Megan meninggalkan Ninni di dalam kelas, bukanya Megan pergi ke dalam toilet ia malah pergi menuju taman belakang yang jarang diketahui oleh siswa-siswi.
Megan ingin menenangkan diri, sesampainya Megan di taman belakang ia langsung duduk di atas kursi yang mulai karatan itu.
Tanpa sadar Megan mengeluarkan air bening yang mengalir tanpa bisa ia cegah, ia merasa dirinya kotor, ia takut jika orang tua tau dan mengusir dari rumah ia harus tinggal dimana? Ia tidak mau terlalu bergantung pada Casey.
Meminta pertanggung jawaban? Itu hal mustahil bahkan Genta menyuruh nya untuk mengugurkan bayi yang ada di dalam kandungannya.
Megan mengelus perutnya yang mulai membuncit, ia tersenyum dengan air mata mengalir deras.
"Maaf nya nak, kamu harus terlahir tanpa ayah", ucap Megan mengelus perutnya dan disertai dengan buliran bening yang berjatuhan dari pelupuk matanya.
"Gue bakal tangung jawab".
Bell masuk telah berbunyi dan para siswa berbondong-bondong untuk masuk dan sebagian bolos, Megan kembali ke kelas dengan perasaan lebih tenang dari sebelumnya.
"Lama banget Lo di toilet, gue khawatir tau", omel Ninni pada Megan yang telah duduk di atas kursinya.
"Iih makin sayang sama kamu", Megan seakan melupakan kesedihan beberapa saat lalu, ia kemudian mencubit pipi Ninni gemas.
"Lepasin ege, guru udah datang", ucapnya, tangan mungil itu terlepas dari pipi chubby Ninni dengan perasaan tak rela.
Kemudian guru menjelas kan pelajaran
Sebagian murid memperhatikan dan sebagian hanya mengabaikannya saja.Kring kring
Tanpa terasa bunyi bell istirahat berbunyi semua murid keluar untuk mengisi perutnya yang mulai keroncong minta di isi.Tak terkecuali Ninni dan para teman-temannya yang telah duduk di kursi kantin sambil melahap baksonya.
"Nin, Genta mana?, Kok tadi pagi nggak berangkat sama Lo", kata Diana.
" Ada urusan penting katanya", jawab Ninni seadanya.
Diana hanya ber oh ria lalu melanjutkan makannya sedangkan Megan tega melahap gorengan setelah memakan bakso 2 piringnya.
"Guys gue pengen makan mangga", kata Megan melihat ketiga temannya"cariin dong, please", megan memohon dengan wajah memelas.
"Nanti gue cariin, terus ngenter ke rumah Lo", kata Ninni.
"Makasih beb,", tambahnya.
"Eh nggak jadi gue maunya rujak ada, tapi nanti beli sendiri takut ngerepotin hehe", ucapnya cengengesan.
"Yaudah deh", ucap Ninni.
"Dih, ngelunjak ni anak", kata lilin mengelengkan kepalanya.
"Lo kayak orang hamil aja, ngidam rujak", kata Diana menatap curiga.
"Iya, nggak biasanya Lo makan banyak kayak gini, kemarin-kemarin Lo bilang nggak mau makan banyak karna takut gendut dan sekarang kebalikannya", Diana menjeda ucapan lalu melanjutkan
" Gue juga perhatiin dari kemarin sering keluar kelas gara-gara mual, Lo beneran hamil gan?", Kata Diana serius, lilin juga menatapnya curiga sedangkan Ninni hanya diam.Megan menghentikan acara makanya, menatap mereka dengan perasaan panik, ia tidak siap mengatakan yang sebenarnya cukup Ninni,Casey dan 'Dia' selebihnya Megan tidak ingin orang mengetahui, wajah Megan mulai pucat, kering dingin membanjiri pelipisnya.
Ninni yang mengetahui situasi mulai menenangkan Megan"nggak papa gan, cerita aja Pelan-pelan, mereka nggak mungkin marah apalagi benci sama Lo, kita udah temannya sejak kelas 1 dan udah banyak perjalan yang kita lalui bareng²".
"Kalau Lo nggak mau sekarang, kita nggak masalah", kata lilin.
"Kita nggak maksa ko", ucap Diana terseyum pada Megan.
"Iya, kalian benar gue hamil", kata megan Pelan, ia menundukkan kepalanya dengan perasaan sesak.
Lilin dan diana tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar ucapan Megan.
"Sejak kapan dan siapa pelakunya!?", kata lilin memelan kan dengan nada marah sedangkan Diana hanya diam mencerna.
"Belum lama sekitar 3 bulan yang lalu", ucapnya pelan.
"Siapa pelakunya!?", Ulang Lilin, Megan hanya mengelengkan kepalanya tak ingin memberi tahukan pada ketiga temannya.
"Udah, mungkin Megan belum bisa cerita soal ini, kita nggak boleh maksa", lerai Ninni.
"Yaudah",lilin kembali memakan bakso yang mulai dingin, ia sedikit marah pada Megan yang tak ingin mengatakan siapa pelakunya"kalau ketemu gue bejek-bejek mukanya Sampai hancur",batinya marah.
"Usia kandungan Lo?", Tanya Diana.
"Dua bulan", jawabnya.
"Maaf, baru cerita sama kalian soal ini, gue takut kalau kalian marah dan ilfil sama gue yang udah kotor ini", sesal Megan, lagi-lagi air matanya jatuh.
"Udah jangan nagis, apapun keadaannya kita bakal tetap bersama dan jagain Lo", ucap diana di angguki lilin dan ninni.
"Makasih", ucap Megan tulus lalu mereka mendekat dan memeluk tubuh Megan.
Orang-orang sekitar hanya acuh melihat mereka berpelukan, mereka tidak memusingkan apa lagi kepo.
"MEGAN!!", Teriaknya hingga beberapa murid di karidor melihat kearah namun sang empu tidak peduli.
Megan membalikkan badannya melihat orang itu hingga mendekat ke arahnya.
"Kenapa?".
"Pulang bareng gue", katanya mengandeng sebelah tangan Megan.
"Nggak usah, gue bisa sendiri", Megan berniat menarik tangannya namun di genggam erat oleh lelaki itu.
"Gue nggak butuh penolakan, gue nggak mau calon anak gue kenapa sama ibunya", ucapnya hal itu membuat Megan blushing, ia kemudian mengangguk pelan dan berjalan beriringan dengan lelaki itu.
"Teryata kamu gemesinya".
"Din sejak kapan mereka dekat?", Ucap Ninni yang sedari tadi melihat interaksi Megan dengan sahabat Dintara dari jauh.
"Entah", jawabnya seadanya lalu memberikan helm pada Ninni.
"Nin, kira-kira kalau kita bukan sepupu Lo bakal suka nggak sama gue", kata Dintara serius menatap ke arah Ninni yang tengah memakai helmnya.
"Suka lah Lo kan ganteng", ucapnya asal tanpa tau jika Dintara tengah menahan rasa ingin memeluknya.
"Kalau gue bilang kita bukan sepupu".
________________________________________
Vote
KomenSEE YOU NEXT CHAPTER.🙌💅
KAMU SEDANG MEMBACA
my boy cousin
Teen FictionUntuk melupakan perasaannya yang melebihi kata sepupu Ninni menerima pernyataan perasaan dari seorang anak basket tanpa tau Alasan mengapa anak basket itu menembaknya. Dan Ninni menerima fakta bahwa dia Dan Dintara bukanlah......... Dan Ninni juga...