13

122 8 0
                                    

"aku mau Ninni mom"katanya lalu memutuskan sambungan secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari sebrang sana.

Dintara kemudian menaiki kasur dan memeluk tubuh Ninni lalu tertidur pulas bersama hingga malam berganti.


Di negara lain  tepatnya negara Jepang di  sana seorang wanita berkepala tiga sedikit terkejut mendengar ucapan dari putranya, saat ia ingin membalas ucapan putranya, sambungan itu terputus.

"Tidak, mungkin saya salah mendengar, tapi...",ucapnya sedikit bimbang namun ia mendengar jelas ucap itu akan tetapi ia menyangkalnya  lalu berjalan menuju ruang kerja suaminya" kalau memang benar aku tidak salah dengar, apa mungkin Dintara benar-benar menyukai sepupunya",rasa panik menyerah wanita.

Sesampainya di depan ruang kerja wanita itu langsung masuk" Mas kita harus mengatakan yang sebenarnya pada Dintara", kata wanita itu pada suaminya yang kini berkepala empat.

"Kau tidak ingin jika dia bersedih, jika mengetahuinya?", Ucap pria paruh baya itu menatap istrinya dengan alis terangkat.

"Justru itu lebih baik, apa kau ingin jika dia membenci kita karna tidak jujur padanya sejak awal?", Kata wanita itu sedikit meninggi kan suaranya.

"Baiklah, aku akan mengatakan padanya setelah kita sampai besok", pria itu memijat pelipisnya lalu kembali mengalihkan perhatian ke dokumen pekerjaan.

"Dintara menyukai Ninni", pria paruh baya itu berhenti dari aktivitasnya, ia menoleh melihat wajah istrinya.

"Maksud mu, anak dari kakak perempuan mu itu?", Kata pria itu untuk memastikan berharap apa yang dikatakan istri tidak benar, lagi pula sepupu Dintara hanya Ninni seorang.
Mereka berdua sama-sama anak tunggal.

"Siapa lagi, kami hanya dua bersaudara".

Pria paruh itu menyandarkan punggungnya di atas kursi lalu berjalan menuju istrinya" biarkan saja jika ia  menginginkannya!!", ucap pria paru bayah itu, istri membulatkan matanya terkejut dengan respon sang suami.

"Apa kau mau melanggar amanat dari kakakku jika membiarkan  mereka bersama?!", Kata wanita itu menunjuk-nunjuk sang suami dengan suara meninggi.

" Apa masalahnya, kita tidak perlu memusingkan perjodohan bodoh itu!! Apa pun yang Dintara mau kita harus memberikannya!!"bentaknya dengan suara keras pada istrinya.

Wanita itu terdiam lalu hanya menganggukkan kepalanya menurut pada suaminya.

"Baiklah, aku akan membicarakan ini pada Sania" wanita itu menghembuskan nafas beratnya"lebih baik kita istirahat mass, besok kita akan kembali ke Indonesia", ucap wanita itu mengelus lengan suaminya yang di balas dengan anggukkan pria itu.

"Maaf telah  membentak mu"katanya sesal.

"Tidak apa mass",mereka lalu berjalan keluar dari ruang kerja menuju kamar untuk istirahat.

Dintara amat sangat di sayangi oleh kedua orang tuanya, apa pun yang Dintara mau  mereka akan siap memberikannya asalkan Dintara bahagia, termasuk Ninni sekalipun.










Ninni terbangun tepat jam menunjukkan pukul 06:00 pas,ia tidak mendapati Dintara di sekitar kamar, Ninni memaling penglihatan, ia melihat seragam sekolah beserta Tas sekolah nya  di atas sofa.

Ninni langsung berdiri dan mengambilnya lalu berjalan menuju kamar mandi Dintara untuk membersihkan diri.

Setelah selesai Ninni keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga lalu ia menyeret langkahnya menuju arah dapur.

Ninni melihat Dintara yang tengah memasak lalu menghampirinya"kenapa nggak bangunin gue" kata Ninni mengambil roti yang telah Dintara pangang di atas piring.

"Lo tidur ngorok,jadi gue malas buat bangunin Lo", kata Dintara membawa piring menuju meja makan di ikuti oleh Ninni di belakang.

"Eh, gue nggak pernah ngorok kalau tidur, Lo kali yang ngorok"ucapnya dengan raut kesal.

"Becanda"Diantara mengelus rambut Ninni dengan lembut"makan", Ninni mengangguk, mereka makan dengan hikmat tanpa bicara sepatah kata pun.

"Lo berangkat sama gue", ucapnya tak mau di bantah.

"Tapi...".

"Gue nggak butuh penolakan", Ninni dengan terpaksa mengikuti langkah Dintara menuju pintu keluar yang sudah di perbaiki, di depan gerbang tampak Genta sudah menunggunya.

Ninni berjalan setengah berlari menuju gerbang.

"GENTA!!!", Teriaknya sambil melambaikan tangannya melihat itu Genta membalas lambaian tangan Genta, ia mengerut kan dahinya melihat Dintara keluar dari rumah Dintara.

"Udah lama?", Kata Ninni,Genta mengangguk.

"Iya, kamu tinggal di rumah Dintara?", Tanya dengan raut sedikit tidak bersahabat.

Ninni menelan ludah gugup "enggak aku tadi numpang sarapan hehe"bohongnya "yukk berangkat", Genta mengangguk walau dalam benaknya masih sedikit curiga pada Ninni, mereka lalu berangkat meninggalkan area komplek itu.


Dintara diam melihat Ninni pergi dengan Genta Tanpa niat mencegah, ia lalu menjalankan motornya dengan santai,
" Bersenang-senang Genta karna kehancuran akan mendekati mu sebentar lagi, tunggu saja hahaha"ucapnya dengan seyum smirik.






Kini Ninni telah sampai di sekolah, ia menuju kelasnya dengan berjalan santai sendirian karna Genta ada urusan sebentar katanya, di perjalanan Ninni berpapasan dengan Megan yang entah dari mana.

"Lo darimana?" Tanya Ninni.

"Dari toilet gua, baru sampai?". Balas Megan lalu bertanya.

"Iya".

"Diantar sama Gentanya?".

Ninni mengangguk lalu mereka berdua memasuki kelas, didalam sana tidak terlalu ramai karna bell berbunyi masih lama.

"Lo akhir-akhir ini keliatan gendut, nggak diet neng?",ucap Diana yang di tunjukkan pada Megan.

"Iya, gue jga perhatiin, Lo sering pake Hoodie"timpal lilin.

Mengan terdiam kaku mendengar ucapan teman-temannya,mereka nggak curiga kan batinya takut" gue pake Hoodie karna lagi suka, soalnya Hoodie gue banyak jadi sayang kalau nggak di pake", ucap Megan berusaha menyakinkan mereka, walau dalam hati ya ia panik  jika mereka curiga.

Diana dan lilin mengangguk membenarkan perkataan Megan"iya sih".

Ninni hanya diam ia melihat gerak-gerik Megan yang mencurigakan menurutnya, wajah Megan juga terlihat  pucat saat Diana menanyakan soal Hoodie itu.

_________________________________________

Vote
Komen

SEE YOU NEXT CHAPTER.🙌💅

my boy cousin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang