Chapter 1 : Ekskul

215 27 0
                                    

"Hai, ciwi-ciwiku! Kangen nggak sama gue?"

"Please, Zoa. Kita cuma beda kelas doang nggak harus kangen segala lagi," ujar perempuan dengan name-tag Jang Wonyoung itu.

Perempuan yang dipanggil Zoa itu merenggut dan duduk di sebelah Yujin yang sedang asyik makan. Mereka berempat baru aja duduk di bangku kelas sebelas dan pastinya di hari pertama nggak ada kegiatan belajar yang padat seperti biasanya. Hanya perkenalan dan selebihnya mungkin free class alias jam kosong.

Yujin dan Zoa sekelas, sedangkan dua teman lainnya yaitu Wonyoung dan Jihan juga sekelas. Menjadi anak kelas sebelas, bukan berarti mereka semakin rajin atau termotivasi. Buktinya, mereka lagi bolos mengikuti upacara penerimaan kelas sepuluh di aula.

"Kalian udah mutusin mau ekskul mana?" Tanya Jihan membuka topik pembicaraan.

Sontak mereka menggeleng dengan kompak. "Gue pengen literasi, gimana menurut kalian?"





Krik krik krik






"Won, gue tahu lo suka baca, tapi apa otak lo sehat kalau ikutan ekskul begitu? I mean otak lo juga perlu istirahat lah setelah belajar di sekolah. Mana di hari tertentu lo kan ada les setelah pulang sekolah."

"Tapi gue suka baca, Yujinnnnn," Wonyoung merengek seperti anak kecil yang minta diizinkan buat bermain. Yujin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ngeliat tingkah laku temannya ini.

"Make up?"

"Bukan perempuan."

"Teater?"

"Bukan muka dua."

"Lo emang nggak muka dua sih, tapi bagian gibahin orang aja langsung semangat. Dasar, cacing besar alaska," lama-lama Jihan juga capek dengan usulan yang ditolak mentah-mentah oleh Zoa.

"Paduan suara mau?"

"Gue mau bagian jalan-jalan ke luar kotanya aja lah. Lagian, setiap Sabtu, mereka selalu latihan. Gue pengen hari Sabtu gue indah ditemani kicauan burung dan ajakan jalan-jalan dari pria tampan," Zoa berbicara layaknya dia akan menerima kejadian tersebut. Padahal yang mau sama dia aja... nggak ada.

Yujin yang duduk paling dekat dengan Zoa memukul pelan kepalanya, "Puitis bener. Paling hari Sabtu lo disuruh bersihin rumah sama orang tua lo. Belum lagi ngurusin si Cattie, kucing lo."

"Lo sebagai temen, ngedukung perhaluan gue dong!"

"O to the gah, gue tuh baik. Menjernihkan otak lo supaya lo dapat berkhayal dengan sewajarnya kayak orang normal."

"Tapi dia bukan orang normal."

Sontak semuanya langsung tertawa mendengar perkataan Wonyoung yang kelewat polos tapi ada benernya juga.

"Lo jadi temen yang suka membantu dong!" Teriak Zoa, karena dari tadi dia selalu aja dibully secara main-main sama temen-temennya.

Jihan menjawab perkataan Zoa, "Dari tadi, lo minta tolong temen yang gini-gini. Gue balikin ya, lo jadi temen terima apa adanya kita dong jangan ada apanya gimana sih?"

"Nggih, kanjeng mamih," Zoa membungkuk sembilan puluh derajat ke Jihan.

Untuk kesekian kalinya, Yujin menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini kok malah melenceng alias menyimpang ke topik lain? 

"Jadi kalian mau masuk ekskul apa?"

"Gue ngikut kalian deh, nggak apa-apa kalau gue nggak suka juga. Asalkan ada temen."

Gini nih kalau introvert.

"Dance aja gimana?" Usul Yujin kepada ketiga temennya itu.

Semuanya noleh, lagian ini kok usulnya gini amat. Tapi boleh juga sih. "Tumben banget lo mau ikutan dance?"

"Tadi katanya mau barengan semua, toh kita juga bakat di dance. Kenapa nggak cobain aja?"

Zoa menyahut, "IH BENER! Nanti kalau ditanyain, kenapa mau ikutan ekskul dance. Jawab aja, 'awalnya saya coba-coba eh ketagihan' gitu! Pinter banget gue, haduh! So brilliant!"

Udah deh males kalau nyautin Zoa mah. Nggak akan make sense juga kalau disangkutpautin.

"Gue denger-denger nih, pelatihnya juga ganteng. Udah mah ganteng, ototnya ada, kalian kan pada demen sama yang kayak begitu. Kenapa nggak cari algojo aja sih sekalian?"

"Algojo palamu, sumo juga bisa kali."

"Sumo menang di lemak doang xixi."

"Serah. Gimana?"

"Boleh deh, sekalian cuci mata!"

Yujin tersenyum senang dan merasa menang karena promosi menurutnya ini sangat bagus. Iya, siapa sih yang nggak suka atau tergiur-giur sama cogan? Tapi menurut dia sih nggak cogan, orang dia selalu ngeliatin pelatihnya itu. Ketemu aja tiap hari.












"Lo berhutang budi sama gue fix, kak" gumam Yujin yang untungnya nggak kedengeran sama yang lain.

Dance Club Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang