"Kak, buruan!"
"Sabar dikit!"
Junghwan nungguin kakak kelasnya yang masih ngiket sepatunya di depan pintu rumahnya. Mau kemana sih mereka? Ke lapangan basket yang jauh dari rumahnya Zoa.
"AYO!"
"KUY GAS NGEENG!"
Berangkatlah mereka, Zoa yang dibonceng Junghwan pakai sepeda milik laki-laki sering banget kirim emoji sapi, karena merasa mirip. Udah mah jauh, pakai sepeda, ngajakin Zoa buat main basket pula.
"Hwan, gue berat nggak?" Tanya Zoa di belakangnya.
Junghwan di depannya ngegeleng, "Nggak kak, tenang aja."
"Gantian dong! Gue pengen boncengin lo!"
Junghwan reflek ngerem mendadak, "Yang bener? Gue berat, gue laki lho, kak."
"Nggak masalah, gue juga kuat kok!" Zoa turun dan nyuruh Junghwan buat duduk di belakang.
"Tapi sayang, gue bukan laki," gumamnya.
Junghwan kaget waktu cewek itu ngegowes sepedanya cepet banget, kayak Junghwan dianggep angin alias nggak bawa barang seberat atau seringan apapun.
"KAK ANJIR KAK, WARAS DIKIT NAPA NGEGOWESNYA?!"
"HAH? SIAPA PACARNYA SELENA GOMES?!"
Ternyata bukan motor aja yang bikin pengendaranya budeg, sepeda juga.
"Hwan, mau nitip beli minum nggak? Gue mau beli es krim soalnya, panas banget di sini."
Junghwan yang asyik mendribble bola basketnya berhenti sejenak, "Boleh, eh traktir tapi ya?"
"Iya, mana uang?"
"Kan traktir!"
"Oh iya, lupa. Sorry sorry. Mau air mineral apa isotonik?"
"Bebas, gue mah minum apa aja."
"Lo omnivora kan? Sapi kok omnivora sih, Hwan?"
"Sapi mah sapi, Junghwan mah Junghwan."
Zoa acuhi perkataan Junghwan dan segera pergi ke toko seberang lapangan basket itu. Setelah membeli sekaligus membayar dia balik ke lapangan.
Emang bener cuaca sekarang lagi panas banget, Zoa aja pakai pakaian yang pendek-pendek tapi tenang nggak minim dan nggak mengundang hasrat para laki-laki yang masih muda dan tua. Masih standar dan sewajarnya aja.
"Nonton aijitivi ah," Zoa mengambil ponsel di tas kecilnya.
Beruntung, dia duduk di tempat yang ada atapnya. Jadi nggak harus ngatur brightness sampai full. Udah cuaca panas, ditambah handphone yang panas tuh jadi panasnya menyebar ke tubuh.
"Kak, minum!"
Zoa ngasih minum isotonik -iya, itu pilihannya- ke Junghwan dan langsung diteguk sampai setengah botol itu tersisa. Zoa lihat ke sampingnya, Junghwan yang keringetan itu bikin hatinya seakan-akan meleleh saat itu juga. Hati ini mleyot dan mletoy.
"Ngapain kak?"
"Diem aja lo anak sapi."
"Gini-gini gue masih anak bokap nyokap."
"Atur, Hwan."
"Gue mandi dulu, pakai ini biar nggak gosong paha lo," Junghwan melemparkan jaketnya pada Zoa.
Setelah Zoa menyeka keringet yang bertetesan pada muka Junghwan dengan handuk kecil yang dibawanya, Zoa harus nungguin Junghwan yang mau basuh badan, rambut, dan ganti pakaian. Lepek sama bau asem keringet.
Padahal kamu bau bayi kalau kata Jihoon
"Tumben nggak ke tempat taekwondo?"
Junghwan nggak noleh dan masih natep lapangan yang kosong, "Bosen, ganti suasana yang baru sekali-kali."
Zoa ngangguk dan setelahnya nggak ada komunikasi lagi.
"Lo percaya nggak sih, kak? Katanya kalau lo diem di lapangan basket maka 90% lo nggak bakal jomblo lagi."
Perempuan di sebelahnya merasa tertarik dengan topik ini, "Seriusan? Gue dari tadi mantengin lo main, duduk adem ayem diem tenang hening gini nggak mengurangi kadar kejombloan gue."
"Oke gue tanya. Lo cuma boleh jawab 'iya' sekali dan 'nggak' sekali. Geleng atau ngangguk juga nggak boleh. Selain itu, gue tinggalin lo di sini, pulang sendiri. Diculik baru tahu rasa."
Malah nakut-nakutin dia.
Padahal Zoa aja nggak tahu ini dimana, tadi dia bonceng Junghwan aja diarahin sama adek kelasnya sendiri.
"Iya. Jahat bener lo jadi adek kelas."
"Biarin."
"Mulai. Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Zoa menimbang-nimbang jawabannya.
"Iya."
"Ya udah, ayo. Terbukti kan? Lo udah nggak jomblo lagi?"
Zoa dibuat ngebug sama Junghwan.
"Lah, pertanyaan yang bakal gue jawab pakai 'nggak' mana?"
"Lah, kamu sendiri udah mau aku ajak pacaran ya udah diem aja," Junghwan berhenti ngeringin rambutnya dan ngerangkul Zoa.
"Lo bener-bener ya, Hwan. Nggak habis pikir, sumpah," Zoa berusaha memberontak tapi nggak bisa, gitu-gitu dia masih cewek.
"Eits, udah resmi nggak ada lo-gue. Aku juga nggak akan manggil kamu pakai 'kak' lagi."
"Ogah!"
"Heh, nurut sama aku."
Menciut jiwa Zoa kalau begini caranya. "Iya, ini nurut!"
"Utututu lucunyaa, masa ini katanya lebih tua dari aku?" Nggak ngerangkul doang, karena udah resmi bisa dong main peluk sekarang?
Bisa Hwan, udah hak cipta
"Junghwan! Aku malu, diem aja kamu."
"Zoa! Aku suka, diem aja kamu."
Cewek yang keliatan kuat tapi sebenernya manis ditambah gemes mungkin jadi tipe cewek Junghwan. Lebih tepatnya perempuan beroknum Zoa.
Couple keempat, check ✔️
Okayyy, jadi ini chapter terakhir! Terima kasih buat temen-temen yang berhasil baca sampai chapter ini! Maaf jika cerita ini banyak kurangnya. Kritik dan sarannya boleh banget, yaaaa! Tunggu buat cerita selanjutnya yaaaa! Thanks, guys ♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance Club Love Stories
FanficDOYOUNG | YUJIN Dance club angkatan tahun ini emang paling the best. Behind the scenenya juga luar biasa meresahkan Cast lain: wonyoung, jihan, zoa, haruto, jeongwoo, junghwan