BAB 24 (menyakiti dua hati?)

69 40 33
                                    

pembaca Goib!
Tinggalkan vote atau komentar.

Sudahkah bersholawat hari ini?
'Allahuma sholli ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad'

BISMILAH SEMOGA SUKA 💗

"Secara tidak langsung, kau menyakiti dua hati sekaligus."
-Muhammad Al-Fatih

Happy reading!!

*********

Siang ini pukul jam satu siang, aku tengah berada di dalam rumah Haikal. Pagi tadi bocah itu sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit.

Aku menghela napas panjang, aku tidak sendirian di sini. Lebih tepatnya aku di temani oleh segerombolan bocah-bocah yang sedang menjenguk Haikal temannya.

Posisi kami saat ini berada di ruang tamu, dengan Haikal yang tengah tiduran di lantai dengan di alasi kasur kecil.

"Tante Sya! Haikal, pengen deh ngemil," ujarnya tiba-tiba.

Aku yang mengerti hanya mengangguk kemudian mengambil beberapa bungkus snack untuk bocah itu.

"Bukan ngemil itu Tante Sya! Tapi--"

"Ngemilikin Tante Sya, sepenuhnya." Lanjutnya terkekeh.

Aku mencebikkan bibirku kesal, "Dasar bocah! Beraninya baperin doang," gerutuku menahan kesal.

"Tante Sya, mau tahu enggak? Badan Azam tuh selalu gemeteran tahu, kayak gempa, kalau lagi deket sama Tante Sya." celetuk Azam di sebelahku.

"Sana, jangan deket-deket Tante! Nanti kamu gemeteran terus lagi!" sungutku kesal.

"Bercanda Tante! Hehe," cengengesnya di sertai cengiran jahil.

Aku beralih menatap ke arah Haikal. "Dua hari sakit, Badan kamu kurusan, Kal." ujarku memperhatikannya.

"Orang kurus itu setia," jawabnya dengan memasang wajah tanpa dosa, membuatku refleks melotot ke arahnya.

"Gak jelas kamu, Kal." sahut Iyan mengomentari.

Aku hanya bisa memijit pelipisku pening melihat tingkah bocah-bocah itu. Semakin hari, semakin mengada-ada.

"Napas aku kok sesak, ya?" sahut Davi tiba-tiba.

"Kenapa tiba-tiba?" tanyaku refleks khawatir dengan keadaannya.

"Karena separuh napasku, ada di Tante Sya!" seru Davi dengan senyum mengembang.

Jiakkh!!!

Cape aku, cape! Di gombalin bocah terus.

"Bisa saja kamu Dav!" kekeh Haikal tertawa melihat tingkah teman-temannya yang sangat receh termasuk dirinya.

"Tante Sya! Mukanya kok kayak orang susah?" celetuk Adam, membuatku yang mendengarnya refleks memelototinya.

"Susah, bagaimana heh?!" dengusku sambil berkacak pinggang memandangnya.

"Susah di lupain!"

Brugh!

Tubuhku tiba-tiba saja melemah setelah mendengar penuturan terakhir dari bocah itu. Sepertinya, tubuhku sudah sangat lelah menanggapi hal random yang mereka lontarkan.

"Tante Sya! Kenapa?" tanya mereka serempak.

"Ck, enggak lihat? Ini tuh, lagi pingsan aneh!" decakku kesal dengan mata terpejam, posisiku saat ini tengah tertidur di lantai yang sudah beralas tikar.

DIKEJAR-KEJAR BOCAH!(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang