1.

2.9K 119 14
                                    

First Khanapan dan Khaotung Thanawat, dua sahabat yang terjalin karena orangtua mereka tinggal berdekatan, saling berhadapan tepatnya.
Tapi walaupun mereka bersahabat dengan baik, mereka tidak tumbuh dengan kepribadian yang sama.
First dikenal sebagai murid nakal disekolahnya, sedangkan Khaotung lebih dikenal sebagai anak rajin yang baik hati, murah senyum dan malas berjalan.
First bahkan memiliki geng, yang kata Khaotung sekumpulan remaja tidak punya masa depan.

Walaupun di sekolah Khaotung tidak bersama First sepanjang hari, selalu ada waktu dimana First datang padanya untuk sekedar mengobrol perihal banyak hal.
Keduanya sudah benar-benar merasa terikat seperti saudara.
Khaotung juga sering datang pada First jika ia merasa hampir gila pada pelajaran sekolah. Melihat First saat stres seperti itu selalu berhasil membuat Khaotung semangat kembali.
Jika ia tak belajar giat, maka hidupnya akan tidak seberguna First, pikir Khaotung.

"Hei, Khao. Kau bawa minumanmu?"

Hari ini pelajaran olahraga. Seperti biasa, setelah usai belajar beberapa hal sang guru membiarkan sisa waktu mengajarnya untuk dinikmati para murid sebagai waktu senggang.
Para siswa memilih untuk bermain sepakbola termasuk First, sedangkan Khaotung yang memang malas berkeringat memilih duduk sembari memperhatikan teman-temannya mengejar bola secara bergerombol. Orang-orang bodoh.

"Kubunuh kau jika berani menghabiskannya."

First langsung berhenti minum, bahkan tersedak mendengar ancaman Khaotung.

"Ini hanya air putih, sialan." First pun segera mengembalikan botol air tersebut pada Khaotung, bukannya berterimakasih ia malah menyuruh Khaotung untuk mengunyah botol air tersebut bir First tidak datang untuk memintanya lagi, lalu ia kembali berlari ke tengah lapangan.

"Bangsat, dia pikir duduk seperti ini tidak lelah apa." Khaotung mengumpat melihat isi botol airnya kini tinggal sedikit, tadi First benar-benar berencana menghabiskannya.

"Dia minum dari milikmu?"

Khaotung menolehkan kepalanya, menatap pada Joong, ketua kelas mereka yang rupanya juga tidak ikut bermain bola.
Joong lalu duduk disamping Khaotung, ia bosan setelah berkeliling lapangan.

"Disebrang sana, ada Neo yang membawa botol minuman hampir seperti galon besar bentuknya."
Tapi First justru memilih berlari pada Khaotung.

"Memang kapan dia mau mencari sesuatu yang mudah," gumam Khaotung

"Ah, kenapa kau tak ikut main bola?" Sambungnya.

Joong lalu memperlihatkan luka di ujung kakinya yang mengenakan perban. Khaotung baru sadar jika Joong saat ini tidak mengenakan sepatu, mata minusnya berpikir Joong sedang mengenakan sepatu baru.

"Sialan dunk, dia menendangnya hingga jariku patah."

Khaotung hanya tertawa, itu pasti terjadi saat di kelas tambahan. Setau Khaotung, Joong dan Dunk memang memasuki kelas sepakbola sama sama termasuk First.

"Dia gila, makanya masuk geng First."

Joong mengangguk tanda setuju, dia juga heran kenapa Dunk masuk gengnya First. Padahal, dulu dia anaknya pendiam seperti Khaotung, tapi saat mulai bergaul dengan Neo, Dunk seolah berubah jadi manusia banyak bicara.
Tapi tenang saja sih, First and the gengs sebenarnya bukan anak anak urakan yang selalu berbuat masalah.
Merek hanyalah anak-anak yang tahu cara mencari kebahagiaan setelah memutuskan untuk tidak belajar sekeras Khaotung dan Joong.

"Habis ini kita pulang, kan?"

Joong menganggukkan kepalanya, dia berhasil membujuk teman-temannya untuk demo pada wali kelasnya agar tidak usah mengerjakan pelajaran yang gurunya saja tidak hadir.
Memang pantaslah satu kelas setuju untuk memilih Joong jadi ketua kelas.

Badfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang