"Memang nggak apa-apa saya nginep di sini?" Adis bertanya pelan ketika mereka sudah duduk di ruang tamu sedangkan wanita berambut panjang tadi pergi ke dapur untuk mengambil minum.Rafdi pun terkekeh ketika melihat raut wajah ketakutan Adis, "Nggak apa-apa, kok. Dewi teman dekat saya dan dia baik."
"Kak Dewi pacar Kakak?" Tanya Adis refleks yang langsung dijawab gelengan oleh Rafdi.
Dewi, wanita tinggi berambut panjang itu kembali ke ruang tamu dengan dua botol soda dingin di tangannya. Ia lalu duduk di depan Adis dan memperhatikan Adis sekali lagi.
"Jangan diliatin mulu, takut tuh anaknya." Tegur Rafdi. Dewi pun menghentikan kegiatannya dan menyodorkan tangannya di depan Adis, "Dewi. Kamu tadi siapa namanya?"
Adisa menyambut tangan itu sungkan, "Saya Adisa, Kak."
"Oke, jadi Adisa mau menginap di sini?" Tanya Dewi yang hanya dijawab oleh diam oleh Adisa. Ia tak sama sekali tak ada niatan untuk menginap dengan orang tak di kenal, maka ia pun melirik Rafdi yang sedang terkekeh melihatnya.
"Iya. Gue nitip Adisa semalam, ya." Jawab Rafdi.
"Memang kenapa, Dek?" Tanya Dewi lebih lunak. Wajahnya tak lagi tampak jutek.
"Eung.." guman Adis. Ia tak tahu harus menjawab apa, untungnya Rafdi dengan sigap membantunya, "Ceritanya panjang. Intinya, gue nitip Adisa di sini."
"Ya udah, boleh. Tapi, adek ini bener mahasiswa lo?" Tanya Dewi pada Rafdi. Ia menyipitkan kedua matanya, menatap lelaki di depannya dengan curiga.
Rafdi pun tertawa pelan, "Ya, benerlah. Tanya aja anaknya langsung."
"Iya, Kak, saya mahasiswanya Kak Rafdi. Maaf merepotkan ya, Kak, terima kasih." Adis menunduk, merasa tak nyaman dengan situasi ini.
"Ya udah, gue pulang dulu. Nih, ada sate buat lo sama Adisa." Rafdi berdiri yang langsung diikuti oleh Adis. Adis merasa tak rela jika Rafdi harus pulang secepat ini, ia merasa tak nyaman berdua dengan Dewi yang baru saja ia kenal.
"Saya pulang dulu, ya. Nggak usah takut, Dewi jinak kok." Rafdi terkekeh. Setelah itu, ia pun berlalu meninggalkannya.
***
Pukul empat pagi, Adis sudah terbangun. Ia keluar dari kamar yang ditempatinya dan mendapati keadaan rumah yang sangat sepi. Semalam, saat Rafdi pulang, Dewi menunjukkan kamar yang akan ia tempati dan meminta Adis untuk makan sendiri. Perempuan itu lalu pamit masuk kamar dengan alasan akan lanjut bekerja. Dan sampai jam sepuluh malam Adis menunggu di ruang makan, Dewi sama sekali tak kunjung keluar kamar.
Sebelum adzan shubuh berkumandang, Adis sudah membereskan seluruh rumah Dewi yang cukup berantakan. Ia tak keberatan, anggaplah ini sebagai balasannya karena Dewi telah menerimanya untuk menginap. Lalu setelah sholat shubuh, Adis pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan. Tak banyak bahan-bahan di dapur, maka ia pun hanya membuat nasi goreng sosis.
Sampai jam enam pagi, Dewi tak kunjung keluar kamar sedangkan nasi goreng sudah siap, dan Adis pun sudah siap untuk berangkat ke kampus. Adis memilih duduk di ruang tengah sambil memperhatikan rumah kecil Dewi yang tampak enak untuk ditempati. Ia terlonjak kaget saat pintu kamar Dewi terbuka dan menampilkan Dewi dengan wajah kusut khas bangun tidur.
"Pagi, Kak. Tadi saya buat nasi goreng, maaf karena udah pake dapur dan bahan-bahannya." Seru Adis langsung yang hanya ditanggapi dengan gumaman oleh Dewi.
Dewi berjalan ke arah dapur dan mengambil minum. Ia memperhatikan rumahnya sejenak, "Kamu beres-beres?"
"I..iya, Kak."
"Ngapain?"
"Nggak apa-apa kok, Kak."
Dewi menghela napas pendek. Ia lalu duduk di meja makan dan memperhatikan sepiring nasi goreng di depannya. "Kamu udah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawsome | Seri Self Healing✅️
Ficțiune generalăHidup Adisa selalu rumit. Semesta pun kadang melupakannya. Maka yang selama ini Adisa pikirkan hanyalah bagaimana caranya ia melindungi dirinya sendiri. Dan kehadian Rafdi di hidupnya mengajarkan Adis bagaimana rasanya dilindungi dan dihargai. Denga...