"Kamu bener pacaran sama Kak Rafdi, Dis?" Ayu, salah satu teman sekelasnya tiba-tiba menghampiri Adis dan menanyakan hal tersebut.
Adis yang sedang menulis di bangkunya pun terdiam. Dan diamnya tersebut ditangkap lain oleh Ayu.
"Bener?" Tanya Ayu lagi.
"Kok nanya gitu?" Balas Adis mencoba tenang.
"Kabarnya udah nyebar dari anak Lab."
"Masa sih?" Tanya Adis refleks. Masalahnya, tadi pagi saat ia ke Lab, orang-orang di sana tak mengungkit apapun padanya.
"Kok bisa sih, Dis?" Tanya Ayu antusias.
"Maksudnya?"
"Kok bisa kamu dekat sama Kak Rafdi?"
Pertanyaan Ayu tanpa sadar membuat Adis tersenyum masam. Pikiran buruk pun melintas di otaknya; Apa ia tak pantas untuk dekat dengan lelaki seperti Rafdi?
"Memang aneh, ya?" Balas Adis kecut.
"Jadi bener?" Tanya Ayu lagi memastikan.
"Iya." Balas Adis akhirnya. Percuma juga jika ia menyangkal. "Kamu tahu dari orang Lab?"
Ayu mengangguk. "Tisa bilang kalau Kak Rafdi keliatan perhatian banget sama kamu, kayak orang pacaran. Terus Irma pun bilang kalau kalian emang pacaran."
"Udah banyak yang tahu?" Tanya Adis. Mendadak ia merasa khawatir. Ia tak ingin hubungannya diketahui oleh banyak orang.
"Kayaknya nggak, sih."
"Jangan bilang siapa-siapa, ya." Pinta Adis.
"Memang kenapa?"
"Ya, nggak kenapa-kenapa, lagian bukan hal penting juga, kan?"
"Lah, emang kamu nggak bangga bisa pacaran sama Kak Rafdi? Kak Rafdi loh inii!"
Adis tersenyum masam lagi. Ia memang bahagia saat sejak menjalin hubungan dengan Rafdi, tapi ia rasa tak seharusnya ia membanggakan diri karena bisa dekat dengan lelaki itu.
"Yang ada aku malu kali, Yu. Masa seorang Kak Rafdi bisa deket sama orang kayak aku? Kamu pun tadi sempet nggak nyangka, kan?" Jawab Adis mencoba bercanda.
"Eh, bukan gitu, Dis, maksud aku. Sorry, kalau kamu tersinggung." Ucap Ayu tak enak.
"Nggak apa-apa, kok. Memang beruntung banget kan aku dapetin Kak Rafdi." Adis tersenyum, berusaha menenangkan Ayu yang menatapnya dengan tatapan tak enak.
"Lagian kalau dipikir-pikir kamu sama Kak Rafdi cocok, kok. Sama-sama kalem gitu." Timpal Ayu yang hanya dibalas senyuman oleh Adis.
Adis tahu bahwa tak seharusnya ia memiliki perasaan rendah diri. Meskipun sejak ia menjalin hubungan dengan Rafdi, ia sudah memprediksi bahwa ke depannya ia akan terus merasa tak percaya diri. Ternyata, meskipun ia sudah memprediksi hal tersebut, ia tetap merasa kesulitan. Perasaan ini begitu memuakkan untuknya. Apalagi saat ini ia sedang berada diantara teman-teman Rafdi yang mendadak membuatnya semakin tak percaya diri.
Berawal dari Rafdi yang mengajak Adis makan di salah satu tempat makan di mall, ternyata mereka bertemu dengan tiga orang teman Rafdi saat S1 yang sedang berkumpul. Mereka pun tanpa ragu mengajak Rafdi untuk bergabung. Rafdi sempat meminja ijin Adis, tapi Adis tak mungkin menolak, kan?
Jadilah sekarang Adis terjebak diantara Rafdi dan teman-temannya.
"Jadi Adis satu kampus dan jurusan juga sama kita-kita?" Tanya Tasya, satu-satunya perempuan diantara teman Rafdi. Wanita itu yang paling ramah dan mengajaknya mengobrol dari tadi dibanding dua teman Rafdi lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawsome | Seri Self Healing✅️
Ficción GeneralHidup Adisa selalu rumit. Semesta pun kadang melupakannya. Maka yang selama ini Adisa pikirkan hanyalah bagaimana caranya ia melindungi dirinya sendiri. Dan kehadian Rafdi di hidupnya mengajarkan Adis bagaimana rasanya dilindungi dan dihargai. Denga...