05. LARAS DAN RUMUS

826 260 241
                                    

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMENTAR TEMBUS 100 PER-BAB, SILAKAN TUANGKAN SOBAT(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Mohon koreksinya, maaf bila ada typo :)
Jangan lupa untuk menekan ⭐ dan komentar sebagai bentuk apresiasi kalian ya, suwun sobat Sastrawan!

Selamat Membaca 💜

Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur kar'namu
Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan
Tak akan kut'rima cinta sesaatmu

Sial-sialnya ku bertemu dengan cinta semu
Tertipu tutur dan caramu
Seolah cintaiku (cintaiku)
Puas kaucurangi aku?

Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang

Lagu yang berjudul Sial milik Mahalini itu terputar diikuti oleh suara seorang gadis dengan suara vokal nya yang bagus.

Sedangkan dibangku tengah nomer 2. Avellino menoleh menatap teman sebangkunya, lalu menyodok lengan temannya itu menggunakan pulpen miliknya, membuat sang empu menoleh dengan alis yang terangkat sebelah.

"Laras kenapa?" tanya Lino kepada teman sebangkunya yang bername tag, Haidar Irawan.

Avellino menunjuk ke arah belakang dimana gadis yang bernama Laras itu berada.

Haidar menoleh ke arah belakang, tempat di mana Avellino menunjuk "Oh, dia. Biasa No, galau." jawabnya.

Avellino mengangguk-angguk kepalanya.

Avellino memandang teman sekelasnya yang bernama Laras Kalingga itu dengan lucu tapi juga kasihan. Lucu karena gadis itu bernyanyi dengan sangat menghayati. Tangannya juga memegang gagang sapu yang dijadikan sebagai mikrofon. Dan kasihan karena ia galau dengan mata berkaca-kaca.

Ya, benar. Kelas Avellino sekarang sedang mengalami jam kosong pada mata pelajaran matematika wajib.

"Lino." panggil seseorang yang membuat Avellino menoleh.

"Iya, Kay?" tanya Lino kepada gadis yang duduk di bangku depannya, Kayna Qiandra namanya.

"Mau tanya, ini gimana sih caranya? Pakai rumus apa?" ucap Kayna kepada Avellino sambil menunjuk salah satu soal matematika wajib.

Avellino memandang soal yang ditunjuk oleh temannya itu "Oh ini, kamu pakai rumus yang ini." ucapnya sambil menunjuk salah satu rumus.

Jika h(x) = f(x) . g(x), maka h'(x) = f'(x) . g(x) + f(x) . g'(x)

"Bentar gue tulis dulu." ucap Kayna kemudian menuliskan sesuatu di atas kertas bukunya.

1. f(x) = (4x² + 3) (3x - 2)
f'(x) = f'(x) . g(x) + f(x) . g'(x)

"Udah gue tulis." ucap Kayna sambil menatap kearah Avellino.

"Nah, terus kamu anggap 4 ini sebagai f', sedangkan 4 ini kamu anggap sebagai g', oke? Kalau f atau g aja, kamu tulis ulang aja. Nah karena ini 4x², maka harus kamu ubah dulu." jelas Lino dengan perlahan agar temannya itu mengerti dan paham apa yang ia maksudkan.

Kayna mengerutkan keningnya bingung "Di ubah? Pakai rumus apa?" tanyanya.

"Rumus turunan, f(x) = ax^n » f(x) = a.n.x^n-1, Habis itu, kalau udah ketemu hasilnya kamu masukin sesuai rumus yang kamu tulis itu, sebagai hasil dari f'." jawab Lino sambil menunjuk salah satu rumus di buku Kayna

"Gue coba, ya."

f(x) = ax^n
f(x) = a.n.x^n-1
4x² = 4.2.x^2-1
= 8x

1. f(x) = (4x² + 3) (3x - 2)
f'(x) = f'(x) . g(x) + f(x) . g'(x)
= 8x (3x - 2) + (4x² + 3) 3
= 24x² - 16x + 12x² + 9
= 36x² - 16x + 9

"Gini, No. Gimana? Bener ga?" tanya Kayna dengan antisipasi.

"Iya udah bener, Kay." jawab Lino mengangguk membenarkan, membuat Kayna tersenyum.

"Makasih ya, Lino."

Avellino mengangguk kemudian fokus kembali pada catatan yang ingin ia tulis. Sedangkan Haidar memandang heran pada kedua temannya, Galang dan Leon yang baru saja datang entah habis darimana.

"Habis dari mana lo berdua?" tanyanya.

"Biasa Dar, kantin." jawab remaja bername tag Leonardo Caprion, yang diangguki oleh laki-laki bername tag Galang Buana itu.

"Kok ngga ngajak sih, setan emang." gerutu Haidar dengan kesal.

Leon mendelikkan matanya "Ye, mana gue tau. Mau gue ajak lo nya sibuk baca komik." jawabnya.

Haidar memandang Leon dengan mata menyipit tajam dan dibalas dengan tatapan tajam juga oleh Leon. Sedangkan Galang menggaruk rambutnya dengan canggung.

Avellino yang melihat keduanya penuh dengan pandangan permusuhan padahal hanya karena hal sepele menggelengkan kepalanya.

"Udah, jangan bertengkar." lerai Lino kepada keduanya.

Bersambung....

Follow Instagram @shellasekar_ & @sastrawan_wattpad, makasih ya💜

[05] REALLY FAMILY? [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang