•10• Harus gercep

4.2K 570 7
                                    

••••


*Aldrich pov*

Saat ini, aku sedang bersama dengan penjahat novel! Setelah kelas selesai aku berencana pergi bersama teman-teman ku — Ekhm Maksudku, temannya Aldrich berarti temanku juga kan? Iya kan? Karna aku yang menempati tubuh nya sekarang, nah benar kok. —

Namun, si penjahat novel uhuk! maksudku kak Xavier mengajakku untuk makan malam bersamanya.

Yah, aku tidak bisa menolak ajakan putra mahkota, jika aku menolak mungkin seperti karakter didalam novel lainnya, aku akan diseret ke altar atas pencoretan nama baik anggota Kekaisaran dan.... Tidak perlu dikatakan, ngeri..

Sedari aku berjalan bersama kak Xavier, tatapan mata semua orang tertuju pada kami. Yah mungkinkah aku terlihat aneh?

Sekilas aku merasakan tatapan tajam mengarah padaku, Err..... Apa mungkin hanya perasaan ku saja?

"Canggung! daritadi tak ada pembicaraan diantara kita huhuhu..." Adu-ku pada diri sendiri.

"Uum, kak Xavier." Panggil ku memecah kecanggungan, maybe hanya bagiku?

"Hm?" sautnya dengan deheman yang masih bisa terdengar oleh ku. Aku mendongak melihatnya, yah salahkan diriku yang pendek ini.

"Kakak tidak marah padaku?" Tanyaku dengan kepala mendongak keatas guna melihat wajah tampannya. Jujur, dia memang sangat tampan!

"Marah?" Beonya sambil menunduk melihatku.

"Ya. Uhm kakak ingat saat kita bertemu di alun-alun kota hari itu?" Ucap ku, dapat kulihat dia tampak berpikir sebentar lalu mengangguk sambil menunduk melihatku.

"Ya, aku ingat." Jawabnya

Aku kemudian menatap lurus jalan menuju kekantin, ku ayunkan pelan kedua tanganku lalu mengaitkan nya kedepan.

"Aku minta maaf atas hari itu, aku sungguh tidak sengaja menabrak kakak. Juga, aku juga mendapatkan hukuman kok. " Kataku ketika mengingat hari dimana aku pulang terlambat dan berakhir dihukum.

"Hukuman? Siapa yang menghukummu?" Tanyanya dengan suara rendah.

Aku mendongak sebelum menjawab pertanyaan nya,

"Eeh, itu... Emm lupakan. Apa kakak tidak marah padaku saat itu?" Ulang ku lagi.

"Hukumannya bagus kok kak, cocok untuk aku."

"Tidak juga." Jawabnya cepat. Aku mengangguk agak kaget, apa dia benar-benar seorang penjahat novel? Kenapa dia tak marah? Bukankah dikatakan di novel bahwa siapapun yang mengganggu dirinya, maka orang itu akan berakhir dengan die...

"Ah, mungkin jiwa-jiwa penjahatnya belum muncul? Baguslah kalau begitu.."

"Benarkah? Kupikir kakak akan marah." Ucapku lega,

Tap.... Tap.... Tap....

Tap....  Tap...

Kami berdua sampai dikantin, semua mata langsung tertuju pada kak Xavier. Yah dia putra mahkota, dan pastinya dia terkenal baik dengan wajah, tubuh maupun label murid berprestasi.

Tidak dengan ku ini, sudah pendek, otak pas-pasan, muka tidak tampan melainkan 'cantik', punya tubuh lemah. Ah tubuh krupuk ini.

Setelah mengantri -padahal tidak- kami menuju meja yang agak pojok lumayan jauh dari murid lainnya.

Setelah mendudukkan bokongku dikursi, tanpa babibu aku langsung memakan sup ku. Jujur, daritadi aku sangat lapar. Salahkan pelajaran sihir itu, masa belajarnya sampai 6 jam lebih.

"Sup daging sungguh lezatttt! Nikmat mana lagi yang aku dusta kan..." Lebay ku, tapi serius supnya memang seenak itu.

Aku memakan sup dengan hikmat, tak melirik kanan-kiri lagi. Puas dengan sup kemudian aku beralih pada jus buah yang berada disisi kananku, langsung saja aku meminum nya hingga tandas.

"Enak..." Lirih ku. Ku senderkan punggungku ke kursi, dengan mata terpejam ku tepuk pelan perut yang sudah agak membuncit karena banyaknya makanan yang masuk.

"Enak?" Tanya seseorang yang kulupakan kehadiran nya tadi. Aku tersentak kaget mendengar suaranya, mataku terbuka dengan gugup, melihat orang diseberang sana yang tak menyentuh makanan nya sendiri.

"Ahaha- umm iya." Aku tertawa canggung. Mati aku, ternyata sedaritadi kak Xavier melihatku makan.

"Whoever's here, apakah kalian punya karung? Aku ingin bersembunyi rasanya-"

"Kakak tidak makan?" Tanya ku gugup + malu + bingung, kulihat dia menggeleng kan kepalanya.

"Kenapa? Apa tidak enak?" Tanyaku heran sambil mengerutkan alis.

"Enak. Tapi, melihatmu sudah membuatku kenyang." Balasnya membuatku tersenyum kaku, sambil menopang dagunya dengan sebelah tangannya dia melihatku dengan senyum tipis.

"Maksudnya gimana ya....?"

"??" Bingung ku, dengan kepala ku miringkan ke kiri.

"Tidak perlu dipikirkan." Ucapnya pelan. Seolah mengerti tindakanku, dia menepuk pelan kepalaku dengan senyum tipis yang tidak luntur.

"Kak, aku tau kok kakak tampan apalagi kalau senyum. Tapi jangan gini juga kak! Diabetes nanti aku!" Teriak ku dalam hati, kurasakan wajahku agak memanas.

"Ah, apakah aku malu?"

Dengan cepat ku tolehkan kepalaku ke sisi lain. Tak mau bersitatap dengan kak Xavier dulu, bodohnya diri ini. Kenapa harus malu? Apakah aku sudah tidak normal??

Kupegang kedua pipiku yang kutebak pasti sudah merah, karena panasnya luar biasa.

"Astaga..."

*Aldrich pov end*

_____________________________________________

𝐓𝐛𝐜

Don't forget to vote, coment, and share this my story~

12 mei-2023

𝐌𝐨𝐯𝐞 𝐓𝐨 𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang