Bab 2 (balas dendam)

184 92 56
                                    

Jangan jadi pembaca Goib!
Tinggalkan vote atau komentar.

Sudahkah bersholawat hari ini?
'Allahuma sholli ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad'

BISMILAH SEMOGA SUKA 💗

"Orang cantik mah beda, penggemarnya aja bocil-bocil"
-Nasya Adelia

HAPPY READING!

                            **********

Sehari setelah kejadian menginjak kotoran sapi itu, masih terus membekas dalam ingatan, aku masih berdiam diri didalam kamar enggan sekali rasanya keluar rumah.

Hatiku masih terasa dongkol, mengingat kejadian memalukan kemarin. Ingin sekali rasanya membalas dendam pada bocah-bocah nakal itu.

Pokoknya nanti, aku tidak boleh lari saat mereka mengejarku. Tapi pasti bocah-bocah rese itu akan terus berteriak memanggil namaku. Contohnya begini.
'Tante sya, picirin yik!' Tante sya ... Inilah itulah.

Serasa jadi artis dadakan, apa aku ciri-ciri akan menjadi artis kampung? Atau primadona kampung ini.

"Besok hari Senin, sepulang kerja aku mau membalas perlakuan mereka padaku!" monologku sendiri.

Kemudian aku tersenyum misterius, ah! Aku punya ide untuk membalas bocah-bocah itu nanti.

"Haikal, Azam, Adam, Davi, Iyan. Tunggu pembalasan dari Tante!" seruku lalu tertawa jahat.

Suara tawaku menggelegar di dalam kamar milikku, sampai tiba-tiba suara cempreng menyahut dari luar kamar.

"NASYA!! SUDAH GILA KAMU? KETAWA SENDIRI! KALAU EMAK DENGER KAMAU KETAWA KENCENG KAYA GITU LAGI! MAMAK, NIKAHIN KAMU SAMA SIH FATIH." teriak emak dari luar kamar.

Aku bersemangat saat emak ingin menikahkan aku dengan Mas Fatih, "NIKAHIN SAJA EMAK! NASYA SUDAH SIAP KOK! JADI ISTRI SHOLEHOT!" balasku cepat sambil berteriak juga.

"SEPERTI, SI FATIH MAU SAJA SAMA KAMU! KAMU 'KAN RADA-RADA," ledek emak membuatku mencebikkan bibir.

Emak selalu saja begitu.

Tidak berke anakan.

Huh!

"Emaknya siapa sih?" gerutuku sambil memonyongkan bibir kesal.

                             *********

Waktu kini sudah menjelang sore, aku yang sudah pulang kerja tengah berjalan kaki untuk pulang menuju rumah. Di tengah perjalanan aku teringat ide yang sempat kurancang semalam, Hahah! Pembalasan dimulai bocah-bocah tengil.

Saat aku akan melewati lapangan, tempat bocah-bocah itu bermain. Netraku mencari segerombolan para bocah-bocah nakal itu. 'pasti mereka ada disini' batinku.

Dan benar saja, mereka ada lagi berkumpul di warung bi isah, warungnya di dekat lapangan.

Aku memincingkan mata, menatap sekeliling sambil mengawasi takut ada orang yang melihat. Setelah memastikan aman, aku buru-buru mengambil bola plastik yang ada dipinggir lapangan, kemudian mengambilnya dan membawanya pulang.

Beruntung sekali mereka tengah memunggungiku, jadi aku dengan leluasa berlari dengan membawa bola mereka yang kupegang saat ini.

Rasain! Kalian enggak bisa main bola, hari ini.

Hahaha! Lihat akan kuapakan bola ini, ya?

Di masak, enak kali?

Tidak terasa, aku sudah sampai di depan rumah buru-buru aku masuk ke dalam. Membersihkan badan yang terasa lengket, sebab seharian aku bekerja. Mari kita mulai ritual di dalam kamar mandi, Hihi.

DIKEJAR-KEJAR BOCAH!(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang