Perlahan tapi pasti, tubuh kekar Pak Brengos merendahkan dirinya, membiarkan kontol gue yang tegak berdiri mengoyak keperjakaan lubangnya. Gue merasakan ujung kontol gue yang pertama kali merasakan tekanan dari liangnya.
Kontol gue seperti menembus dinding yang belum pernah terjamah sebelumnya, setiap senti kontol gue terasa seperti menaklukkan wilayah baru.
"Terus Pak! Sampe mentok!"
Pak Brengos mengerang, menahan rasa sakit yang mungkin belum pernah dia alami sebelumnya. Setiap helaan nafasnya seakan memompa kontol gue lebih dalam lagi, hingga akhirnya kontol gue tertanam penuh di lubangnya.
Gue merasa seperti penguasa yang baru saja merampas wilayah baru.Sensasi hangat dan lembut dari liang Pak Brengos membuat gue merasakan sesuatu yang gue belum pernah rasakan sebelumnya.
Bagai dua dunia berbeda yang bertemu, kami berdua seakan kehilangan keperjakaan kami bersamaan. Itu membuat gue merasa terhubung dengan Pak Brengos di level yang lebih dalam.
"Anjrit, Pak, boolmu itu...luar biasa!" pekik gue, merasa seperti di surga. "Bagaimana rasanya, Pak?" tanya gue penasaran.
Dengan suara yang bergetar dan nafas terengah-engah, Pak Brengos berusaha menjawab, "Aku...aku ki rasane aneh, Mas Sayang. Ngrasakake sakit, nanging ada rasa nikmat sing nyusup. Aku pingin nggawe Mas Sayang seneng."
"Oke, Pak. Jangan gerak dulu," gue bilang, berusaha mengendalikan diri.
Entah kenapa, fakta bahwa gue sedang 'menaklukkan' seorang pria berotot dan berkeluarga membuat gue merasa begitu powerful. Barangkali, otak kita memang organ seks yang paling penting, ya?
Gue kemudian merogoh drawer di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah alat yang terbuat dari dua binder clip hitam yang gue sambung dengan tali goni kecil. Itu adalah nipple clamp buatan sendiri.
"Nah, Pak. Ini semacem alat siksa gitu, dipasang di puting, biar aku bisa pentil bapak rasanya digigit, terus tali ini kalo ditarik bikin pentil bapak ketarik. Aku nggak punya duit buat beli yang beneran, jadi aku bikin sendiri." Gue tersenyum melihat raut wajah Pak Brengos, antara penasaran dan ketakutan. Itu membuat gue semakin terangsang.
Pak Brengos menelan ludah.
"Tapi jangan khawatir, Pak. aku yakin bapak bisa tahan, bapak kan perkasa!" kata gue. Dada gue berdebar kencang, mengisi ruangan dengan bunyi yang nyaris seperti dentuman drum
Gue menatap puting Pak Brengos yang berwarna cokelat kehitaman, berdiri tegak menantang. Pertama-tama, gue meraih putingnya yang kiri, menariknya sedikit menjauh dari dadanya yang bidang.
Gue kemudian menempatkan ujung binder clip di putingnya, merasakan denyutan dari jantungnya melalui putingnya yang gue pegang. Dengan perlahan, gue membiarkan binder clip menutup, menjepit putingnya. Pak Brengos menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa sakit. Tapi, matanya...matanya menatap gue dengan penuh penyerahan, membiarkan gue melakukan apa yang gue mau.
Setelah selesai dengan puting yang satu, gue beralih ke yang lain.
Prosesnya sama, tapi kali ini, Pak Brengos tahu apa yang akan terjadi. Gue bisa merasakan putingnya yang keras di ujung jari gue, berdenyut dengan antisipasi atau mungkin ketakutan.
Kali ini, dia merintih sedikit saat binder clip menutup di putingnya
"Sayang, rasanya gimana? Lebih sakit apa dibanding cubitanku?"
"Lebih sakit, Mas Sayang, tapi demi Mas Sayang, saya rela." jawabnya jujur.
Bagus, hehehe pikir gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonte Kekarku, Pak Brengos
RomanceKamu homophobic? Cerita ini bukan buat kamu. Disclaimer ⚠️ BDSM: Hargai dan hormati batasan serta keinginanmu sendiri. Jika ada elemen dalam BDSM yang terasa tidak nyaman atau tidak sesuai dengan nilai-nilaimu, jangan ragu untuk menghindarinya. "Ci...