Pulang sekolah Dintara langsung menancap gas pergi dari area parkiran,karna Dintara tau Ninni akan pulang bareng Genta walau dalam hati Dintara tak rela.
Di depan kelas Ninni sudah ditunggu oleh Genta yang bersandar di dekat pintu masuk sambil melihat-lihat sekeliling.
"Maaf, lama", kata Ninni tidak enak terhadap Genta namun respon Genta hanya tersenyum "yaudah yok pulang".
Dari jauh salah seorang siswa yang belum pulang menatap punggung Ninni sinis" jalang sialan". Ucapnya mengepalkan tangannya erat lalu berbalik ke arah berlawanan dan berjalan
Dengan perasaan kesal.Mereka berdua berjalan beriringan dalam karidor, sekolah mulai sepi dan mereka telah sampai di parkiran yang hanya tersisa beberapa kendaraan siswa yang belum pulang.
Dengan segera Genta memasangkan helm pada kepala Ninni yang diterima dengan baik tanpa menolak ataupun mencegah.
"Kita jalan-jalan dulu, mau?".
Sejenak Ninni berpikir kemudian mengangguk kepalanya antusias,lalu Genta menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
Selama perjalanan tak ada percakapan semuanya hening, sesekali Genta melihat pantulan Ninni di kaca spionnya.Lama mereka berjalan Genta memarkirkan motornya di depan restoran terkenal di kota itu, Ninni lalu turun dari motor dan dengan singap Genta membukakan helmnya.
"Nggak usah kak, aku bisa ko", kata Ninni mencegah tangan Genta, ia berusah membukanya namun nihil.
Genta terkekeh melihat kelakuan Ninni yang terbilang lucu di matanya" biar aku bukain", dengan lembut jari-jemari Genta melepaskan helm itu.
" Makasih kak", Genta membalas dengan senyuman lalu tangannya menarik sebelah tangan Ninni dan menggenggamnya erat, Ninni terkejut saat tangannya di genggam oleh tangan besar Genta dan menarik masuk memasuki restoran.
Genta tak bisa menahan seyum saat Ninni tak menolak genggaman tangannya, Genta menarik tubuh Ninni ke arah meja pojok yang tak terlalu ramai lalu datanglah mbak-mbak yang mencatat pesanan mereka dan Ninni hanya mengikuti Apa yang Genta pesan biar nggak belibet.
"Kak kenapa makan disini?, Kita bisa di resto biasa", bukan karna Ninni tidak sanggup untuk bayar namun saat ini uangnya habis dan ia lupa membawa black card nya yang tertinggal di rumah,
Duh gimana nih batinnya Gelisah."Nggak papa, aku Yang traktir".
"Tapp.... ", Belum sempat Ninni melanjutkan ucapannya Genta menyelah
"santai aja Nin nggak usah gelisah gitu", kata Genta menenangkan lalu pesan mereka pun datang, mereka menikmati walau Ninni sedikit kikuk karena Genta selalu mencuri-curi pandang ke arahnya dan tatap intens yang Genta berikan membuat hatinya dag-dig-dug serrrr"Nin ada yang mau aku omongin?", Kata Genta membaut Ninni mendongakkan kepalanya karna sedari tadi ia bermain handphone walaupun terbilang tidak sopan tapi gimana lagi, Ninni gugup sekaligus bingung harus mencari topik apa untuk memulai obrolan yang canggung ini.
" Mau omongin apa kak?", Genta diam sebentar lalu memegang kedua tangan kecil, menatap intens, Ninni bingung dengan perlakuan Genta terhadap dirinya.
" Kamu mau jadi pacar aku?", Kata Genta, ia melihat raut wajah Ninni yang terkejut dan Diam, Genta sudah deg-degan takut dirinya di tolak saat Ninni tak kunjung bersuara.
Ninni dengan hati-hati dan malu mengangguk kecil saat beberap detik ia blank dengan pernyataan tiba-tiba Genta terhadap dirinya.
"Aku mau kak", kata Ninni dengan seyum mengembang.
"Yess!!", Genta tak bisa menyembunyikan kesenangan tanpa sadar ia memeluk tubuh kecil Ninni padahal mereka masih di dalam restoran walaupun saat ini sedikit sepi.
Tanpa mereka sadari sedari tadi salah satu pengunjung melihat interaksi keduanya, tatapan mengelap, urat-urat lehernya tampak menonjol, wajahnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat.
Dengan emosi ia berdiri ingin menghampiri dua sejoli itu namun di cengah dengan kedua temanya
"Biarin aja dulu, nanti kita kasih pelajaran", kata salah satu temannya yang masih asik dengan makanannya itu.
"Kasih mereka waktu buat senang²".
Lelaki itu meredakan emosinya lalu duduk kembali di atas kursi dengan perasaan masih kesal.
"Tenang aja bro gue bakalan bantu Lo buat bantai hama yang ngeganggu hubungan terlarang Lo, termasuk dia kalau ikut-ikutan", katanya sok serius sambil menunjuk salah satu temannya dengan dagunya.
"Sialan Lo, malah bawah nama² Berlian gue", ucap lalu mengeplak kepala teman minus akhlak itu.
"Kurang ajar Lo, ingat gue lebih tua dari Lo", katanya lalu berbalik menampol kepala temannya itu.
"Dih lebih tua bapak gue ege".
Lelaki itu hanya memutar bola matanya malas menatap kedua teman kekanak-kanakan itu lebih baik ia pulang dan memberikan pelajaran pada gadisnya yang nakal itu tapi bukan sekarang ia akan menunggu waktu yang tepat.
"gue cabut", lelaki itu lalu bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu keluar restoran.
Kedua temannya hanya mengangguk sebagai jawaban lalu kembali memakan makanan yang belum sempat mereka cicipi.
Ninni melambaikan tangan pada Genta yang sudah menjauh dari lingkungan rumahnya, saat Ninni ingin berbalik ia mendengar suara motor Dintara yang baru datang entah dari mana, namun bukanya memasuki rumahnya ia malah menghampiri rumah Ninni.
Ninni dengan insiatif membukakan pintu gerbang rumahnya dengan begitu Dintara memasuki pekarangan rumah Ninni tanpa sungkan.
"Dari mana Lo?, Tiap hari gue perhatiin Lo sering pulang malam",kata Ninni menghampiri Dintara yang saat ini sudah turun di atas motornya.
"Biasa gue nongkrong dulu", katanya lalu memasuki rumah Ninni lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa di ruang tamu.
Ninni hanya geleng-geleng kepala ya melihat kebiasaan Diantara lalu ia melangkah menuju ke kamarnya di lantai 2 untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
"Nin gue laper" kata Dintara pada Ninni yang baru saja turun dari lantai 2 dengan baju kaos kebesaran sehingga celana pendek tak begitu terlihat.
"Mau makan apa?, Mumpung gue lagi baik", kata Ninni berjalan menuju dapur diikuti Dintara dari belakang.
"Mau makan kamu".
_________________________________________
Vote
ComenSEE YOU NEXT CHAPTER.🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
my boy cousin
Teen FictionUntuk melupakan perasaannya yang melebihi kata sepupu Ninni menerima pernyataan perasaan dari seorang anak basket tanpa tau Alasan mengapa anak basket itu menembaknya. Dan Ninni menerima fakta bahwa dia Dan Dintara bukanlah......... Dan Ninni juga...