CHAPTER 8

32 7 0
                                    

Happy reading..

   
Tubuh cantik itu masih setia di dalam selimut, setibanya ia di kamar Anagata langsung memutuskan untuk terlelap tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Karena memang hujan sudah membantunya untuk mandi sore hari tadi. Anagata bukan pribadi yang sulit dibangunkan dari tidur lelapnya, jika sudah ada suara speaker dari masjid, maka di saat itulah Anagata langsung membuka matanya. Perempuan itu menggeliat kecil meregangkan syaraf dan otot-ototnya yang mungkin sedikit kaku.
   
Lalu tak lama kemudian gadis itu langsung duduk mengucek matanya untuk menjernihkan penglihatan, dan berdiri di depan cermin hanya untuk memastikan matanya sembab atau tidak. Anagata tidak mau  repot-repot menjawab pertanyaan orang rumah yang pasti akan bertanya jika salah satu bagian tubuhnya ada yang berbeda. Sedikit merepotkan, batin Anagata.
   
Tidak butuh waktu lama bagi Anagata bersiap untuk pergi ke sekolah, sekarang pun gadis itu sudah siap dan bisa langsung untuk berangkat. Entah mengapa Anagata malas untuk ke sekolah kali ini, dia tidak ingin jika bertemu Mahesa, tidak untuk kali ini. Anagata terbiasa berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan umum, kadang Dodo menjemputnya namun tidak sering dan tidak setiap hari. Kondisi di dalam kendaraan tersebut tidak terlalu ramai dan Anagata menyukai itu, setidaknya mood paginya bagus karena tidak berdesak-desakan dengan orang lain.
   
Jalanan yang masih terbilang sepi juga menjadi salah satu faktor Anagata akan sampai di sekolahnya lebih cepat. Entah mengapa melangkahkan kaki di gerbang sekolah rasanya lebih berat dari apa pun, padahal memang tidak ada hal yang harus di takuti ataupun hal yang meresahkan lainnya.
  
Anagata sampai di kelasnya yang masih sepi dan hanya ada sedikit penghuni. Perempuan itu sedang merenung, rasanya mustahil dia tidak keluar kelas. Pasti dia akan pergi ke toilet, kantin, perpustakaan atau tempat lainnya. Namun sekarang dia menghindari itu alasannya sangat sederhana, dia tidak ingin bertemu Mahesa.
   
Morning cantik...”
   
Pasang mata kini menatap Anagata yang masih terkejut akan sapaan nyaring dari Dodo, Anagata mendengus kenapa sahabatnya itu selalu bertingkah setiap saat seolah memang Dodo tidak ingin melihat Anagata tenang sedikit pun.
   
Baru saja kemarin Dodo menjadi orang pengertian untuknya, dan sekarang ia kembali menyebalkan seperti biasanya  Kini Dodo sudah duduk manis di samping Anagata, laki-laki itu sedikit mencondongkan tubuhnya pada Anagata dan langsung dihadiahi dorongan maut yang menyebabkan dirinya jatuh ke lantai dengan kursi yang sedikit menimpanya.

Dodo meringis pagi-pagi saja dirinya sudah terkena musibah seperti ini, sebenarnya bukan sekali dua kali setiap dia mengganggu Anagata pasti selalu berakhir dengan ringisan kecil di mulutnya, namun entahlah Dodo tidak merasakan jera ataupun itu seolah memang mengganggu Anagata adalah kegiatan favoritnya walaupun selalu berakhir celaka seperti saat ini.
   
“Do! Lo kenapa tiduran di –.”
   
“Dia ngantuk Cla makanya tiduran di lantai.” Anagata memilih menjawab pertanyaan dari Clara sebelum Dodo membalasnya.
   
Dodo perlahan bangkit dari jatuhnya, membenarkan kursinya dengan ringisan yang masih terdengar dari kedua belah bibirnya. Air muka laki-laki itu belum kembali seperti semula dan bertambah parah saat mendengar pertanyaan bodoh dari Clara.
   
“Lo..beneran ngantuk Do sampe tiduran di lantai?.”
   
Dodo berdecak “Ck, ya kagak lah lah. Gila Lo gua masih waras.”
   
“Yaa..kan Nanat bilangnya begitu.”
   
Seketika mata Clara berbinar, dia teringat sesuatu dan langsung memberitahukan pada kedua sahabatnya.
   
“Oiya gua punya good news” ucapnya sumringah.
   
Good news apa?.”
   
“Bella udah mulai sekolah di sini”
   
“Beneran Cla?!” Dodo mengatakan itu sambil menggebrak meja di hadapannya.
   
“Harus banget Lo begitu?” Kali ini Anagata ikut berbicara.
   
“Iyee dah maaf.”
   
Anagata memutar bola matanya malas, lalu beralih menatap Clara “Dia beneran jadi pindah ke sini?.”
   
Clara menganggukkan kepalanya, sambil mendaratkan tubuhnya di kursi “Iya dia jadi pindah.”
   
“Ken-."
   
Tiba-tiba saja suara bel masuk terdengar, Dodo jadi tidak melanjutkan kalimatnya karena Anagata juga sudah memotongnya dengan cepat.
   
“Noh udah bel, balik sana ke kelas Lo.”
   
Dodo mendengus, selalu saja pertanyaannya terpotong. Dengan tidak ikhlas laki-laki itu berbalik badan dan meninggalkan dua perempuan yang saat ini tengah berusaha menahan tawa melihat air muka dari sahabatnya.

Still The Same[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang