20

145 7 0
                                    

"Jangan takut sayang, nggak sakit kok", ucap Genta, tangan mengelus rahang Ninni.

"Lo emang bajingan".

Genta hanya tersenyum smirik mendengar ucapan Ninni, Genta kembali menyeret Ninni menuju hotel, samar-samar Ninni mendengar suara motor yang mulai mendekat.

Jantung Ninni berdebar kencang, segera ia memutar otak, sebelum motor itu benar-benar sampai Ninni mengigit tangan Genta dengan kencang hingga terlepas, tak ingin membuang-buang waktu Ninni segera berlari menjauh dari sana.

Genta mengusap tangannya yang terasa perih" sialan,WOI KEJAR", teriak Genta pada teman-temannya yang baru sampai.

Sekitar 6 orang lalaki yang tengah mengejar Ninni.

Ninni berlari dengan perasaan takut tanpa sadar ia meninggal kan tas dan handphone di dalam mobil Genta, lalu ia berlari menuju taman dan sembunyi di balik semak-semak.

"Sial, kita kehilangan jejak", ucap salah satu dari mereka.

Dibalik semak-semak itu Ninni menutup mulutnya dengan tangan , setelah derap langkah mereka menjauh Ninni keluar dari persembunyiannya dengan perasan lega.

Buliran-buliran keringat membanjiri pelipis Ninni, detak jantung masih berpacu dengan cepat,Ninni berniat menelpon Dintara untuk menolongnya namun ia teringat jika tasnya masih di mobil Genta.

"Gimana ini", paniknya, Ninni lalu berjalan Pelan meninggal tempat persembunyiannya namun..... Tiba-tiba saja seseorang membekapnya hingga pingsan.

"Maaf baby, aku terlambat", sesalnya lalu mengangkat tubuh Ninni kedalam mobilnya.

"Bunuh mereka dan  keluarga G'S,", ucapnya dengan nada perintah disartai dengan rasa amarah.

"Kecuali anak mereka, bawah dia ke markas dengan keadan hidup".

"Baik boss", ucap bodyguard di sebrang sana.


















Setelah nongkrong Genta pulang, besok ia kan mencari Ninni untuk diberikan pelajaran, Genta memasuki rumah, besok mereka baru akan pindah.

Saat Genta telah berhasil membuka pintu ia terkejut melihat keadaan rumah seperti kapal pecah, genta berjalan menuju ruang tamu sembari memanggil nama kedua orang tuanya.

"MAMA!!?".

"PAPA!!?".

Teriaknya, Genta melihat bercak merah di sekitar sofa dan juga lantai, ia menggelengkan kepalanya"nggak mungkin, papa sama mama masih hidup"ucapnya menenangkan diri, badan Genta bergetar ketakutan, badannya terasa lemas , sekali lagi Genta mencari namun hasilnya nihil, ditengah kekalutan Genta tiba-tiba sosok baju hitam membekap mulutnya dengan kain yang telah diberi obat bius.

"Cepat bawah dia ke markas", titahnya, lalu mereka mengangguk dan menyeret tubuh Genta menuju bagasi mobil, mereka memasukkan Genta di dalam bagasi dengan 2 mayat.




















"Urusan kita selesai", kata Dintara pada Casey lewat telpon,tanpa menunggu balasan Casey ia langsung menutupnya dan pergi menuju markas.


Sesampainya Dintara di sebuah markas yang jauh dari pemukiman warga, dan terletak di sebuah hutan.

Dintara langsung menuju ruang bawah tanah, ditangannya ia sudah memegang belati Kesayangannya.

"Pergi!!", perintahnya, para bodyguard langsung pergi meninggalkan tuan mereka bersama mangsanya.

Dintara berjalan menuju Genta yang masih menutup matanya dengan sempurna.

Tanpa rasa kasihan, Dintara menyiram air panas yang sudah di sediakan guna membangun Genta yang tak sadarkan diri.

Byurrrr.....

"Akhhhh panas", racau Genta terkejut saat dirinya tiba-tiba di siram air, ia meniupi Area tangannya yang melepuh.

"Cih", decih Dintara lalu menendang perut Genta berkali-kali dengan kuat, hingga darah keluar dari mulut Genta yang terbuka.

"Bagaimana?, Apa kah sakit", tanya Dintara menunduk, wajahnya menyingung seyum smirik.

"Sialan Lo Dintara, lepasin gue", kata Genta menatap tajam, ia mencoba melepas ikatan dari tangannya namun itu terasa susah akibat ikatannya yang terlalu kuat.

"Ha ha ha ha, dimana Sifat sombong mu, Genta hmm", Dintara tertawa bak spikopat melihat rendah ke arah Genta.

Sekejap kemudian Dintara merubah raut wajah dingin, ia menatap tajam pada Genta.

Dintara mengambil belati di sakunya, ia kemudian berjalan mendekat, Disana Genta bergetar ketakutan melihat Dintara.

"J-aa-ng-an, Akhhhh!!", Teriak kesakitan Genta saat Dintara menusuk perutnya dengan kuat.

"Karna kau telah menyentuh gadisku dengan tangan sialanmu ini, maka jangan salahkan aku jika tangan mu ku potong".

"Be-r-h-enti, gue bakal nurut apapun yang Lo perintah". Mohon Genta.

Seakan tidak peduli Dintara mengambil tangan Genta lalu memutarnya ke belakang.

"Krekkk".

"Akhhhh, be-r-h-enti, S-akit"ucapnya menahan sakit.

Selesai mematahkan tangan Kanan Genta Dintara meralih ke belati ya, ia mencabut belatinya lalu menusuk paha Genta berkali-kali tanpa henti, Dintara menikmati teriakan penuh kesakitan dan teriakan permohonan, darah mulai keluar dengan deras, Dintara mencabut belatinya, kemudian ia berdiri mengambil pistol.

Dintara menembak paha kanan Genta dengan 2 kali tembakan.

"Masih belum sakit?", Tanya nya.

"Berhenti Dintara ", ucapnya pelan.

Dintara mengabaikan, ia belum puas, kemudian ia menancapkan belatinya ke  paha Genta yang baru saja ia tembak, lalu ia mengerakkan belati itu turun hingga ke lutut Genta, Dintara juga menyobek perut Genta hingga isinya sedikit keluar.

Genta mulai sekarat, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Dintara berdiri dengan rasa jijik ke arah Genta"cih, baru permulaan sudah mati", katanya  remeh.

Dintara mengarahkan pistol ke arah kepala kepala Genta.

"Menyusul lah kau pada orang tuamu di neraka ha ha ha", ucap Dintara tertawa nyaring.

DORR......

Tembaknya lalu Dintara juga menembak bangian tubuh Genta hingga lima  kali tembakan.

DORR.......

DORR.......

DORR......

DORR......

DORR......

Sebelum pergi Dintara menendang wajah Genta yang sudah hancur akibat tembakan, lalu pergi meninggalkan ruang bawah tanah dengan perasaan puasss

"Beres kan", perintahnya.

Para bodyguard mengangguk patuh dan berjalan menuju bawah tanah.






_________________________________________

Vote
Komen.

💅🙌🗿

my boy cousin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang