11

128 9 0
                                    

"Nyawa Lo dan keluarga Lo habis di tangan gue", lelaki itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar kantin.

Gadis itu terdiam kaku mendengar ucapan lelaki itu barusan, mendadak rasa sesal muncul hi hati nya, seharusnya ia tidak meminta bantuan pada seorang yang memiliki sifat psikopat, gadis itu menggelengkan kepalanya, lalu beranjak dari duduknya saat mendengar bunyi bell berbunyi.

"Seharusnya gue nggak minta bantuan dia", molognya mengusap wajahnya penuh penyesalan.

"Sial, tapi dia satu-satunya harapan gue buat jatuhin Genta sialan".








Bell pulang sekolah telah berbunyi kini ninni berjalan sendirian menuju gerbang
Ia akan naik ojek hari ini, Genta tidak bisa mengantarkan nya pulang karna Genta punya jadwal latihan basket.

Niat Ninni ia ingin nebeng pada Dintara namun saat melewati parkiran ia melihat motor Dintara tidak ada, terpaksa Ninni harus memesan ojek online untuk pulang.

Sesampainya Ninni di rumah ia langsung memasuki kamar, melempar tasnya sembarangan arah, ia juga membuka baju sekolahnya hingga menyisakan tanktop berwarna hitam, Ninni lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Entah mengapa ia merasa lelah,
Lama-kelamaan kantuk menyerang Ninni hingga ia menutup matanya rapat dan terdengar dengkuran halus.


Di tempat lain...

Seseorang menatap layar laptopnya dengan seyum kecil melihat gadisnya yang tengah tertidur pulas, apa lagi saat gadisnya hanya memakai tanktop hingga ia bisa menikmati tubuh itu secara jauh walaupun tidak semua terlihat.

Tanpa sadar lelaki itu menjilat bibirnya,
"Kenapa kau bisa seseksi ini baby?"lirihnya, pandangannya terlihat sayu, ia kembali mengelus layar itu tepat pada wajah gadisnya dengan lembut.

Lama lelaki itu memandang gadis uang tengah tertidur ia kemudian menutup laptopnya, berdiri dari duduk lalu berjalan menuju figura Photo yang tampak lebih besar dari figura Photo lainya.

Lelaki itu menatap kagum figura Photo seseorang gadis yang tengah tersenyum manis, ada sedikit kilatan obsesi di mata lelaki itu yang kini menatap penuh cinta pada bingkai foto.

Dengan pelan dirinya mengecup  bibir gadis itu selama beberapa detik lalu mengelus nya dengan sayang.

"Tunggu aku baby", lirihnya, lelaki itu berjalan menjauh menuju pintu keluar, ia kemudian keluar dari pintu rahasia yang ada di dalam kamarnya.










Saat ini Genta yang tengah bersantai di tepi lapangan tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol air dingin, genta kemudian melihat ke arah seseorang itu, saat mengetahui nya Genta hanya diam tanpa mengambil ia tampak acuh.

Seseorang itu menatap sendu ke arah Genta lalu ia meletakkan sebotol air itu di dekat Genta, ia lalu ikut duduk di sampingnya namun memberi jarak.

"Kapan Lo mau Nerima gue?", Satu pertanyaan lolos dari bibir gadis itu.

Hening..

"Nggak akan pernah",kata Genta, dan hal itu membuat sang gadis merasakan sesak ia ingin menagis namun sekuat tenaga ia tahan.

"Setelah apa yang Lo lakuin sama gue hah?, Lo mau tinggalin gue gitu aja, Lo jahat", kata gadis itu emosi, tanpa sadar air bening keluar dari pelupuk matanya dengan deras.

Genta bungkam, ia melupakan satu fakta jika mereka berdua pernah...

"Lo nggak tau gimana rasanya melihat Lo sama teman dekat gue pacaran", sambungan lagi dengan suara Mulai sedikit serak" gue harus berpura-pura baik, bahkan tertawa di depan kalian yang lagi bermesraan?, Itu sakit Genta", gadis itu mulai histeris untungnya saat ini lapangan sepi dan hanya mereka yang tersisa.

"Itu salah Lo, Lo sendiri yang nawarin tubuh Lo ke gue", bentaknya, Genta berdiri dengan wajah emosi melihat ke arah gadis itu yang masih menangis.

"Karna gue suka sama Lo Genta!!", Gadis itu ikut berdiri dan berteriak di depan wajah Genta.

"Gue nggak peduli", ucap ya tajam hendak pergi namun ucapan dari gadis itu menghentikan langkahnya.

"Gue hamil".

"Gugurin", setelah mengucapkan hal itu Genta bergegas pergi tanpa peduli pada kondisi gadis itu yang kini luruh di atas tanah.

Tak lama setelah itu datanglah seorang perempuan yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka.

"Lo nggak papa kan", kata perempuan itu lalu membantu sang gadis berdiri dan mendudukkan di kursi panjang.

Gadis itu menoleh mendapati sepupunya Casey, yah perempuan itu adalah Casey.

Gadis itu langsung memeluk tubuh Casey, ia menagis sejadi-jadinya, menumpahkan segala lukanya yang selama ini ia pendam.

"Cas gue takut", katanya masih memeluk tubuh Casey.

Casey menepuk-nepuk pundak gadis itu menenangkan" udah ada gue, tenang aja",Casey mengepal kan sebelah tangan dengan emosi" genta sialan" batinya mengeram.

"Gue hamil cas, gue takut kalau mama sama papa tau", ucap gadis itu wajah cantiknya mulai pucat dan panik.

"Tenang, sementara ini Lo tinggal di apartemen gue, okey", gadis itu mengangguk patuh.

"Cas gue mau gebesarin anak ini, nggak papa kan?", Dengan takut gadis itu berucap.

"It's okey, biar gue bantu", Casey kembali memeluk tubuh sepupu nya yang sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya.

"Cas, jangan bilang ke siapa²nya, apa lagi sama Ninni", pintahnya setelah mereka melepas pelukannya.

"Okeyyy", Casey tersenyum lalu mereka berjalan pergi meninggalkan lapangan itu hari juga mulai gelap.





Malam ini Ninni pergi ke rumah Dintara membawakan kue buatanya dengan perasaan senang Ninni memencet bell rumah Dintara.

Tak berselang lama kemudian Dintara membuka pintu"lama banget sih Lo, nggak tau apa cuaca dingin" omel Ninni berjalan masuk ke rumah.

Dintara hanya diam, tangannya merebut bingkisan yang di bawah oleh Ninni, Dintara membukanya lalu secepat kilat melahapnya, kebetulan ia sangat lapar.

Ninni menatap nya sinis," kemana aja Lo, udah dua hari Lo bolos?", Kata Ninni mencomot sedikit kue itu.

"Cari pacar gue", ucap ya asal.

_______________________________________

Vote
Komen

SEE YOU NEXT CHAPTER.🙌💅

 

my boy cousin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang