Chapter 12 : Ribut dan Rebut

63 12 0
                                    

"Kalian kenapa dah? Kusut banget tuh muka."

Bukannya sambutan malah ceramahan yang didapetin mereka berempat yang baru aja balik dari minimarket depan.

"Ada apa-apa nih pasti," ucap Zoa yang langsung nyamperin mereka, ralat nyamperin kantong plastik yang isinya belanjaan.

"Kagak ada apa-apa, bang."

Sosok bermarga Park itu memilih untuk ngadem di bawah AC karena emang lagi panas banget cuacanya, keringet belum turun malah nambah lagi, ngademin hati dan pikiran juga.

Jihan masih enggan untuk ngomong, sekedar satu patah kata pun. Wonyoung yang peka karena temennya itu diem aja nggak banyak gaya pun nyamperin, "Kenapa lo?"

Jihan ngegeleng aja.

"Lo kalau mau cerita, cerita aja, gue dengerin. Terserah ceritanya kapan, senyaman dan sesiap lo aja, oke?"

Setelahnya Wonyoung menghampiri Yujin dan Zoa yang lagi nyeduh mie cup yang dibeli barusan. Jihan jadi udah nggak bersemangat buat latihan setelahnya. Terlalu sibuk sama perkataan Doyoung, lebih tepatnya,

"...mereka mantanan."

Perempuan itu ngeliat ke arah Yujin yang lagi sibuk minum sodanya, dia sama sekali nggak tertarik sama topik di antaranya. Di pikirannya cuma sibuk dengan kenapa dia nggak pernah cerita ke gue? Apa Wonyoung dan Zoa juga nggak tahu?

"Lanjut latihannya tiga puluh menit lagi ya."















"Lo pulang bareng siapa?"

Langkah Yujin terhenti ketika suara temen-temennya menginterupsi pikirannya.

"Gue pulang sendiri, kenapa?"

Wonyoung tersenyum, "Main dulu mau nggak? Lagian besok Sabtu! Nginep gitu?"

Giliran Yujin yang tersenyum, "Kalian aja deh, gue masih ada urusan nanti malem. Gue duluan ya, sorry!"

Ketiga temennya itu menghembuskan nafasnya, emang Yujin yang paling susah buat diajak main atau nginep atau hal lainnya. Mereka main pas di sekolah aja. Di luar sekolah, tergolong jarang.

"Kita aja yang nginep di rumahnya. Gimana?" Usul Jihan.















"Udah lama?"

Pemuda mirip serigala itu mutarin badannya, "Nggak, udah buruan naik. Entar gue digeplak sama abang lo."

"Yeu, gitu-gitu abang gue juga baik ya."

Yujin segera naik motor matic berwarna hitam milik Jeongwoo. Bukan tanpa alasan keduanya pulang bareng, itu permintaan atau mungkin paksaan dari Jeongwoo dengan alasan kembaliin jaket gue dan Yujin yang menjawab di rumah, mau ngambil?

Kesempatan itu pastinya nggak disia-siain sama Jeongwoo.

Di perjalanan, nggak ada yang buka suara. Terlalu asyik sama pikirannya masing-masing. Lagian emang nggak ada topik juga, kalau topik kenapa monyet bisa manjat udah agak basi dan siapa sih yang mau buka obrolan pakai topik itu?

"Lo mau masuk atau nunggu?"

"Gue ma-"

"Jadi bener apa yang dibilang Doyoung?"








Glek






Yujin dan Jeongwoo sama-sama kaget atas kehadiran Jihan, Wonyoung, dan juga Zoa. Wonyoung dan Zoa ikut karena Jihan mengatakan bahwa mereka akan menginap di rumah Yujin saja.

"Doyoung bilang apa sama lo emangnya?" Tanya Jeongwoo.

Dia laki-laki, bos. Nggak menye.

Jihan merotasikan matanya, "Kalian pernah punya hubungan kan? Gue sama Doyoung yang salah atau lo yang salah karena nggak pernah cerita ke gue, Jin?"

Jihan mulai nyudutin Yujin.

Yujin gelagapan. "Bukan gitu, Han. Gue bisa jelasin kok."

"YUJIN!"

Yujin tahu pemilik suara itu siapa. Siapa lagi kalau bukan Doyoung?

"Eh, ada kalian juga?"

"Jin, lo tahu gue suka sama siapa kan? Terus kenapa lo kayak gini ke gue? Lo mau ngerebut?"

Sebelum Yujin ngejawab, Jihan udah ninggalin mereka dan tempat itu. Terlanjur muak sama suasana yang tegang begini.

Wonyoung yang ngejar Jihan harus berhenti karena tepukan dari Yujin, "Won, tolong jagain Jihan, ya. Gue minta maaf sama kalian."

Perempuan ramping itu tersenyum dan memegang tangan Yujin, "Gue usahain. Jangan minta maaf, gue tahu lo punya alasan. Gue duluan, ya!"

Yujin berbalik dan menemukan Zoa yang masih diam nggak bergerak, "Zo..."

"Eh, kenapa, Jin?"

"Lo... nggak mau nyusul mereka?"

"Jin, kita sekarang lagi ada masalah. Udah ada yang nenangin Jihan. Gue juga harus nemenin lo. Lagipula...













... gue tahu lo nggak sekuat yang lo bayangin."

Zoa ada benarnya. Dia butuh sosok sahabat untuk sekarang.

Dance Club Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang