"Hubungan yang erat adalah hubungan yang seimbang . Aku berbicara dan kau mendengarkanku."
Kamis, 18 Mei 2023
Distrik Bang Kruai, Nonthaburi
Suzuki Swift hitam berjalan menyusuri jalan pedesaan Nonthaburi. Di dalamnya, duduk di kursi pengemudi, Earth Pirapat Watthanasetsiri, empat puluh dua tahun. Kulitnya sawo matang, berhidung mancung, badan tegap menegnakan sweater coklat beige dan celana jeans hitam. Di sebelahnya, laki - laki dua puluh sembilan tahun, Mix Sahaphap Wongratch. Kulit putih langsat berbalut hoodie ungu terang, kontras dengan milik Earth. Tanyannya yang berisi menunjuk - nunjuk apa saja yang dilewati mobil mereka, mulutnya berkomentar.
"Jadi begini rasanya jalanan pedesaan. Lebih sepi.," Ucap Mix, wajahnya melongok ke luar jendela. "Mungkin ini perasaanku saja, tapi udara terasa lebih segar. Oh, pantas saja sih. Pedesaan punya lebih sedikit kadar polusi. Mereka bahkan jarang memiliki kendaraan pribadi seperti ini. Gedung pun jarang - jarang. Hingga rasanya aku bisa membeli tanah di manapun aku mau. Oh iya, Kak. Ayo, kita membangun rumah di desa. Pilih tanah yang dekat dengan kuil dan toserba. Lalu sisakan tanah utnuk berkebun agar rumah kita segar. Lalu aku akan membawa kucing - kucingku untuk tinggal bersama kita."
Earth tersenyum. Ia suka mendengar ocehan Mix. Baginya, apa pun yang Mix ucapkan, pasti indah di telinga. Bahkan lebih indah dari musik. Dan karena itu, Earth tak pernah menyalakan radio. Suara Mix sudah cukup untuk mengisi lengang di dalam mobil. Earth pun lebih suka mendengarkan Mix mengomel di sepanjang jalan.
"Kau tidak ingin menanggapi kalimatku, eh?," tanya Mix.
"Hah?,"
"Nah, kan. Kau pasti sibuk mendengarkanku saja. Kau tak pernah berinisiatif menjawab apapun, yakan? Sebesar itukah rasa sukamu pada suaraku, hm?,"
Earth terkekeh. "Maaf, aku terlalu bersenang - senang.,"
"Jadi, bagaimana menurutmu? Apa kau juga berminat tinggal di desa?,"
"Aku akan mendukung apapun keputusanmu, Mix. Tapi, berikanlah pertimbangan yang baik. Pertama, hidup di desa tak semudah hidup di kota. Kedua, kau belum selesai kuliah.,"
"Aku akan lulus sebentar lagi. Ayolah, Kak. Pakah sesulit itu memutuskan?,"
Earth diam. Sekitar lima belas detik lewat, ia bicara lagi.
"Untuk sekarang, kita nikmati liburan dulu. Setelahnya, kamu selesaikan kuliahmu, dan aku akan membantu menyiapkan dana. Bagaimana? Setuju?,"
"Kenapa tidak kita siapkan dari sekarang?,"
"Berjaga - jaga kalau saja siapa tau kamu berubah pikiran. Aku mengenal seorang Mix dengan sangat baik. Aku juga tau betapa plin - plan pikirannya.,"
Mix terkekeh meringis. Laki - laki di sampingnya tidak salah sama sekali. Earth memang sangat mengenalnya. Dan begitu sebaliknya.
"Aku senang memilikimu, Kak Earth.," celetuknya. "Dan hubungan yang seperti ini. Seperti aku yang berbicara banyak, dan kau mendengarkan untukku."
Keduanya adalah sepasang kekasih yang amat saling cinta. Entah itu Earth atau Mix, kehadiran masing-masing membuat hubungan mereka begitu seimbang. Bak karakteristik pasangan terbaik atau couple goals, Mix yang cerewet akan sangat cocok untuk Earth yang pendiam. Pun sebenarnya memutuskan tinggal bersama dengan Mix bahkan di desa sekalipun, bukan sesuatu yang sulit. Keduanya akan tetap merasa nyaman satu sama lain tak peduli dimanapun tempatnya. Mungkin seperti ini wujudnya jika rumah adalah manusia.
Setelah meminta kunci penginapan dari pemiliknya, keduanya menikmati berjalan berdua menyusuri jalan setapak di antara hutan. Rindang, segar udara masuk ke hidung. Sangat menyenangkan. Mix yang kegirangan berjalan santai sambil mengayunkan tangan, berbicara tentang khayalannya jika ia hidup di hutan. Hanya mendengarkan dengan senang hati, sambil memandang sekeliling. Ocehan Mix membuat udara yang masuk ke pernafasan Earth menjadi lebih segar. Sampai pada suatu saat, mereka sampai di depan penginapan. Mix memutar kunci, membuka pintu. Mereka masuk, seketika udara berubah.
Amis.
Karena Mix tidak protes, Earth merasa itu hanya perasaannya. Ia juga membiarkan Mix masuk lebih dalam, dan duduk di sofa ruang tengah, menghidupkan televisi. Tak ada masalah. Earth melihat sekeliling. Closet di depan kamar mandi pun bersih. Lengkap dengan pewangi. Kamar mandi pun sama. Lampunya menyala terang. WC bersih, air jernih. Begitupun lantai dan cermin di sana. Tak ada masalah.
Berjarak satu menit setelah itu, terdengar langkah mix menaiki tangga menuju kamar.
"Wah! Kak! Kita punya tempat tidur yang besar dan luas!," ucap Mix dari atas sana, melompat kegirangan.
"Hati - hati, Mix.," sahut Earth dari kamar mandi. Belum lama setelah itu, suara sesuatu jatuh dengan keras dari atas terdengar. Earth mengira Mix mungkin terpeleset. "Nah, kan jatuh.,"
Tapi ada yang aneh pada peristiwa itu. Biasanya, Mix akan mengomel menyalahkan lantai kamar saat ia terpeleset. Berkata bahwa lantai itu terlalu licin atau seseorang mengepelnya dengan tidak benar. Namun kali ini, tak ada suara setelahnya. Seolah bukan Mix yang jatuh saat itu.
"Mix? Kamu baik - baik saja?," tanya Earth memastikan. Ia keluar dari kamar mandi, menengok ke atas. Langkahnya berjalan menuju tangga. "Mix? Apa yang terjadi?"
"K-Kak . . . . .," Mix membalasnya dengan rintihan. Earth tersentak. Ia segera menaiki tangga menyusul Mix dan menemukan laki-laki itu sedang terduduk lemas di lantai, bersandar di dinding. Tangannya menunjukkan arah tempat tidur. Earth Berjalan mendekatinya, perlahan. Terlihat selimut bed cover di sana tersibak, menampakan berkas-berkas coklat merah tua. Di atasnya, dua puluh kuku manusia bertebaran, seperti baru dicabut dari badan pemiliknya, utuh. Baunya amis dan busuk bercampur, merealisasikan bayangan di kepala Earth saat memasuki penginapan tadi. Sesuatu yang berbau amis darah dan keruh benar sudah menunggu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME TIGHT a joongdunk alternative universe
FanfictionDunk tidak pernah berniat kembali ke Bangkok setelah ia tinggal dengan nyaman di Cambridge. Ia punya flat yang sudah lunas, pekerjaan yang menyenangkan, aman, tenteram, dan teman baik yang akrab. Namun pada pukul tiga pagi di hari Jum'at, keputusan...