Sebulan kemudian, mereka udah dalam kondisi yang lumayan baik. Nggak ada yang namanya masalah menghampiri ceilah. Bisa dilihat sekarang,
Ada Haruto dan Wonyoung yang lagi sibuk ngomongin tentang anime yang dikasih Wonyoung beberapa bulan yang lalu.
"Cowoknya mirip gue nggak sih?"
Wonyoung yang ditanya langsung merenggut kesal, "Dih, pede banget lo jadi cowok. Jelas, cowoknya lebih ganteng Kou."
"Kalau gitu, lo jadi Futaba. Gimana?"
"Kenapa?"
"Biar jadian lah," ucap Haruto enteng.
Wonyoung shock.
"Tapi kan di animenya, mereka nggak jadian."
"Gue udah baca komiknya duluan kali."
"LO PUNYA KOMIKNYA?! PINJEM DONG!"
Wonyoung malah gagal fokus ke anime yang dia suka itu ternyata punya komiknya.
"Iya, nanti gue pinjemin sekalian balikin flashdisk lo," Haruto bangkit berdiri untuk ngambil minuman di kantong kresek.
Jihan yang kebetulan nguping pembicaraan itu nyeletuk, "Sabar ya, dia itu emang nggak peka."
"Santuy ae kali, Han. Gue juga bisa kali ngubah dia, lo tahu kan gue siapa?" Tanyanya dengan sombong.
"Dih," Jihan pergi meninggalkan Haruto.
Sekarang kita ke Yujin, Doyoung, Zoa, dan Junghwan.
"Kalian kok tumben banget diem-dieman, biasanya tanding taekwondo," ucap Yujin pada akhirnya karena menyadari biasanya yang paling muda di antara mereka berdelapan itu diam.
Zoa senyum, "Nggak apa-apa, iya kan, Hwan?" Junghwan mengangguk.
"Gue rasa kalian punya masalah ya? Atau mungkin bukan masalah, kalian obrolin dulu deh mending. Gue takutnya kayak kemarin," Doyoung narik Yujin supaya pergi dari hadapan mereka berdua.
"Kak."
"Hwan."
"Kakak dulu aja," Junghwan gugup.
Zoa tersenyum dan nepuk pundak Junghwan, "Makasih ya, Hwan. Gue jadi udah buka kepikiran tentang laki-laki dan terlebih buat taekwondo."
"Waktu itu, gue salah ngomong ya, kak? Maafin gue, gue jadi nggak tenang setelah ngomong gitu ke lo."
"Nggak, Hwan. Gue justru ngebenerin kalimat lo, dan untuk sekarang gue berhenti sementara buat ikut les taekwondo. Berkat lo," senyum Zoa nggak luntur sejak tadi. Dia bener-bener berterima kasih sama adik kelasnya ini.
Junghwan mau nggak mau jadi senyum tapi dia tetep ngerasa bersalah, "Kak, lo beneran nggak apa-apa? Harusnya lo nggak usah dengerin kalimat gue."
"Serius, Hwan. Gue juga cukup keberatan ikutan les itu dan gue rasa gue lebih milih ekskul dance aja, bareng kalian. Kalau masalah laki-laki gue udah nggak terlalu mempermasalahkan mau dia nganggep gue cemen sebagai perempuan, gue udah nggak peduli."
"Gue seneng ngedenger jawaban lo, kak."
"Gue juga seneng karena lo udah ngomong gitu waktu kemarin. Makasih ya, Hwan."
"Jangan makasih ke gue, itu karena usaha dan kemauan lo sendiri, kak. Gue bertugas ngebantu aja, asal kakak tahu satu hal ini."
Zoa miringin kepalanya, "Tahu apa?"
"Kakak harus tahu kalau gue bakal selalu ngelindungin lo."
"Lo lihat deh, anak-anak lucu banget," Doyoung nepuk-nepuk pundak Yujin.
Yujin cuma ngedehem aja karena dia lagi asyik ngescroll aplikasi biru ada gambar burungnya itu.
"Ngelihatin apaan sih lo nyampe gue dianggurin gitu?"
"Nggak, nggak lagi lihat apa-apa," Yujin segera nutup aplikasi dan matiin handphonenya.
Cukup lama mereka diem sampai akhirnya laki-laki bermarga Kim membuka obrolan yang membuat Yujin mau nggak mau nimbrung karena itu menyangkut dirinya juga.
"Gue minta maaf ya, Jin. Jihan tahu masalah itu dari gue, gue bener-bener minta maaf."
"Lah, nyantai kali Doy. Gue juga udah ngerasa kalau kemarin itu waktu yang pas. Coba lo ngomongnya hari ini atau mungkin besok yang kondisinya kita udah mau tampil, pasti beda deh suasana sekarang."
"Lo beneran? Nggak marah sama gue, marahin aja gue. Tabok kek, gaplok kek, tonjok atau apapun itu," Doyoung ngebuka kedua tangannya lebar-lebar dengan maksud nyuruh Yujin ngelakuin hal yang dia ucapin tadi.
Yujin ketawa, "Lo ngapain sih, Doy? Gini-gini gue juga manusia yang nggak gampang nyalurin kemarahan gue ke orang lain yang berhasil nolongin gue."
"Nolongin? Gue? Gue ngapain emangnya?"
"Lo bantuin gue bilang ke Jihan aja gue udah bersyukur dan berterima kasih sama lo. Gue berterima kasih sama lo karena gue nggak mau Jihan lebih marah daripada kemarin."
"Oh iya? EMANG GUE TUH SUKA NOLONGIN ORANG!"
"Nggak gitu juga, malih! Heh! Sini lo!"
Sekarang, Yujin sama Doyoung lagi kejar-kejaran di ruang latihan itu sambil Yujin yang bawa bantal -nggak tahu siapa yang bawa buat dilemparin ke Doyoung.
"Ya maaf, Bun!"
Dua-duanya cuma dilihatin sama temen-temennya, nggak ada niatan buat ngelerai. Kapan lagi lihat leader mereka berantem setelah kejadian kemarin?
"Widih, apa nih? Udah bunda-bunda aja nih gue denger tadi." Haruto dateng nyamperin buat ikutan nimbrung.
"Ekhem ekhem nih!"
"Fix pj menyambut gue hari ini."
"Fyi aja sih Doy buat lo, Yujin suka cowok yang manggil ibunya pakai panggilan 'bunda' lho, lo gimana?" Tanya Jihan pakai nyenggol Doyoung yang kebetulan di sebelahnya.
Doyoung langsung sumringah, "Kebetulan, gue manggil bunda di rumah. Jadi gimana, Jin?"
"Gimana apanya, badrol?"
Tadi malih sekarang badrol, bagus-bagus namanya Doyoung.
"Mau sama gue?"
"Belum, tapi gue usahain," Yujin beranjak pergi dari kumpulan temen-temennya yang pasti udah ngegibahin dia.
Jihoon datang gantiin Yujin yang pergi, "Asyik, green lamp nih langsung dari orangnya."
"Lampu hijau mereun." (read: Lampu hijau harusnya)
"Sarua weh." (read: Sama aja)
Buat yang nanya, judul anime yang dibicarain Haruto sama Wonyoung itu apa, judulnya Ao Haru Ride. Itu recommended banget!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance Club Love Stories
FanfictionDOYOUNG | YUJIN Dance club angkatan tahun ini emang paling the best. Behind the scenenya juga luar biasa meresahkan Cast lain: wonyoung, jihan, zoa, haruto, jeongwoo, junghwan