Chapter 9 : Halangan

79 12 0
                                    

"Gimana?"

Perempuan itu mendengus kesal, "Gagal, lagian lo buat ide gini amat."

"Lo aja yang kurang mendramatisir."

"Lo pikir gue sesering apa bikin drama?"

"Ini buat keuntungan kita berdua juga kali, ya udah nanti gue pikirin caranya. Lo masih ngegebet dia kan?"

Perempuan itu ngangguk.

"Sama gue juga. Pokoknya gue mikir, lo bertindak. Selesai."

"Tidak beradab."










Dua bulan kemudian

Nggak ada kejadian yang menarik selama dua bulan kemarin, lebih tepatnya mereka udah kembali jadi murid pada umumnya yang sibuk belajar. Belum ada pengumuman yang berkaitan dengan penilaian akhir tahun karena ini masih bulan Maret.

Ada sih yang menarik, contohnya hari ini.

"Zoa, perut gue sakit nih." Yujin memegang perutnya yang emang mules sejak pagi tadi.

Zoa yang jadi temen sebangkunya itu nengok dan panik, "Lo kenapa? Mau pakai minyak kayu putih atau ke UKS?"

"Masalahnya gue nggak tahu gue sendiri kenapa," ucap Yujin.

"Berdiri coba."

Yujin ngikutin perintah Zoa dan raut muka Zoa langsung merah padam sekaligus kaget. Dia nepuk bahu Yujin pelan, "Jin, lo udah waktunya?"

"Waktu apa? Lahiran? Anjir, Yujin, lo udah anuan sama siapa?"

Zoa nabok laki-laki yang sembarang aja kalau ngomong, siapa lagi kalau bukan temen sekelasnya yang bernama Kim Doyoung?

"Zo, gue tembus ya?" Bisik Yujin dan Zoa mengangguk. "Duh mana gue nggak bawa lagi," lanjutnya.

Doyoung langsung peka, oh ternyata lagi halangan, "Gue beliin. Zoa, anterin dia ke toilet, nanti gue nitip ke orang yang lalu lalang di toilet deh. Bentar ya, Jin."

Perempuan di sebelah Yujin itu hanya mengangguk dan tersenyum jail ke arah Yujin, "Cie, acikiwir sekali papa mama gue."

"Mama papa pala lo!"

"Lagian dia kok nggak nanya ke gue ya kalau gue bawa pembalut atau nggak?"

"Panik mungkin. Emangnya lo bawa?"

"Nggak, hehe."









"Lo kenapa pakai acara nggak bawa jaket atau sweater gitu, Zo? Kan susah gue jalannya, mana lo di belakang deket banget sama gue."

Mereka lagi jalan dan nggak sepasang dua pasang mata yang ngeliat tingkah laku mereka. Tepatnya, langkah kaki mereka. Salahkan Zoa yang nggak bawa jaket untuk nutupin bagian rok Yujin.

"Tadi gue berangkat pakai mobil, motor gue rusak. Biasa lah!"

"Masih bisa bercanda lo anakonda."

"Gue anak bokap nyokap gue kali, bukan anaknya si konda."

"Sialan."

Sampailah mereka di UKS, butuh perjuangan banget. Mereka masuk ke UKS setelah Doyoung ngechat Yujin biar ketemuan di UKS aja biar cepet dan nggak pakai perantara.

"Mbak, ada pembalut nggak ya?"

Si mbak penjaga UKS itu yang lagi asyik makan nasi kuning menggeleng, "Mbaknya bocor? Bentar ya kalau gitu, mbak ambil stok dulu. Kalian diem di sini aja."

Yujin mutusin buat duduk di kursi si mbak penjaga tadi yang udah dialasi kain sedangkan Zoa duduk di pinggir tempat tidur.

"Bengong aja lo," Zoa melambaikan tangannya ke depan muka Yujin.

"Won, lo kepikir kayak gue nggak sih? Doyoung nggak malu apa bawa-bawa pembalut gitu."

Zoa tersenyum, "Itulah namanya cowok sejati, nggak malu demi ceweknya. Jadi?"

"Jadi apaan?"

"Jadi lo masih nutup perasaan ke dia?"

Krek

"Mbak, cepet am- lho,"

"Jaket."

"Buat?"

"Lo kira gue nggak tahu, Jin?"

"O-Oh iya, makasih ya,"

"Lain kali dibawa."

"Jaket? Pasti. Nanti jaket lo gue balikin."

Laki-laki itu mendengus, "Bukan. Pembalut."

Yujin terdiam. Ini pertanyaan buat Doyoung aja belum kejawab secara pasti apalagi sama pertanyaan yang terngiang-ngiang di otaknya tentang laki-laki di depannya ini. Zoa? Zoa lagi asyik nontonin drama temennya sendiri.

"Gue duluan," laki-laki itu melenggang pergi setelah mengambil satu plester.

Dance Club Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang