Setelah Taro mengantarnya pulang, Haris jadi makin murung, tiap mengingat kejahatan teman-temannya ia jadi benci pada semua orang yang telah menyakitinya. Ia benci kepada hidupnya yang selalu dijadikan bahan olok-olokan oleh orang-orang. Air mata mulai menggenang dipelupuk mata Haris, ia meringkuk diatas tempat tidur sambil mengingat semua perbuatan jahat teman-temannya.
Sampai Thania yang baru pulang agak malam tiba-tiba masuk kedalam kamarnya, Thania yang semula tersenyum raut wajahnya langsung berubah saat melihat kondisi Haris yang babak belur
"Yaampun dek, muka lo kenapa bonyok gini?" Thania buru-buru mendekati Haris karena khawatir.
Namun Haris langsung menunjukkan senyum palsunya "Biasalah kak anak cowok, inituh tandanya gue beneran jantan" tawa Haris diakhir kalimatnya, ia tidak mau membuat Thania khawatir.
Meski nyatanya Thania memang sudah khawatir "Lo beneran gapapa? kalo ada masalah cerita sama gue. Jangan terlalu tertutup jadi orang!"
"Gapapa anjir, gini doang mah aman" Haris menjentikkan jari seolah apa yang ia alami tak ada apa-apanya.
"Yaudah gue ambil obat dulu buat ngobatin luka lo" Thania hendak beranjak tapi tangannya ditahan Haris.
"Gak usah, gue udah obatin sendiri tadi" Katanya.
Alhasil Thania duduk disisi ranjang Haris, ia mengusap wajah adiknya itu penuh rasa sayang.
"Gimana lo sama bang Megan? udah ada perkembangan?" Tanya Haris berniat menggoda kakaknya.
Thania tersenyum tipis "Gue gak mau ngerusak persahabatan gue cuma karena perasaan ini"
"Tapi dianya suka gak?"
Thania mengendikkan bahu "Dia terlalu abu-abu buat ditebak, bercanda mulu"
"Yaelah padahal gue berharap banget lo bakal sama bang Megan" ucap Haris agak cemberut.
"Dih kenapa gitu?"
"Gue rasa dia laki-laki yang bertanggung jawab dan tepat buat lo kak, gue baru bisa tenang ninggalin lo kalo sama dia"
"Baru bisa tenang? maksud lo ngomong gitu apaan?!" Thania terlihat marah mendengar perkataan Haris.
"Gue— pengen pindah kuliah keluar negeri, gimana?"
Thania langsung menjewer telinga Haris "Gak! lo tega ninggalin gue sendirian disini gitu?"
"Adududuh sakit kak!!!" Pekik Haris
Barulah Thania melepas jewerannya, ia langsung memeluk Haris erat "Lo jangan pindah kuliah, gue gak punya siapa-siapa lagi disini. gue janji bakal bikin lo bahagia dan gak kekurangan kasih sayang"
Haris yang dipeluk mengepalkan tangan dibalik punggung Thania kala mengingat perbuatan jahat teman-temannya... alasan yang membuatnya ingin pergi agar tidak bertemu mereka.
tapi pantaskah haris menyebut mereka teman? mana ada seorang teman yang memperlakukan temannya lebih keji dari binatang? atau selama ini hanya Haris yang menganggap mereka teman? tapi mereka tidak pernah mengganggapnya sebagai teman juga.
Haris jadi takut pergi kuliah dan bertemu mereka, ia takut akan kembali dibully, rasa dendam dan amarah menyelimuti hati Haris saat semua perbuatan jahat mereka berputar dikepalanya.
"Sekarang ayo kita makan, gue tadi udah beli makanan" Ucap Thania usai ia melepas pelukannya pada haris.
Thania menarik Haris agar segera turun dari ranjangnya, tapi Haris malah mengaduh kesakitan, melihat adiknya kesakitan tentu saja Thania langsung panik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lantai 3 Sastra
HorrorSELESAI! ketika yang hidup mati untuk menghidupkan yang mati 99L X 00L 17 Apr 2023 - 20 Mei 3023