Chapter 7 : Berduaan

84 14 0
                                    

"Selamat pagi!"

"Pagi pagi pagi!"

"Lo kata ini pramuka, hah?"

"Neng..."













"EH, PUNTEN IBU! HAMPURA PISAN EUY! ABDI TEH TEU NINGALI IBU, HAPUNTEN PISAN IBU!" (read: Eh, permisi Ibu! Maaf pisan! Saya nggak lihat Ibu, maaf pisan Ibu!)

Yujin langsung minta maaf begitu dia lihat ternyata kelas temennya itu nggak kosong, alias ada gurunya. Lagian kelasnya berisik, dikira emang lagi jam kosong.

Yujin langsung kena mental breakfast kayaknya.

"Jin, bangun. Jangan ngesot," ucap Doyoung sambil nepuk bahu Yujin. Ciee berdua, nggak deng, ada Zoa nyempil.

"Dia nggak ngesot, dia cuma berlutut," timpal Zoa.

"SAMA AJA!" Teriak seisi kelas, kena pula mental break dance mereka.

"Udah, tenang. Nanti Ibu dicarekan ku kapala sakola. Nah, aranjeun teh kunaon ka dieu? Aya urusan jeung saha?" Tanya gurunya. (read: Udah, tenang. Nanti Ibu dimarahin sama kepala sekolah. Nah, kalian teh kenapa ke sini? Ada urusan sama siapa?)

Yujin yang merasa ibunya udah maafin dia pun ngejawab, "Mau cari Jihan sama Wonyoung, ada orangnya nggak, Bu?"

"Ada, panggil aja. Mau izin ya?" Ketiga muridnya itu mengangguk. "Mau latihan dance buat pensi, Bu," tambah Zoa.

"Jihan, Wonyoung, sok keluar."

"Ibu malah ngusir," ucap Jihan sedih.

Ibu gurunya merotasikan bola matanya, "Iya, udah sana keluar."

"Hehe, hayu atuh, Bu. Permisi!"

Setelahnya mereka berlima, Doyoung dengan pacar-pacarnya (bercanda) itu langsung keluar dari kelas dan berjalan beriringan menuju kelas temen laki-lakinya dan juga adik kelasnya yang hobi makan itu.

"Kalian mau duluan atau mau ikut kita manggil Haruto sama Jeongwoo?" Tanya Yujin kepada temen-temennya itu.








Bukan sahabat kalau...









"Kalian aja, jemput anak-anak kalian. Kita tunggu di ruang latihan!"

Mereka langsung lari kebirit kayak mau cepirit ninggalin Yujin dan Doyoung yang berusaha bikin mereka jengah karena teriakan mereka. Apa boleh buat? Namanya juga sahabat.

"Lo aja dah yang manggil mereka, Young. Gue manggil Junghwan biar cepet," usul Yujin dan segera diangguki oleh Doyoung.

"Eh, Jin, kita ke Junghwannya bareng aja deh."

"Ya udah."

Yujin nunggu Doyoung buat manggil temennya itu sambil duduk di depan salah satu kelas. Nggak perlu lama buat nunggu ketiga laki-laki itu, sekarang mereka juga udah turun buat nyusulin si adik bungsu mereka ini.

"Kalian, beliin minuman dong. Biar nanti kalau latihan langsung juga," Yujin menepuk pundak Haruto dan Jeongwoo yang ada di sebelahnya.

Haruto noleh dan masang muka-muka yang mencurigakan, "Mau berduaan sama Doyoung apa gimana, Jin?"

Asli deh, Yujin aja nggak kepikiran sampai situ. Ini bocah asli Jepang udah mikir nyampe sana aja. "Nggak, gue nggak ada niatan malah. Bacot ah kalian, ayo, Doy," Yujin dan Doyoug berhasil kabur dari dua bocah yang masih ketawa nggak jelas.

Doyoung? Jangan ditanya lagi, yaa pasti dia seneng lah.

"Kenapa kok mukanya merah, Jin?"

"Panas, mana pakai acara lari-lari lagi,"

"Ututututu, kasian."

"Diem, gue bukan bayi."

"Iya, bayinya gue."

Yujin menatap Doyoung malas. Genitnya kambuh.

"Eh, kamu kenapa?" Tanya Yujin pada anak perempuan yang mungkin seangkatan sama Junghwan ini.

Anak perempuannya noleh, "Kakak!"

"Adek lo, Doy?" Doyoung menggeleng, jelas dia itu anak terakhir di keluarganya.

Kalau bukan adeknya, ngapain ngegelayut manja ke lengannya Doyoung? Lengan Doyoung pakai pelet apaan ya kira-kira? Pelet ngegym fix

"Kak, kakak tahu kelas 11 IPS 2 nggak? Aku disuruh nganterin celana olahraga ke kakak aku, anterin aku yuk!" Ucapnya dengan riang.

Yujin menghembuskan nafasnya, perasaan di sekolah ini udah jelas kalau tiap lantai itu per angkatan. Jelas, kelas 11 IPS 2 itu di lantai dua tinggal cari aja nama papannya.

"Terus?"

"Kakak merhatiin cerita aku nggak sih?"

"Lah, saya ada nanya? Yang nanya malah sebelah saya, dek," Doyoung menunjuk Yujin.

"Kamu liat aja denah di mading sebelah kamu," lanjut Doyoung lembut karena dia tahu itu adalah adik kelasnya. Harus menciptakan wajah baru dan friendly.

Anak perempuan itu diem.

"Sini kakak anterin," Yujin tersenyum.

"Kakak apaan, sih? Aku kan nanyanya ke kakak ini, bukan ke kakak. Jangan ikut campur." Malah ngegas ini adik kelas satu.

Doyoung yang udah ngerasa hawa-hawa nggak enak langsung ngelepasin tangan adik kelasnya itu dari lengannya. "Kamu jaga sopan santun ya, dek. Saya juga masih jadi kakak kelas kamu di sini," ucap Yujin masih berusaha untuk tenang tapi terkesan tegas.

"Kakak tahu diem nggak sih?"

Dih kok ngamok

"Kamu jangan gitu ke pacar saya ya, dek."

Dance Club Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang