7

174 10 0
                                    

   Setelah di antar pulang  oleh Genta,
Ninni berakhir di atas ranjang sambil tiduran ia membaca novel yang beberapa hari lalu ia baca,sesekali Ninni memalingkan wajahnya ke arah jendela kamar yang mengarah ke kamar seberangan sana atau tepatnya kamar Dintara.

"Jam segini Dintara belum pulang",Ninni menatap jam menunjukkan pukul 8 malam dan kembali melihat ke arah kamar Dintara yang gelap.

"Mungkin nongkrong kali sama teman-temannya", gumamnya lalu berbalik badan menghadap langit-langit kamar, memejamkan mata perlahan " mama sama papa kapan pulang?", Batinnya lalu tak lama terdengar deru nafas beraturan.
















Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Dintara baru pulang entah dari mana ia namun bukannya memasuki rumahnya ia malah memanjat balkon kamar di sebrang rumahnya.

Memanjat dengan hati-hati hingga ia sampai di atas balkon lalu melangkah dengan pelan menuju ke arah pintu  balkon dannnn TIDAK DI KUNCI!! Ini adalah keberuntungan Dintara,Dengan perasaan yang amat Senang Dintara mengeser  pintu balkon dengan penuh hati-hati.

Tampak lah seorang gadis dengan piyama bermotif bunga mawar sedang tertidur pulas di bawah cahaya lampu tidur  yang remang-remang.

Melihat hal itu langsung saja Dintara berjalan ke arah tempat tidur itu, Ia menaiki kasur dengan pelan hingga ia mengapai punggung kecil yang membelakangi dengan lembut Dintara membalikkan tubuh kecil itu hingga ia bisa melihat dengan jelas wajah gadisnya yang tertidur pulas.

Dintara mengelus pipi  mulus gadis itu dengan sayang dan tatapan penuh kagum, perlahan-lahan Dintara memajukan wajahnya, matanya terpaku pada benda kenyal berwarna cerry dan tanpa pikir panjang ia segera meraih benda itu lalu mencium dengan lembut hingga beberapa detik, tak lupa ia memberikan kiss Mark pada leher putih itu lalu memeluknya dengan erat seolah-olah gadisnya akan pergi jauh.
















_________________________________________

    Pagi harinya saat Ninni terbangun ia terkejut mendapati tanda merah di sekitar lehernya saat bercermin di cermin toilet ia hendak mencuci mukanya namun ia terpaku pada  tanda merah yang menggangu pandangannya.

"Perasaan di kamar qw nggak ada nyamuk deh ", gumam Ninni mengusap-usap tanda itu.

  Sudah berkali-kali ia usap berharap tanda itu hilang namun nihil itu hanya sia-sia tak ingin kehabisan akal akhirnya Ninni menutupi dengan plester dan hal itu membuatnya karna tanda itu tak lagi terlihat namun masih ada yang samar-samar, setelah di rasa penampilan sudah okey Ninni turun ke bawah untuk sarapan yang sudah di siapkan oleh ART yaitu bi Asi.

Setelah selesai sarapan Ninni keluar rumah dan disana sudah ada Dintara yang menunggu.

"Sorry lama", Ninni memakai helmnya dengan cepat-cepat ia takut Dintara marah karna menunggunya Terlalu lama,  Berbeda dengan Ninni Dintara justru terpaku pada leher Ninni yang di plester.

"Leher Lo kenapa di plester gini?"Dintara hendak melepaskan plester itu namun dengan cepat Ninni menghentikan tangan besar Dintara.

"Di gigit nyamuk", ucapnya dengan enteng sedangkan Dintara menatap leher Ninni dengan tatapan rumit.

"Yuk berangkat", setelahnya Ninni dan Dintara berangkat, Dintara menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

















________________________________________

 
  " Din pulang nanti nggak usah nunggu qw", Ninni turun dari atas motor lalu melepaskan helmnya dan memberikan kepada Dintara yang menatapnya dengan alis terangkat seolah berkata"Kenapa?".

"qw pulang bareng kak Genta, udah janji soalnya", kata Ninni gamblang lalu memutar tubuhnya 180 derajat membelakangi Dintara yang kini merubah raut wajahnya dingin, tatapan matanya tak lepas dari Ninni yang kini bertegur sapa dengan Genta tak lupa seyum manis yang saling mereka lontarkan.

"Genta sialan!!!".

Setelah memgumpatih Genta Dintara berjalan ke arah kelasnya dengan emasi tertahan dan tak lama setelah itu bunyi bell masuk pun berbunyi.

Kringg kringg.

Seluruh murid berhamburan masuk kedalam kelas namun sebagian ada yang masih enteng duduk dengan teman tongkrongannya dan selebihnya berniat untuk bolos namun entah mengapa kali ini Dintara tidak berniat melanggar aturan sekolah ia malah memasuki kelas dan hari ini pelajaran matematika.

Di dalam kelas Dintara sesekali menguap bosan melihat rentetan angka di atas papan tulis dan penjelasan dari guru Sudarsono, penjelasan itu sama sekali tidak masuk dalam pendengaran Dintara apa lagi murid lainnya, yah kecuali murid ambisius.

Setelah sekian lama terkekang bak di dalam penjara dengan rentetan angka dan penjelas yang rumit akhirnya bell istirahat pun berbunyi seluruh murid mengelah nafas lega saat pak Sudarsono melangkah keluar dari pintu bercat coklat itu tak.

"Tumben lu nggak bolos",kata teman  Dintara yaitu Albi maher.

"Seperti bau-bau ingin tobat kecium gais", tambah Vernon seolah-olah mencium bau.

"Berisik Lo pada, Sana pesan, qw traktir ", setelah mendudukkan bokongnya dengan sempurna Dintara mengeluarkan 2 lembar uang seratus di atas meja.

Dengan cepat Albi mengambil uang itu, berdiri dengan semagat 45" seperti biasa kan".

"Yoi".

"Dih kalau urusan cuan paling cepat", cibir Vernon sekilas ke arah Vernon lalu menghadap ke arah Dintara.

"Gimana bro, berhasil?"tanya Vernon mengangkat sebelah alisnya bertanya.

"Belum ada kemajuan ditambah ada hama yang ngeganggu,"Dintara menyandarkan punggungnya di kursi.

"Lo serius, suka sama dia?",kata Vernon tak percaya pada teman satunya ini yang agak Laen.

"Mau gue kasih buktinya baru Lo percaya?", Kata Dintara mengangkat sebelah alisnya menantang, Ragu-ragu Vernon mengangguk kepalanya.

Kemudian  Dintara mengeluarkan benda pipinya  dari saku celananya dan memperlihatkan sebuah poto-poto yang hanya memakai.... Handuk dan tanktop
Vernon membulatkan matanya terkejut walaupun samar-samar ia  di tambah sebuah Vidio, yang dimana terdengar suara gemericik air dan seperti itu VIDIO seorang sedang mandi  WHAT MANDI?

Vernon menatap Dintara ngeri"gila Lo, itu termasuk pelecahan sialan".
Vernon mengeleng kepalanya menatap kearah Dintara dengan wajah tak percaya sedangkan Dintara hanya memasang wajah puas melihat reaksi Vernon.

"Berhenti Dintara, hubungan Lo terlarang", kata Vernon dengan sorot wajah serius namun balasan Dintara justru membuatnya tak habis pikir.

"I don't care, cepat atau lambat dia akan menjadi milikku seutuhnya".



_________________________________________

   Vote.
Komen.

             SEE YOU NEXT CHAPTER.🙌


my boy cousin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang