••••
Kringg!!
Bel berbunyi, menandakan istirahat telah usai. Aldrich dan teman-temannya kembali ke kelas, karena satu dua hal Aldrich tak satu kelas dengan yang lainnya.
Aldrich berjalan menuju kelas yang berada di gedung C, lumayan jauh jika ia berjalan normal. Jadi dia mempercepat jalannya dengan sihir angin buatan nya, membuatnya sampai dengan cepat.
Karena ini adalah pelajaran pertamanya dia menyapa beberapa murid yang satu kelas dengannya, sebab ketertinggalan pelajaran selama lebih 1 bulan lamanya dikarenakan tubuh lemahnya dulu.
Tapi sekarang, dia akan membuat tubuhnya menjadi kuat. Juga tampan~
Haah, tapi dirinya sangat malaas~ bagaimana ini?~
***
Tap..... Tap....
Tap....
Suara langkah kaki menggema, memecah kesunyian asrama putra. Seorang pria dewasa berperawakan gagah, tampan dan rapi melewati pintu-pintu asrama yang sudah tidak ada satu pun orang disana. Yah, karna semua orang penghuni kamar sudah masuk ke kelas masing-masing.
Lain hal nya dengan pria satu ini, dia dengan santainya berjalan, namun aura yang tak bisa diganggu dan terkesan dingin ini membuat siapa saja tak akan berani mendekatinya. Dirinya saat ini menuju gedung C, tempat yang akan menjadi tujuannya.
Dirinya sudah sampai pada tempat yang dituju, kaki jenjang nya melangkah sambil membuka pintu kelas tersebut dan masuk tanpa menoleh melihat para manusia yang memandang nya dengan tatapan memuja.
Untung saja gurunya belum datang, pria itu berjalan menuju kursi yang berada dipojokan. Namun disana dia melihat seseorang duduk di kursi samping tempat duduknya, tak ambil pusing dia melewati pria kecil itu dan duduk di kursi favoritnya.
Netra dark blue nya bertabrakan dengan netra hijau emerald terang seseorang. Mata sayu dengan bulu mata lentik dan panjang itu menatapnya dengan teduh, pria itu melihat pria kecil itu tersenyum lembut padanya.
Tangan pria kecil itu terulur padanya,
"Kita bertemu lagi, aku akan memperkenalkan diri sekali lagi dengan resmi." Ucapnya dengan suara mendayu
Pria yang lebih besar menyambut tangan si pria kecil sambil tersenyum miring diam diam.
"Got u.." Batin si pria besar
"Namaku Aldrich Granville, senang bertemu dengan mu lagi Xavier..."
"Xavier Weyd of Nyctophillic, senang bertemu dengan mu lagi.." Jawab pria tersebut yang ternyata adalah Xavier dengan senyum misterius nya.
Aldrich tersentak kaget dengan apa yang didengar nya, hei jangan bercanda? Dia adalah si AP itu?!! Ternyata dia sudah bertemu lebih awal dengan si penjahat... Ha-haha, tangis nya didalam hati.
"Inilah sangat putra mahkota Kekaisaran dan kaisar selanjutnya, yang akan mati dan membuatku mati pada akhirnya, yah bukan dia juga yang membuatku meregang nyawa melainkan bawahan nya." Aldrich melirik takut pada pria disamping nya.
"Ini, apakah aku masih sempat membuatnya jatuh cinta pada orang lain dan tidak menganggu Leticia?" Tanya Aldrich pada dirinya.
Masih mempertahankan senyumnya, Aldrich menarik kembali uluran tangannya yang digenggam lumayan erat oleh Xavier, sang putra mahkota Kekaisaran ini.
Xavier melepas genggamannya dengan terpaksa, netra dark blue nya mentap wajah Aldrich dengan lamat. Satu kata yang terucap dalam hatinya '𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵' karna wujud nya ini tak bisa dikatakan dengan kata cantik saja, wajahnya sangat melebihi batas normal manusia.
Bulu mata yang lentik dan panjang, mata sayu, bibir tipis dengan warna pink alami, pipi sedikit berisi, hidung kecil namun mancung bagai perosotan, rambut pirang yang tebal dan terlihat lembut jika disentuh, kulit seputih susu yang bersih, leher yang lumayan jenjang, dan jakun yang kecil. Perfect!
"Sangat cantik, Parasmu, suaramu, semuanya bagaikan candu bagiku. Hm bagaimana ini?" Pikir Xavier.
"Uhm, Sepertinya kamu lebih tua dariku, apakah aku boleh memanggilmu kak Xavier?" Tanya Aldrich takut-takut pada Xavier yang menatapnya seolah-olah dia adalah makanan, Xavier mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah, kak Xavier bisa memanggilku Al. Ah Prof. Ma sudah datang," Ucap nya sambil mengalihkan pandangan nya kedepan.
"Hm ya, Al..." Gumam Xavier, masih memandang wajah Aldrich dari samping.
"Kak..."
Aldrich sudah kembali fokus pada buku catatannya, karna guru sudah datang dan menjelaskan dia mendengarkan dan fokus mencatat materi.
Sedangkan Xavier, tak mendengarkan sama sekali apa yang guru bicarakan didepan sana. Fokusnya hanya satu, yaitu memandangi wajah Aldrich lalu beralih pada tangan ramping Jea yang sibuk menulis.
"Bagaimana jika tangan mungil itu kugenggam dengan erat...?" Pikir Xavier ber-smrik
-Caca (Bukannya tadi udh digenggam dengan erat ya bg Vier? Ntar remuk tangan anak orang🐒]
-Xavier (Diem.)
-Caca (Oh.. Oke, sip 🤐.)
Lanjut~
Aldrich bukannya tidak merasa saat diperhatikan, namun dia tak sanggup melirik ke samping yang adalah seorang penjahat novel.
Oh ayolah, padahal dirinya sudah memantapkan pikiran dan dirinya untuk membuat penjahat novel ini tak jatuh cinta pada teman kecilnya, Leticia.
Biarlah, ketika istirahat nanti kita akan memikirkan nya. Sekarang ayo fokus pada pelajaran!
Xavier tersenyum tipis, sangat tipis hingga orang lain tidak ada yang tau. Didalam hati dan pikirannya saat ini sudah dipenuhi oleh Aldrich.
Seorang remaja pria yang lebih muda 3 tahun darinya, kata cantik tidak bisa menjabarkan dirinya yang luarbiasa waw ini. Remaja yang membuatnya bisa berdebar-debar saat suara itu menyapa indra pendengar nya.
Jari lentik nan halus dan lembutnya yang bersentuhan dengannya tadi bisa membuat seorang Xavier, berdebar-debar seperti merasakan sesuatu yang selalu dicari-cari olehnya.
"Sudah kuputuskan, kamu akan menjadi milik ku tak lama lagi Aldrich Granville. Oh salah, maksudku Aldrich of Nyctophillic, permaisuri Kekaisaran ini dan milikku." Batinnya, lalu kepalanya ia tolehkan menghadap meja dan menyembunyikan wajah tampannya diatas kedua lengannya.
_____________________________________________
𝐓𝐛𝐜
Don't forget to vote, coment, and share this my story~
5 Mei-2023

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐨𝐯𝐞 𝐓𝐨 𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝
Romansa╓┈♔◦☓◦☙◦♔◦☙◦☓◦♔┈╖ sᥣ᥆ᥕ ᥙ⍴ძᥲ𝗍ᥱ!! ╙┈♔◦☓◦☙◦♔◦☙◦☓◦♔┈╜ Title old: [𝘽𝙇] 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐉𝐞𝐚 𝐈𝐧 𝐓𝐡𝐞 𝐖𝐢𝐳𝐚𝐫𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 Bercerita tentang seorang pria imut berdarah campuran bernama Kevin Alexandra, yang meninggal karna tertabra...