Chapter 10 : Spesial Haruhwan + Curhatan

73 13 0
                                    

"Ruto, makan, nih," perempuan bermarga Jang itu melemparkan tempat bekal berwarna peach itu.

Haruto yang lagi asyik baca komik Naruto itu mendongak lalu melihat tempat bekal milik temannya ini, "Lo ngasih makan yang bener dong, kayak nyuruh anjing makan."

"Lo kan setipe sama anjing."

"Anjing."

"Tuh kan sadar."

Haruto pasrah kalau udah masalah debat sama Wonyoung, perempuan ini anak bahasa mampir ke IPS, debat selalu menang, banyak omong adalah kewajibannya.

"Buatan bunda apa lo?"

"Gue."

Haruto tercengang.

"Gue bantu motong sayurnya doang maksudnya."

Haruto kembali makan.

Aneh kalau Wonyoung bisa masak. Keajaiban dunia nomor delapan setelah bangunan-bangunan terkenal dan bersejarah yang menyebar di seluruh dunia.

"Tumben baca komik Naruto lo," ucap Wonyoung sambil mengambil komik milik pemuda Jepang itu dan membolak-balikkan halamannya.

"Gabut, punya Junghwan itu juga."

"Gabut lo biasanya nonton film begitu, ruto."











"Uhuk, uhuk! Anjir, air gue mana?"

Dia nggak peduli botol minum siapa yang ada di posisi terdekatnya. Padahal dia cuma keselek satu biji kacang doang. "Tahu dari mana lo?"

"Gue sering kali ya lihat lo nonton begituan. Lo kira kemarin gue ke rumah nggak denger suara video lo, hah? Orang aneh."

Haruto diam dan lanjutin makannya. Kepergok nonton begituan sama perempuan tuh feelnya beda daripada keciduk sama laki-laki. Laki-laki mah wajar aja nonton begituan paling responnya cuman oh yaudah atau dih anjir cemen lo nonton begituan.

Lah ini perempuan dan bisa-bisanya Wonyoung ngomong begitu dengan santainya.

"Biasa aja kali mukanya. Kayak sama siapa aja," Wonyoung menyadari temen laki-lakinya itu diem dan nggak bertingkah kayak tadi.

"Maaf."

Wonyoung bingung, "Ngapain lo minta maaf ke gue?"

"Gue err ngerasa nggak enak aja."

"Ya elah, To. Santai aja kali, harusnya lo minta maaf sama yang di atas, biar dosa lo terampuni. Gue mah wajarin aja soalnya hormon anak laki-laki kan gampang berubah drastis. Sama lah kayak cewek yang mood swing," perempuan manis itu tertawa.

Kringg!

"Udah bel, gue ke kelas duluan. Nanti tempat bekalnya kalau udah abis kasih ke gue ya! Tupperware emak itu!" Teriak Wonyoung di depan pintu.

Sebelum perempuan itu keluar, dia ngasih flashdisk ke Haruto.

"Apaan?" Syukur, mood Haruto udah kembali.

"Anime kesukaan gue, ganti film yang lo suka tonton itu sama anime. Gue takut lo kenapa-napa kalau keseringan nonton film begituan. Gue duluan."











"Kak Zoa!"

"Eh, Wawan!"

Kepala guru matematika di sekolah mereka noleh, wajar namanya aja Wawan. "Maaf, Pak! Bukan Bapak, aslian ini mah!"

"Ngapain lo di sini?"

"Ngelaundry, kak."

"Di sini ada tempat nyuci baju juga? Baru tahu gue." Perempuan itu makan mie gorengnya yang terhenti karena ngajak ngobrol adek kelasnya yang merangkap partner dancenya itu.

Junghwan ketawa, "Kaga lah, kak. Lagian udah tahu ini kantin ya buat makan lah."

Laki-laki berbadan bongsor itu pergi untuk memesan makanan, "Kak, lo anak taekwondo juga ya?"

"Iya, kenapa?"

"Sabuk apa?"

"Merah, lo?"

"Wah, keren! Gue hitam."

Gedebug

"Anjir! Seriusan lo, Hwan?"

Junghwan mengangguk.

"Keren banget!"

Nggak berhenti di situ, Zoa terus menerus memuji adik kelas yang ada di depannya ini. Ya, siapa sih yang nggak kagum sama laki-laki pemilik sabuk hitam.

"Udah, kak?"

Zoa bingung, "Apanya?"

"Muji guenya."

"Oh, hehe udah," Zoa jadi kikuk. Junghwan yang ngeliat kakak kelasnya itu nahan gemes.

"Lo tahu nggak sih, gue tuh mau berhenti buat belajar taekwondo. Tapi gue nggak mau keliatan lemah di antara banyak orang terutama laki-laki."

Junghwan mulai tertarik sama topik ini dia memajukan badannya tanda antusias, "Kenapa sama laki-laki?"

"Nggak ada masalah sih sama laki-laki. Cuma ya gitu, gue sering banget dianggep lemah sama banyak laki-laki. Bukan berarti gue pernah ada kontak secara langsung sama mereka, tapi ya mau gimana lagi? Laki-laki selalu mandang perempuan sebelah mata, itu yang bikin gue capek."

"Gue ngerti, kak. Lo boleh kok terlihat kuat. Tapi inget, kak, walaupun lo pengen disebut kuat sama banyak orang, lo tetep manusia. Manusia yang punya kelemahan...










...dan juga nggak selamanya mereka lemah atau kuat terus. Percaya sama gue, menjadi lemah bukan berarti nggak kuat. Lemah emang konotatifnya negatif tapi nggak selamanya kayak gitu."

Zoa terdiam, dibuat bungkam sama adik kelasnya ini.

Junghwan tertawa canggung, "Hahaha, gue cerewet ya, kak? Udah ngawur gue kalau banyak omong. Sorry ya, gue pergi dulu."

Sepeninggalan Junghwan, Zoa masih duduk anteng setelah bel istirahat selesai berbunyi.

"Junghwan..."

Dance Club Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang