ucapnya, lalu pergi dari sana.

Gak akan pernah dan sebelum semuanya terbongkar gue pastiin lo udah gak ada di dunia ini batin Zhaniel menatap punggung Avellino dengan penuh tekad.

***

Sesampainya di kamar, Avellino pun berjalan menuju meja belajarnya dan menaruh tasnya di sana. Berbalik menuju lemari dan mengambil beberapa pakaian dan memasukkannya kedalam ransel hitam, ya pemuda itu memutuskan untuk pergi dari rumahnya yang sekarang bukan terlihat seperti rumah.

Setelah itu ia memasukkan beberapa barang yang memang ia butuhkan nanti, seperti atm miliknya sendiri. Sesudah itu, ia pun pergi menuju kamar mandi dengan satu set pakaian di tangannya.

Beberapa menit kemudian, Avellino keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Ia berjalan menuju lemari makanan ringan miliknya dan memasukkan sisa makanan ringan tersebut ke dalam ransel. Setelah selesai berkemas, ia duduk santai di sofa dengan stoples biskuit di pelukannya. Ia memutuskan untuk tidak keluar dari kamar sampai malam dan memiliki bersantai di kamarnya, menghabiskan waktu sebelum pergi dari sini.

Hari sudah malam, selama 1 hari itu ia tenang karena tidak ada yang membuat keributan. Avellino pun sudah siap dengan segala keperluannya. Ia memperhatikan kamarnya dengan senyum manis terpatri dibibir nya. Kemudian, perhatiannya teralihkan oleh sebuah foto keluarga berisi 5 orang yang terlihat sangat harmonis.

"Terimakasih atas semuanya."

Avellino pun melihat ke arah meja belajarnya dan seragam sekolah yang memang ia gantung di dekatnya dengan pandangan nostalgia, kemudian ia pun tersenyum.

"Aku akan keluar dari sekolah dengan alasan... pindah jadi homeschooling, aja? Bodo amat lah, nanti juga di urus sama mereka." ujar Lino sambil mengusap seragamnya.

"Teman-teman yang baik sama aku, makasih ya. Lino nggak akan ngelupain kalian. Lino nggak berlari dari kenyataan atupun masalah... Lino cuma ingin pergi sebentar mencari ketenangan, menjernihkan pikiran. Namun, kalau kepergian Lino ini membuat kenyamanan sendiri, mungkin Lino nggak akan balik."

Bersambung....

Follow Instagram @sheisnonasastra & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang