Chapter 6 : Night Call

85 16 0
                                    

"Dek, setelah mandi rapiin lemari baju lo ya! Udah kayak kapal pecah tahu nggak," teriak Jihoon dari lantai bawah.

Yang diteriakinnya nyaut, "Berisik lo emak-emak julid," ucap Yujin sambil melempar gulingnya ke arah pintu. Iya, siapa sih yang suka bersih-bersih? Mungkin jawabannya adalah kak Mashiho, adik tingkatnya Jihoon dulu.

Jan maen-maen said Mashiho to debu

"Perasaan lemari baju gu-









brak









-e rapi deh, udah lah."

Yujin segera memunguti baju-bajunya yang berjatuhan dan melipatnya di atas kasur. Isi lemari baju dia nggak jauh dari kata 'gumpalan'. Gumpalan baju yang menggunung karena sama sekali nggak dilipet.

"Nasib gue gini amat jadi cewek."

"Tapi kalau jadi cowok, nasib gue beda lagi dong."

Ciri-ciri tanda orang jenius.

Unmyeongieossdeon geoscheoleom yeah sumanheun salamdeul sog neoman boyeo

"Aduh suara Park Jeongwoo kenapa bikin gue mleyot sih?! Nggak tahu apa ini jantung anak orang kenapa-napa? Park Jeongwoo VOTC, voice of the year intinya!"

"Eh, angkat teleponnya blegug malah nyanyi," Yujin menepuk jidatnya lupa.

Kerugian memasang ringtone handphone pakai lagu kesukaan jadi gini nih, nunggu lagunya nyampe klimaks terus joget dulu baru nelpon balik, karena pasti udah mati telponnya.

"Halo?"

"YUJIN! AAAK GUE SENENG BANGET PLIS!"

"Wahai anak gadis, kalau ngomong pelan dikit bisa nggak?"

"TAPI KAN GUE LAGI SENENG BANGET!"

Yujin menarik handphonenya menjauh dari telinganya dan nggak lupa buat neken tombol speaker buat ngedenger percakapan atau mungkin teriakan dari sahabatnya di ujung sana. Dia mesti ngelipet pakaiannya.

"Kenapa? Kok seneng banget?"

"Lo pakai mikir lagi, masa lo nggak seneng kalau lo dapet partner yang notabenenya itu gebetan lo sendiri? Makin diungkit-ungkit, gue makin seneng rasanya."

Masalah partner lagi, toh

"Mungkin gue bakal b aja."

"Lo mah nggak asyik, Jin!"

"Ya terus gue harus ngapain buat ngerayain kegembiraan lo? Kayang? Tahu sendiri gue nggak bisa."

"Lo pokoknya harus nunggu gue di depan kelas gue besok."

"Lah, jadi babu gue? Nggak waras."

"Bukan, pokoknya besok gue bakal traktir lo."

"Tiba-tiba banget? Padahal gue nggak berjasa buat kebahagiaan lo itu."

"Berjasa, lo sama Doyoung tuh berjasa pakai banget. Kalian udah nyuruh kita bebas milih partner buat dance itu sebuah anugerah."

"Hiperaktif lo."

"Hiperbola, bego."

"Ya itu maksudnya."

"Dih seriusan gue, mau nggak gue traktir?"

"Mau, lah."

"Yeu anak bagong. Sok-sokan nolak lagi tadi."

"Mana ada gue ngomong begitu."

"Adain. Ya udah gue traktir lo besok, kalau bisa bawa Doyoung juga oke?"

"Ngapain?"

"Kalian kan papa mama gue di sekolah, ah, bukan, lebih tepatnya di ekskul dance!"

"Atur ae lah."

"Gue tebak, pasti lagi kesemsem nih dipanggil papa mama. Betul apa bener?"

"Salah."

"AAA PAPA MAMA GUE LUCU BANGET!"

"Lo ber-"

"Jin, partner mantan lo siapa, btw?"

Oh, damn. Jihoon lupa kalau adiknya masih telponan









Nah, lho, mantannya Yujin siapa?

Dance Club Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang