"Maaf akan kelancangan hamba Tuan, mohonkan hamba tetap di peran ini, hamba belum pernah merasa sehidup dan sebebas ini!" jawabnya.
Saat gue melirik ke bawah, kontolnya yang terkurung bengkak hampir tak berbendung, mencuat dari sela-sela jeruji cockcage, cairan precum mengalir deras dari lubang pipisnya.
"Hamba sudah habiskan satu hari penuh bersama Pak Brengos," kata Bang Boas, menyebutkan hal tersebut dengan mata yang bercahaya penuh hasrat dan tekad. Tatapannya yang bening dan tulus menatap gue tak berkedip, seperti api yang membara.
Sosok Bang Boas bukan lagi hanya alpha-male berotot seperti saat pertama kali bertemu.
Otot pectoralsnya yang kekar dan montok dan abs yang berkerucut ke bawah menuju cekungannya yang mendalam di antara paha berototnya. Janggut tipisnya yang menghiasi rahang kokohnya menambah nuansa maskulin yang menawan. Dia adalah penjelmaan dari pria ideal, dengan bentuk fisik sempurna yang mempesona, namun ia kini berani menggali lebih dalam ke dalam dirinya, mengungkapkan sisi diri yang lebih rumit dan lebih mempesona.
"Hamba selama ini kira gaya hidup seperti ini hanya ada dalam fantasi...Hamba iri banget sama Pak Brengos!" ujarnya dengan semangat yang menggebu. Ada sesuatu dalam suaranya yang menyentuh, semacam kesedihan yang melankolis namun juga penuh harapan. Seseorang yang telah lama terjebak dalam bayangan dirinya sendiri, kini berani melangkah ke luar dan mengejar keinginannya.
"Hamba siap lakukan apa pun untuk merasakan hidup seperti Pak Brengos," Bang Boas melanjutkan, nada suaranya meresapi udara dengan semangat dan determinasi yang tak tertandingi. Kata-kata itu terdengar sangat nyata, sangat mentah, dan sungguh manusiawi. Kekuatan dalam suaranya memberikan suatu kontras yang indah dengan penampilan fisiknya yang besar dan berotot, pria yang selalu kuat dan tangguh, kini menunjukkan sisi rentannya.
Bibir tebal Bang Boas membuka lebar, melontarkan kalimat yang penuh arti dan janji. Keringat membasahi kulit cokelat keemasannya, membuat otot-ototnya berpendar di bawah cahaya yang menghujam. Pria yang berdiri di depan gue ini, dengan otot-otot lengan dan pahanya yang kencang, dada bidangnya yang menonjol dan abs yang terdefinisi dengan baik, tampak begitu mempesona, begitu megah, sekaligus begitu rentan.
Bang Boas, sosok yang selalu dianggap sempurna dalam segala hal, kini berlutut di hadapan gue, menggambarkan diri sebagai seorang pelayan yang siap untuk mengabdi? Sungguh situasi yang sulit dipahami.
Apakah ini nyata? Gue merasa bingung, pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran gue. Detak jantung gue berpacu, dorongan primitif di dada gue memuncak, mendesak gue untuk mengambil alih keadaan. 'Sabar, Ari. Dia cuma bilang itu demi konten,' pikir gue, berusaha meredam hasrat yang mendesak itu.
Namun, tanpa diduga, Pak Brengos, lelaki gagah berwajah tegas itu, terisak. Gue terkejut, belum pernah gue lihat Pak Brengos dalam keadaan seperti ini. Tanpa berpikir panjang, insting gue mendorong untuk mendekat dan merengkuhnya. Getaran denyut jantungnya terasa melawan dada gue, membuat gue merasa terguncang. Gue bisa merasakan keraguan dan kecemasan yang mengalir dalam dirinya.
"Lho...Pak...?" gue bertanya dengan suara serendah mungkin. "Ada apa, Pak?"
Pak Brengos menoleh ke arah Bang Boas, matanya seakan mencari jawaban. "Bos Boas, kata-katamu itu... serius kah?" Tanyanya dengan nada penuh harap.
"Pak, Bang Boas cuma ngomong begitu untuk konten," gue berusaha meyakinkan Pak Brengos, berharap bisa meredam gelombang emosi yang melanda.
Namun, dengan suara yang pasti, Bang Boas menyangkal. "Hamba serius, Tuan!" Kata-kata itu menghantam, membuat gue dan Pak Brengos sama-sama merasa terkejut. Di antara kebingungan dan keterkejutan, ada semacam kepuasan yang tiba-tiba melonjak dalam diri gue, membuat membuat gue merasa terhubung dengannya dengan mendalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonte Kekarku, Pak Brengos
RomansaKamu homophobic? Cerita ini bukan buat kamu. Disclaimer ⚠️ BDSM: Hargai dan hormati batasan serta keinginanmu sendiri. Jika ada elemen dalam BDSM yang terasa tidak nyaman atau tidak sesuai dengan nilai-nilaimu, jangan ragu untuk menghindarinya. "Ci...