9

155 9 0
                                    

"mau makan kamu"katanya Dengan suara lirih.

"Hah? Mau makan biawak" Ninni berhenti dan berbalik menatap wajah sayu Dintara, mungkin kelelahan batinya positif.

"Bukan sayang, terserah Lo mau masak apa udah terlanjur lapar gue", kata dengan suara beratnya,Dintara lalu duduk kursi meja makan sambil melihat acara masak Ninni.

Ninni bergidik saat Dintara mengatakan kata sayang dengan suara beratnya itu tidak ingin membuat Dintara menunggu lama ia kemudian mulai meracik bumbu karna Ninni berencana ingin membuat nangsor.

Di tengah-tengah acara memasak tiba-tiba Ninni dikejutkan tangan besar yang melingkar sempurna di perutnya dan itu tangan Dintara sepupunya, lalu Dintara meletakkan dagunya di punggung Ninni, dapat ia rasakan bau aroma vanila yang menguar dari tubuh Ninni, Dintara memeluk pinggang Ninni dari belakang sesekali ia memejamkan mata menikmati sensasi aneh yang hinggap di tubuhnya.

Ninni terdiam saat Dintara memeluknya
Dalam Diam Ninni risih dengan posisi seintim ini dengan Sepupunya, dengan hati-hati Ninni berucap.

"Din, lepas gue mau masak"kata berusaha melepaskan tangan Dintara dari perutnya dengan lembut, Ninni menolak dengan halus karna saat ini ia merasa tidak nyaman sekaligus aneh pada sikap Dintara.

"Bentar aja Nin, qw kangen mama", alibinya dengan suara dibuat sesedih mungkin agar ia tidak terlepas dari posisi nyaman ini selain ketika ia diam-diam memasuki kamar Ninni lalu memeluknya Tanpa penolakan, Dintara lalu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ninni mencari posisi nyaman.

Ninni yang mendengar perkataan Dintara merasa kasihan lalu tanpa protes ia biarkan saja Dintara walau dalam  kecilnya ia merasa amat tidak nyaman.

Orang tua Dintara sama seperti orang tua Ninni yang jarang pulang akibat urusan pekerjaan dan saat ini orang tua Dintara menetap sementara di Jepang sedangkan orang tua Ninni berada di new York.

Diselah-selah proses memasak Ninni, Dintara mencuri kesempatan ia sesekali mencium leher Ninni dengan pelan tanpa di sadari sang empu hingga meninggal bekas kemerahan.

"Din, lepas ini udah siap, yuk makan",Ninni lalu meletakkan di atas meja makan di ikuti Dintara yang mendudukkan bokongnya di atas kursi dan  nasi goreng yang telah siap untuk di santap.

"Suapin", kata Dintara manja pada Ninni yang cengo  melihat sisi lain Diantara.

"Manja banget sih, bocah satu ini", gemas Ninni tanpa sadar mencubit pipi Dintara dan hal itu membuat Dintara tak bisa menyembunyikan kesenangannya namun ia tahan dengan muka di baut kesal.

"Yaudah sini gue suapin", Ninni lalu mengambil sesendok nasi goreng itu lalu menyodorkan ke mulut Dintara yang sudah terbuka, lalu mengunyah dengan seyum mengembang.

"Gila Lo, seyum² Mulu", cibir Ninni kembali menyuapi Dintara dengan telaten.

"Iya, gue gila karna suka sama sepupu gue sendiri" batinya, Dintara tak mungkin mengatakan yang sebenarnya ini bukan waktunya.

Setelah selesai menyuapi Dintara Ninni mencuci piring bekas makan Dintara tadi, kemudian Ninni menghampiri Dintara yang duduk di sofa.

"Pulang Sana,gue mau tidur", usir Ninni lalu tangannya menarik tangan Dintara berniat menyeret keluar  namun Dintara malah menarik yah balik hingga Ninni terjatuh di atas tubuh besar Dintara.

Mereka terdiam dan saling tatap-tatapan Ninni blank pada posis ini, sedangkan Dintara terseyum simpul lalu dengan perlahan tangganya memeluk pinggang Ninni yang berada di atas tubuh.

Ketika kewarasan Ninni mulai pulih ia dengan cepat-cepat  bangkit dari posisinya dan pelukan Dintara terlepas, terlihat dengan jelas raut wajah Dintara yang seperti 'kecewa'.

"Din, Lo apaan sih", kata Ninni kesal pada Dintara yang di balas dengan raut wajah seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Emang gue kenapa", kata Dintara menyalahkan TV untuk menghindari tatapan intimidasi Ninni.

"Lo barusan tarik gue, terus meluk anj", ucapnya dengan emosi tertahan yang tertuju pada Dintara yang terkesan acuh.

"Lupain, biar nggak ribet", acuhnya.

"Yaudah, pulang sana",usirnya lalu melangkah menuju kamarnya di lantai 2
Tanpa menunggu jawaban dari Dintara,
Dintara hanya diam kemudian bangkit dari duduknya menuju pintu keluar dengan perasaan puas.















________________________________________

Pagi harinya Genta datang ke rumah Ninni untuk menjemputnya namun dirinya malah melihat Dintara yang juga seperti menunggu Ninni.

Dintara menatap tajam ke arah Genta yang memarkirkan motornya.

"Ngapain Lo kesini?!", Kata Dintara tak bersahabat melihat kedatangan Genta.

"Jemput pacar", acuhnya saat melihat Ninni yang keluar dari pintu rumah, Genta melambaikan tangannya dengan seyum mengembang, Ninni datang dengan wajah ceria sekilas ia melihat ke arah Dintara lalu fokus pada Genta.

Dintara yang merasa di acuhkan mengeram tertahan.

"Sejak kapan kalian pacar?!", Kata Dintara dengan suara dingin dan tatapan tajam mengarah ke Ninni dan Genta secara bergantian.

"Baru kemarin", ucap Ninni singkat lalu naik ke atas motor Genta, dengan siap Genta menjalankan motornya di depan Dintara yang tengah menatapnya tajam dan Genta menyadari hal itu.

  Dintara melihat kepergian mereka dengan wajah datar tak lama ia mengubah raut wajahnya dengan seyum devil.

" Bersenang-senang lah sampai maut menjemput mu Genta sialan,  hahahaha", Dintara tertawa bak psikopat
Dalam pikirannya ia berencana sesuatu yang mengarah ke hal buruk, kita tunggu saja apa yang akan Dintara lakukan.


Sesampainya Ninni dan Genta di sekolah kini mereka berjalan berdua di karidor sekolah.

"Ayang", panggil Genta.

Ninni yang mendengar panggilan itu merasa geli lalu menatap ke sampingnya" kenapa kak?", Genta senang karna Ninni tidak menolak saat ia memanggil dengan sebutan itu walaupun terkesan alay.

"Nggak papa cuma tes aja".

Ninni hanya ber oh ria lalu berpamitan pada Genta untuk memasuki kelas.

Baru saja ia masuk ke dalam kelas dirinya sudah di hadapkan dengan teman sekelas nya Casey, Ninni mengangkat alisnya bingung.

"Lo jalang", kata Casey menunjuk Ninni dengan telunjuk tangan ya lalu menabrak baju Ninni.

Ninni yang tak terima di katai jalang langsung berbalik dengan emosi.
"Maksud Lo apa? Hah, nuduh gue jalang", kata Ninni dengan wajah merah melihat kearah Casey.

"Hahahahhahahaha", tak disangka respon Casey malah tertawa terbahak-bahak.






_______________________________________

Vote
Komen

SEE YOU NEXT CHAPTER.🙌






















my boy cousin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang