CHAPTER 40

13 3 0
                                    

sstt.. vote dulu dong hehe>>>















































Malam sudah semakin larut, anginnya pun kian terasa sangat dingin menyentuh pori-pori kulit. Varo masih setia menatap jendela dengan wajah lucunya, menanti seseorang yang belum pulang ke rumah.

Biasanya Varo sudah tertidur lelap, tatapi malam ini ia tidak bisa tertidur dan berpindah ke ruang tamu untuk menonton televisi disana.

Suara pintu terbuka dari lantai atas membuat Varo mendongak menatap ke kamar kakaknya. Vallen keluar dari sana dengan secangkir gelas yang dia bawa kemudian dia taruh di dapur.

Setelah memandangi sang kakak, Varo kembali ke sofa dan kemudian duduk disana sembari melihat ke layar televisi menonton serial favorit nya yang sedang tayang.

Vallen sendiri setelah sampai di dapur dan mendengar suara televisi masih menyala, mendadak terdiam di tempatnya. Ketika ia keluar dan menuruni tangga, Vallen tidak melihat sang adik yang melihatnya.

Lalu Vallen menghampiri ke arah suara televisi itu dan memandang sang adik yang menyadari kedatangannya.

Vallen menghampiri Varo lalu langsung duduk disampingnya sambil merangkul adik kesayangannya.

"Ko belum tidur kamu?." Tanya Vallen sambil mencubit gemas pipi gembul Varo.

"Nunggu temen kakak." Jawabnya polos.

"Temen Kakak? Siapa?."

"Yang kaya preman itu, yang kemarin nginep disini."

"Hahahaha preman? Mahesa maksud kamu?."

"Hehe iya."

"Memangnya kenapa kamu nunggu dia?."

"Dia bilang mau beliin aku mainan."

"Kapan dia bilangnya?."

"Tadi pagi."

Vallen menganggukkan kepalanya paham, pantas saja Varo belum tidur ternyata menunggu Mahesa toh.

Tetapi Vallen mengernyit heran karena Mahesa juga belum pulang ke rumahnya sekarang.

"Kayanya kamu tidur duluan aja."

"Emangnya kenapa?."

"Kak Mahesa masih lama pulangnya, kamu kan besok sekolah kalau nanti kesiangan gimana?."

"Kak Mahesa belum pulang dari sekolah?." Tanya Varo polos.

Valen tersenyum kemudian menjawab. "Udah kok, cuma dia kayanya masih di jalan."

"Emm yaudah aku ke kamar dulu."

"Iya, tidur yang nyenyak ya."

Vallen memeluk Varo sebelum anak itu pergi ke kamarnya, ia mencium keningnya kemudian mengusap pucuk kepala sang adik.

Varo hanya tersenyum lalu balik mencium Vallen sambil terkekeh geli.

Kemudian Varo pergi dari sana lalu masuk ke kamarnya. Setelahnya Vallen mengeluarkan handphone nya dari saku celana yang dia kenakan lalu berniat menelpon Mahesa.

Nomer Mahesa tercetak jelas di layar handphone nya lalu langsung ia tekan dan berharap bahwa Mahesa segera mengangkat teleponnya.

Lama sekali Vallen menunggu jawaban dari seberang sana dan ternyata panggilan nya tidak terjawab.

"Kemana si ni anak."

Bukan apa, Vallen hanya takut laki-laki itu melakukan hal yang tidak-tidak. Sungguh, Vallen tidak ingin mendengar kabar buruk tentang Mahesa. Bahkan Vallen tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya Mahesa akan dihukum oleh sang mama karena perbuatannya.

Still The Same[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang