0.0 Prolog

12.4K 454 19
                                    


Lagu bertajuk Fix you yang dinyanyikan Chris Martin dari band asal Inggris raya itu mengalun tak tahu untuk yang keberapa kalinya. Entah benar-benar menyukainya atau tidak memiliki playlist lain, tapi laki-laki yang sekarang sibuk sekali dengan laptopnya itu, beberapa waktu terakhir betah sekali bekerja ditemani dengan lagu milik Coldplay tersebut.

Kalau sedang bersama teman-temannya sudah pasti ia jadi sasaran kekesalan, sekali dua kali diputar mungkin masih bisa dimaklumi, tapi jika berulang kali dan berjam-jam dan hanya lagu itu saja yang diputar siapa juga yang tidak bosan, ah iya, lelaki itu tentu saja.

"Hi, Gail told me you gotta go, seriously? And you don't tell me?" Suara berat itu berhasil memecah konsentrasi si pemuda.

Laki-laki dengan kaos polo berwarna putih itu lantas tersenyum dan menyingkirkan laptopnya. Ia berdiri dan menyambut laki-laki yang sudah melewati usia setengah abad yang baru saja masuk ke kamarnya.

"Hi Carl." Balas pemuda itu ringan.

"Just answer me, boy." Tuntut lelaki tua yang sama sekali tak terlihat tua itu.

Si pemuda memangkas jarak dengan lelaki berambut putih dan membimbingnya untuk duduk bersisian di sofa panjang. Keputusan yang dia buat tidak tiba-tiba, ia hanya perlu waktu untuk mengabarkan hal itu pada orang terdekatnya sekalipun.

"Yep Carl, I'm thinking about back to Indonesia." Jawabnya mantap.

"Why?"

"Why?" Beo pemuda itu sambil terkekeh, "Because there is a place I call home" Sambungnya dengan mata menerawang. "Don't get me wrong, Carl, you are always be my home, but there is something I can't replace." Ralat lelaki itu  setelah melihat perubahan wajahnya lawan bicaranya.

"You- have forgot about that girl?" Tanya lelaki itu hati-hati sambil menyentuh paha law
an bicaranya.

Ia kemudian tersenyum menyembunyikan banyak makna. Ia tidak pernah lupa alasan yang membuat dia berakhir di tempat ini, tempat yang amat jauh dengan rumah yang sebenarnya. Perempuan itu, ya... seseorang yang membuatnya memilih melarikan diri ke tempat ini.

"It's sounds imposible to forget Carl, I just forgive, and try to deal with everything." Jawabnya lugas seraya menatap Carl, laki-laki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri, apalagi selama ia tinggal di Swedia.

Ia jujur mengatakannya, ia tidak mungkin lupa perasaan itu, keputusannya suntuk pulang tidak berarti ia telah melupakan, ia hanya berusaha berdamai dengan masa lalunya, menyembuhkan hatinya, dan menghadapi apa yang semestinya ia hadapi sejak dulu.

Carl mengangguk paham, Diam-diam ia bangga dengan anak muda yang empat tahun lalu ia bawa tinggal di rumahnya itu, ia sudah jauh lebih dewasa sekarang.

"Oke then." Pasrah Carl tanpa bisa mencegah. Ia merangkul bahu pemuda itu dan menupuknya pelan. "Remember, you are always welcomed here." Ujar Carl tulus.

"Anytime." Pungkasnya.

"Thank you." Balas pemuda itu tak kalah tulusnya. Carl mengibaskan tangannya seolah mengatakan 'Don't mention it.' Ia tersenyum.
Anak muda itu sadar, ia berhutang banyak hal pada lelaki tua dihadapannya, tapi ia pergi bukan untuk melupakan semua kebaikan Carl dan keluarga itu, ia pergi untuk pulang ke rumahnya, melanjutkan kehidupan yang sempat dia tinggalkan, dan ia sudah menetapkan kebahagiaan untuk dia kejar.

"You are my son, Paul. And always be.." Carl memeluk lelaki yang sudah seperti anaknya itu.

Got Me From Hello (Paul x Nabila) -Republish-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang