•14• Kapan lagi yakan?

3K 353 4
                                    

••••

Pagi datang dengan kelabu, suara gemericik air turun terdengar dari luar jendela. Mata cantik bagai permata emerald itu terbuka sedikit demi sedikit, bulu mata lentik itu bergetar karena merasakan pusing.

"Eunghh..." Lenguhnya pelan, perlahan pusing itu pergi digantikan dengan perasaan dejavu.

"Berat...."

"!"

Mata hijau emerald nya membola sempurna karena kaget, melihat seseorang yang dikenal nya sedang berbaring dengan nya, dengan tangan yang melingkar erat di pinggang nya!

Tangan yang besar, berurat, jari panjang dan agak kasar itu bersarang di pinggangnya!

"Apa ini? Apa aku bermimpi? Ha-haha pasti begitu."

"Ayolah Al, tutup matamu, tidur dan keluar dari mimpi ini!" Tekadnya dengan mata ditutup kembali, mencoba untuk tidur dan bangun ke kenyataan.

Namun itu tak berhasil, sekarang ia malah terlihat seperti ulat karena gelisah. Si pria yang memeluk Aldrich terbangun karena kegelisahan pria kecil di pelukannya.

Aldrich yang merasa si pemilik tangan bangun dan dia berusaha untuk pura-pura tidur. Keringat dingin mengalir membasahi punggung nya, padahal udara pagi ini turun karena musim dingin akan datang dan turunnya hujan yang lebat membuat udara bertambah dingin.

Si pemilik tangan yang ternyata adalah sang putra mahkota kekaisaran, Xavier, melihat bulu mata Aldrich yang bergetar. Dia terkekeh kecil, dia tau milik nya sudah bangun namun pura-pura tertidur.

Dengan pelan tangan yang berada dipinggang Aldrich berpindah naik keatas, ke pipi Aldrich. Pipi bakpao itu ia mainkan, di toel toel, dan di cubit gemas, lalu pindah ke hidung sempit nan kecil milik Aldrich, sang pemilik pipi dan hidung yang dimainkan sudah membeku dan cosplay menjadi kayu.

Xavier berpikir sebentar lalu seringai andalan muncul, ia memindahkan jari-jarinya ke arah bibir pink plum milik Aldrich, menekan nya gemas.

"Mari kita lihat, apakah kau akan tetap berpura-pura.." Smirk Xavier

Aldrich yang merasa bahwa jari-jari Xavier berpindah ke area bibirnya menegang.

"Ap-apa..."

Xavier memajukan wajahnya hingga hidung keduanya bersentuhan, bisa dia lihat bahwa ada kerutan samar diantara alis Aldrich.

Hembusan nafas hangat menerpa kulit Aldrich, menambah ketegangan dirinya. Diam-diam tangannya menggenggam erat sprei kasur, nafas keduanya bertabrakan memberi sensasi aneh bagi Aldrich.

Cup..

Aldrich membuka matanya lebar-lebar,

1....

2...

3..

"AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH" Teriaknya setelah mencerna apa yang terjadi barusan.

***


Bughh-!

Aldrich memukul Xavier kuat menggunakan bantal, gerakan reflek, namun itu tak berarti bagi Xavier. Aldrich menutup bibir nya dengan tangan, memandang Xavier yang masih berada didepan wajahnya.

".... Apa yang kakak lakukan?!" Aldrich bertanya sedikit meninggikan volume suaranya pada Xavier yang sudah bangkit dan duduk agak jauh darinya, mewaspadai Xavier.

Xavier menatap ke arah bibir Aldrich yang masih ditutupi oleh tangan mungil nya. Sedikit tersenyum tipis, sangat tipis.

"Memberikan morning kiss~" Xavier menjawab dengan sangat jujur. Menatap Aldrich yang sedikit membelalakan matanya ketika mendengar ucapan Xavier, di pikiran Xavier sekarang, Aldrich terlihat sangat imut ketika kaget.

𝐌𝐨𝐯𝐞 𝐓𝐨 𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang