CHAPTER 41

22 4 0
                                    

Wellcomeback to my story again..
Biasakan vote sebelum membaca, xixi>>
Happy reading all
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

"Gile, loyo banget si Lo."

Anagata mendengus, malas mendengar Dodo malah meledeknya setelah ia mati-matian membangun niat untuk lari pagi-pagi buta.

Dodo menarik lengan Anagata menyuruh perempuan itu untuk mendekat ke arahnya.

"Ck apaansi?."

"Nat Lo itu harus rajin olahraga, biar kaga kaku semua tu badan Lo."

"Iya ini kan gua lagi olahraga." Ucap Anagata dengan nada kesal.

"Oiya, kemarin Lo kenapa? Kesambet ya?."

Dodo nyengir mendengar itu lalu menjawab. "Hehe sorry yak."

"Ogah."

Anagata berlari meninggalkan Dodo yang raut wajahnya sudah melas akibat jawaban dari Anagata.

Kemudian Dodo menyusul Anagata yang sudah berlari di depannya.

Berlari pagi-pagi di hari weekend memang sudah banyak menjadi kegiatan favorit bagi orang-orang. Tetapi tidak dengan Anagata, ia akan berlari jika niatnya sudah terkumpul. Berbeda dengan sekarang.

Pagi sekali Dodo sudah datang ke rumahnya lengkap dengan outfit yang menghiasi tubuhnya. Anagata sempat melongo karena melihat itu, pasalnya kemarin Dodo tiba-tiba marah kepadanya lalu sekarang mengapa dengan tiba-tiba pula laki-laki itu mengajaknya lari pagi.

Sebenarnya Anagata menolak dengan keras, tetapi itu tak mempan. Dodo terus membujuknya sampai Anagata mau untuk ikut berlari bersama nya. Dan alhasil Anagata mau mengikutinya, usaha memang tidak menghianati hasil itulah yang Dodo katakan pada dirinya sendiri.

"Nat, kemarin gua ga ada niatan untuk marah sama Lo, cuma ngetes aja hehe."

Anagata berhenti berlari
"Hehe?"

"Iya maafin gua Anagata."

"Gua maafin Lo, tapi Lo gausa kaya kemarin lagi."

"Siap!. Emang kenapa?."

"Ck, gua gapunya temen selain Lo."

"AHAHAHAHAHA."

Anagata terkejut, Dodo tertawa lebih dari yang dia kira. Ingin sekali Anagata menendang Dodo jauh-jauh dari tempat ia berdiri. Sangat menyebalkan.

Tawa Dodo mereda setelah menyadari bahwa raut wajah dari Anagata berubah drastis. Dengan tenang ia berusaha untuk bersikap seperti apa yang Anagata inginkan.

"Kalau lagi-lagi Lo ketawa sekencang tadi, gua jahit mulut Lo. Mau?!."

Dodo menunduk. "Iya maaf."

"Semua cowo sama ya ternyata, bilang maaf tapi malah ngulangin kesalahannya lagi."

"Gua engga."

Bukan Dodo yang menyahut, melainkan Mahesa yang entah kapan sudah berdiri di samping Anagata. Sedari tadi senyuman Mahesa sudah mengembang dari kedua sudut bibirnya karena melihat reaksi terkejut Anagata.

Still The Same[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang