41. KALIAN BAHAGIA

717 61 1
                                    

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

"Lino." panggil seorang pemuda kepada Avellino, sekarang mereka berdua sedang berada di ruangan tengah. Avellino yang sedang asyik menonton film Doraemon itu, menoleh.

"Iya kak, ada apa?"

"Maaf ya kalau ini sensitif menurut mu. Kamu udah ngga ada keluarga kah?" tanyanya sambil mengelus lembut rambut milik Avellino.

"Lino masih punya keluarga, kak." jawab Lino yang membuat kening pemuda itu mengkerut heran.

"Lalu kenapa kamu lebih milih ngekost?" tanya Omar sekali lagi.

"Sebenarnya, Lino kabur dari rumah, kak." Mendengar jawaban tersebut, kening pemuda itu semakin mengerut karena bingung.

"A-apa? Kabur?? Kamu kabur, Lino?" tanyanya dengan tak percaya.

"Hehehe...iya kak." Avellino tertawa canggung membuat pemuda itu menatapnya tanpa bisa berkata-kata.

"Kenapa kamu milih kabur dari rumah?" Pemuda itu mengusap lembut rambut Avellino.

Avellino menatap kosong ke depan dan tersenyum "Peran Lino udah diganti sama orang lain, kak. Peran dan kehadiran Lino udah negatif di mata mereka." jawabnya.

Pemuda yang mendengar hal tersebut langsung paham, kemudian ia menepuk bahu Avellino.

"Kamu kuat, Lino. Ada kakak disini, kakak siap gantiin peran keluarga mu." imbuhnya yang membuat Avellino seketika menoleh dan tersenyum penuh rasa syukur.

***

Avellino berjalan menyusuri jalanan yang berada di suatu daerah kompleks perumahan untuk mengambil atau mencari botol bekas bersama kakak pemulung, yang ia ketahui namanya adalah Omar Ghiffari. Ya, sekarang Avellino tinggal berdua dengan Omar atas bujukan serta permintaannya kepada Omar tentu saja. Kompleks perumahan yang ia datangi kali ini adalah kompleks perumahan dimana tempat mansion orang tuanya dulu berada.

Avellino mengorek-ngorek tempat sampah menggunakan alat untuk mengambil barang bekas. Di tangan kiri memegang sebuah karung yang hampir sudah terisi penuh dengan botol-botol serta kardus bekas.

Tak terasa ia telah sampai di depan gerbang sebuah mansion. Avellino terdiam saat melihatnya dan melirik ke dalam dimana mantan keluarga itu terlihat sedang tertawa bahagia di taman depan mansion dan terlihat tak sedih saat kepergiannya bahkan mencari pun tidak.

Ada Papa Jiwan, Mama Okta, Adnazriel dan Zhaniel disana, kecuali Virendra. Pemuda tampan itu sedang terbaring koma dengan alat-alat yang terpasang di tubuhnya.

"Lino udah ngga berharga, ya?" gumamnya dengan senyum getir. Matanya berkaca-kaca dan ada kesedihan serta kekecewaan disana.

Asyik melamun, Avellino sampai tidak menyadari ada seseorang yang berdiri disampingnya dengan heran menatap Avellino.

"Lino kenapa?" tanya Omar.

"Eh, ngga ada kak."

"Beneran?"

"Iya kak." Avellino mengangguk dan tersenyum manis.

"Gimana kalau besok kita jenguk abang kamu?" tawar Omar kepada Avellino.

"Jenguk bang Rendra?" Omar mengangguk membuat binar bahagia terpancar di manik mata Avellino.

"Boleh banget! Lino kangen sama bang Rendra! Makasih ya, kak!" ucap Lino dengan penuh semangat, bahkan senyum bahagia terbit dibibir tipisnya.

Omar mengangguk sebagai jawaban.

"Ya udah Lino, ayo cari barang bekas lagi." ajak Omar yang diangguki oleh Avellino.

***

Setelah seharian penuh bekerja mencari barang bekas, Avellino bersama Omar pun akhirnya tiba di kos-kosan.

"Lino kamu mandi dulu gih, sana. Biar kakak yang masak." ucap Omar kepada Avellino. Avellino pun mengangguk sebagai respon.

"Oke kak."

Avellino pun berjalan menuju kamarnya. Mengambil pakaian yang akan ia kenakan dan pergi menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian ia pun keluar dengan keadaan segar. Berjalan keluar kamar dengan rambut yang ia keringkan menggunakan handuk, Avellino menghampiri Omar yang masih berkutat dengan peralatan dapur serta bahan dapur.

"Kakak, masak apa?" tanya Lino.

"Oh Lino. Ini kakak mau buat nasi goreng sama camilan roti ini sosis dan keju, gapapa kan?" jawabnya sambil mengaduk-aduk nasi goreng yang hampir matang tersebut.

"Gapapa kak, apapun Lino suka." jawab Lino.

"Jadi, kalau di kasih makan sambal juga mau?" tanya Omar dengan bercanda yang diberi gelengan kepala oleh Avellino.

"Ya... ngga gitu juga kali, kak. Masa makan sambal doang, nanti sakit perut dong." jelas Lino dengan kesal.

"Hahaha iya-iyaa, becanda ya ampun." Omar tertawa kecil membuat Avellino cemberut.

"Kak, udah matang belum? Lino lapar." ucap Lino bertanya tentang masakan yang dibuat oleh Omar itu.

"Udah Lino. Ayo makan." ajak Omar sambil menaruh sepiring nasi goreng di hadapan Avellino.

"Horee, makan!!" seru Lino dengan senang.

"Dasar bocil!"

Bersambung....

Follow Instagram @sheisnonasastra & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang