BAB 22 (POV. FATIH)

76 49 34
                                    

Jangan jadi pembaca Goib!
Tinggalkan vote atau komentar.

Sudahkah bersholawat hari ini?
'Allahuma sholli ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad'

BISMILAH SEMOGA SUKA 💗

"Menunggumu dalam kesabaran lebih indah bagiku dari pada mengungkapkannya. Menantimu dalam doa lebih bermakna dari pada
menjelaskannya."
-Muhammad Al-Fatih

HAPPY READING!

*********

(POV.FATIH)

Pikiranku berkecamuk ketika kakak pertamaku datang menemui adikku Haikal ke kota ini, setelah sekian lama Mbak Aira pergi dari kota ini, sebab ikut dengan suaminya.

Aku takut, kakak perempuanku itu akan menguak kejadian beberapa bulan yang lalu. Ya! kejadian dimana istriku Nasya harus mengalami kecelakaan sebab kebodohanku.

Aku menghela nafas berat, dengan wajah yang tertunduk pikiranku terus melayang ke kejadian beberapa bulan yang lalu.

"Assalamualaikum,"

Dadaku berpacu sangat cepat, saat mendengar suara yang sangat tidak asing lagi bagiku, Aku mendongakkan kepalaku menatap seseorang yang baru saja mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam," jawabku terdengar lirih.

"Tumben jam segini sudah boleh keluar kantor sya?" tanyaku penasaran.

Perempuan itu terdiam sejenak, "Na-nasya, ijin pulang cepat Mas Fatih," jawabnya setengah gugup.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Sudah makan siang belum?" sahut Emak Syana.

Nasya hanya mengangguk sambil berkata, "Sudah Mak,"

Aku memalingkan wajahku menatap lantai.

"Tante sya! Haikal, kangen!" sahut Haikal membuyarkan lamunanku.

Bibir perempuan itu menerbitkan senyum kecil dengan berjalan menghampiri adikku, "Haikal, sudah baikan?" tanyanya

Mereka berdua sangat akrab meskipun Haikal adikku itu, sering sekali membuat Nasyaku kesal.

Bibirku menyunggingkan senyum tipis melihat interaksi mereka, andai saja dulu aku tidak membuat kesalahan yang sangat fatal. mungkin, kita sampai saat ini menjadi sepasang suami istri yang bahagia.

Maaf, pernah membuatmu kecewa.

Aku harap setelah ingatanmu sembuh, kamu tidak membenciku atau kecewa padaku Nasya.

Tanpa sadar sedari tadi aku terus bermonolog sendiri, sampai-sampai aku tersentak ketika Haikal mengucapkan sesuatu yang sangat di luar nalar.

"Tante sya, mau nungguin Haikal besar gak?  Nanti kita nikah deh!" serunya membuatku menganga tidak percaya.

"Jangan bicara aneh-aneh Haikal!" peringat Ummi menatap Nasya dan Haikal bergantian.

"Haikal takut, kalau Mas Fatih nikah sama Tante sya! seperti yang di omongin sama Ummi sama Abi," jawab bocah itu.

Deg!

Membuat semua orang di ruangan itu terdiam termasuk diriku, aku menelan ludah kasar, jangan sampai Mbak Aira keceplosan.

"Kamu bicara apa sih, Haikal? Mas Fatih, sama Tante sya itu kan, memang sudah menikah." sahut Mbak Aira, membuatku kaget.

Dadaku berdegup kencang, ada raut kebingungan dari wajah Nasya, ketika mataku sengaja melirik kearahnya.

DIKEJAR-KEJAR BOCAH!(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang